Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 351 - Chapter 360

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 351 - Chapter 360

596 Chapters

350. DENTING PERAPIAN #1

Malam berikutnya, aku menghabiskan waktu di Joglo.Sebenarnya aku tidak berniat menemui Aza, tetapi ketika menelusuri jalur yang sama seperti Reila—ketika dia masuk ke bagian terdalam relief dan mendapati lorong dengan pintu, aku juga menemukannya. Perbedaannya, tidak ada pintu Aza. Keberadaannya tidak terasa. Aku hafal letaknya dari ingatan Reila—tetapi pintu itu tidak ada. Aza tidak berniat muncul di depanku layaknya dia di depan Reila.Sepertinya aku kecewa, tetapi karena aku memang tidak berniat menemui Aza, kekecewaan itu justru terasa leleh.“Apa kau punya masalah dengannya, Forlan?” tanya Bibi Nadya.“Mungkin dia baru tahu aku menyembelih sapi terakhirnya.”“Sejujurnya Bibi juga tidak pernah bertemu. Mungkin alasan dia tidak mau muncul juga karena ada arwah penasaran sepertiku bersamamu.”“Yah, sepertinya tidak. Secara teknis, dia juga arwah.”Kuputuskan mengunjungi te
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

351. DENTING PERAPIAN #2

Aku tidak menyangka ada begitu banyak cerita yang kuucapkan pada Bibi seolah-olah aku telah menjadi Lavi yang terus mengoceh tanpa henti. Maksudku, aku suka Lavi ketika bercerita panjang lebar. Caranya bercerita yang bersemangat membuatku nyaman berada di sisinya untuk mendengar segala jenis cerita dari yang paling idiot sampai paling pedih. Dan biasanya aku juga bercerita padanya, lalu dia akan memasang telinga—perhatiannya atau semua jengkal dalam dirinya untuk mendengar setiap detail cerita. Rasanya menyenangkan diperhatikan seperti itu. Pada akhirnya, ketika aku punya gagasan ingin menceritakan semua kejadian yang kualami di pondok pada seseorang dan janji melarangku melakukannya—setelah janji itu terangkat, aku benar-benar tidak terhentikan menceritakan semuanya. Lavi selalu tersenyum, antusias pada setiap cerita. Dia akan berkomentar, tertawa dengan cara yang benar-benar penuh canda seolah dirinya ada di dalam lelucon yang kubuat bersama Aza. Kalau dipikirkan lagi,
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

352. DENTING PERAPIAN #3

“Merla termasuk yang paling muda di antara pejuang garis depan,” ungkap Bibi. “Dia seperti... adik semua orang. Semua penghuni menjaganya, bahkan ibumu juga melarang keras membawanya ke garis depan. Tapi, yah, Merla terdorong ingin melakukan sesuatu untuk Padang Anushka. Ibumu sia-sia menghentikannya. Kalau ini terulang lagi ke Fal, mungkin dia juga akan seperti itu, Sayang.”“Aku pasti melarangnya mati-matian,” ujarku.“Melarangnya masuk tim penyerang?”“Sebaiknya dia masuk tim medis.”“Itu pilihan yang oke.” Bibi tertawa.Mudah sekali mengatakan itu. Benar-benar sangat mudah membayangkan masa depan di mana Fal bisa memilih tim. Kondisinya sekarang memang berada di tahap paling oke, tetapi benarkah Fal akan selamanya seperti itu? Bayangan masa depan Fal membuatku tersenyum, tetapi senyum itu juga tidak lepas dari pilu. Aku tidak pernah berhenti berharap Fal memiliki waktu lebi
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

353. DENTING PERAPIAN #4

Masih sekitar satu jam lagi sampai matahari terbit.Bibi punya saran sebaiknya aku menunggu pagi, tetapi kuputuskan bergerak sekarang. Jadi, pada akhirnya, Bibi ikut. Secara teknis, aku melanggar jam malam dan tidak mau membuat keributan. Demi kebaikan bersama, aku tidak melapor pada petugas patroli—entah siapa—lalu bersembunyi di balik kabut. Wujudku tak akan terlihat, lalu melintasi jalur penghubung hingga mencapai Balai Dewan. Tidak ada siapa-siapa di lobi Balai Dewan. Meja resepsionis kosong. Kalau aku mendekat ke ruangan tim peneliti, mungkin aku bisa mendengar beberapa suara. Sayangnya, aku tidak ingin bercanda. Kuputuskan langsung ke lantai dua.Kurasakan Profesor Merla di ruangannya, tetapi aku tidak yakin.“Fin, Bibi Merla di dalam, kan?”[“Ada.”]“Bibi Nadya juga di sini?” Aku menoleh ke sekitar.[“Sudah di dalam.”]Sepertinya Bibi Nadya lebih cema
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

354. DENTING PERAPIAN #5

Aku bangun sangat terlambat dari waktu biasanya.Entah sejak kapan aku sudah berbaring di sebelah Profesor Merla. Kurang lebih itu memang kasur paling empuk yang pernah kurasakan seolah setiap jengkal tubuhku yang lelah terserap begitu saja. Ketika mataku terbuka, rasanya segar. Tak ada gangguan berarti. Kuharap itu memang karena kasurnya empuk, bukan karena kemampuanku yang melepaskan raga dari kesadaran.Di sebelahku, Profesor Merla masih terlelap tenang.Kuputuskan bangkit, lalu membuka semua jendela. Sepertinya aku lancang, tetapi itu lebih baik daripada harus membuat suasana kelam semalam tetap ada saat Profesor Merla bangun. Jendela ada cukup banyak. Hanya saja, satu jendela sengaja kubiarkan tertutup. Jendela tempat pot mawar pemberian ibuku berada. Jendela itu memang seperti didesain seolah tidak akan dibuka lagi selamanya. Bahkan hingga saat ini—aku yakin Profesor Merla terus merawatnya—tetapi bunganya tak pernah muncul lagi. Itu membangkitk
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

355. KANDIDAT BARU #1

Dua hari kemudian, aku menunggang kuda bersama Fal.Sebenarnya tidak hanya kami. Di pekarangan berkuda dekat danau juga ada Yasha, Mika, Profesor Merla, dan—kabarnya pasangan yang belum meresmikan: Laher dan Lily. Mereka berdua belakangan sering bersama. Tak ada gosip baru dari Bazz. Informan terbaik belum mengonfirmasinya.Lily itu perempuan yang—kelihatannya pendiam, tetapi ketika kami punya kesempatan mengobrol, ternyata dia cerewet—yang tingkatannya bahkan melebihi Lavi ketika punya cerita asyik. Sekali mengobrol, dia langsung mendominasi, lalu bercerita dari satu topik ke topik lain semudah membalikkan panggangan. Di tim tungku, dia ahli bagian makanan air. Obrolan pertama kami tentang ikan. Saat itu sedang api unggun dan ikan yang disajikan hampir tidak punya duri.“Kenapa durinya sangat lembek?” tanyaku, ke Lavi.Yang menjawab bukan Lavi, tetapi Lily. Dia memang di dekat kami, tetapi kupikir dia tidak akan bicara.
last updateLast Updated : 2023-08-15
Read more

356. KANDIDAT BARU #2

Ketika kami kembali di pekarangan berkuda, ternyata di sana sudah ramai.Profesor Merla, Mika, dan Yasha sudah menghentikan kegiatan berkuda—mereka berdiri di depan kerumunan orang-orang berwajah baru. Kalau dipikir lagi, meski sudah berhari-hari, ini pertama kali aku bertemu kandidat baru.Lima laki-laki. Lima perempuan. Imbang.Dhiena dan Lukas seperti sedang menjelaskan sesuatu—sepertinya sedang mengenalkan tiga orang yang menghadap mereka. Profesor Merla dan Yasha pasti sudah dikenal, tetapi aku tidak menyangka Mika belum bertemu satu pun kandidat baru—meski kalau kuingat lagi, tampaknya itu wajar. Ketika aku menjadi kandidat baru, bahkan setelah melewati dua misi, aku juga belum bertemu Mika. Perempuan satu ini benar-benar anti sosial.Pekarangan berkuda Padang Anushka itu ladang rumput yang berpagar. Di dalamnya ada area berkuda dan istal. Para kandidat baru berdiri di luar pagar kayu, berdiri menghadap tiga orang yang masing-masin
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more

357. KANDIDAT BARU #3

Akhirnya mereka mulai memperkenalkan diri. Mulai dari Hela. Sekali lagi menyebut namanya. Perempuan berambut sebahu yang auranya ceria. Sekilas, dia seperti orang yang selalu dipenuhi rasa ingin tahu, tetapi juga kelihatan serius. Dia selalu diikuti dua pengawal setia. Tampaknya mereka pernah kulihat di mimpi yang sama saat aku melihat Hela. Semakin banyak melihat Hela berinteraksi, dengan cara paling janggal, dia mengingatkanku pada Layla. Hanya saja, dengan tipe interaksi Mika. Dia penuh rasa ingin tahu, tetapi tidak menutup diri.Dia orang dengan nuansa paling ringan di antara kandidat baru.“Kau pemilik kemampuan?” tanyaku.“B-Benar!” Dia langsung mengangguk.“Seperti apa kemampuanmu?” tanya Mika.“Em... imajinasi? Aku bisa memanggil benda yang kupikirkan.”Kami diam. Tidak ada yang menanggapi gagasan itu.Yasha yang akhirnya bicara. “Kita bicarakan itu nanti. Lanjut.”
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

358. KANDIDAT BARU #4

Lavi melarikan diri dari tugas orientasi.“Aku super bosan, tidak banyak yang ajak bicara, mending kabur,” katanya.“Jangan bohong,” tukas Dalton. “Pasti banyak yang ajak bicara. Lukas juga bilang kandidat baru lebih semangat saat ada Kapten.”Lavi mendesis. “Cebol itu terlalu banyak bicara.”“Bilang saja kalau mau dekat Forlan. Aku mengerti.”Aku dan Dalton sedang memperbaiki sepeda di ruangan depan markas baru. Lavi menyeret sofa tunggal ke ruangan depan, lompat ke atasnya, berbaring dengan posisi yang sebenarnya tidak terlalu nyaman, lalu memerhatikan kami. Sebenarnya yang bekerja Dalton, aku hanya ingin teman bicara—kalau dipikir lagi, motifku dan Lavi mirip—aku menemukan Dalton, jadi kalau itu artinya Dalton mau mengajakku bicara, aku tidak masalah disuruh-suruh. Lagi pula, Dalton hanya meminta, “Ambil obeng,” atau, “Bisakah kau pegang senter? Cahaya di s
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

359. KANDIDAT BARU #5

Kami punya ayunan di pekarangan belakang markas baru.Sebenarnya idenya datang karena aku ingin membuat permainan di markas baru untuk Fal. Elton sempat bilang kalau markas baru semestinya tidak dibangun untuk tempat permainan—meski dia tidak masalah dengan seluruh desain markas—tetapi pada akhirnya, ayunan dibuat karena Lavi berkata, “Aku juga mau.”Dahan pohon tempat Rumah Pohon bertengger terbilang cukup raksasa, jadi Dalton memberikan rantai yang amat kuat, digantung dengan sistem yang rumit—entah, setidaknya dia bilang ayunannya tidak akan mudah rusak, lalu aku memakai papan tempat duduk yang punya karet, sehingga bantalannya sedikit empuk. Maka ayunan itu merupakan ayunan dengan rantai panjang, dan di bagian bawahnya ada tumpukan pasir yang sebenarnya tak terlalu membantu. Kini pekarangan belakang tidak hanya diisi hutan pinus, area panahan, atau boneka jerami, tetapi juga ayunan. Sayangnya, alih-alih Fal yang sering bermain, ayunan
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more
PREV
1
...
3435363738
...
60
DMCA.com Protection Status