Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 371 - Chapter 380

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 371 - Chapter 380

596 Chapters

370. JANTUNG MONSTER #5

Sebelum Rapat Dewan dimulai, aku sudah di Rumah Pohon bersama Fal.Ruangan kecil di atas dahan pohon raksasa itu benar-benar seperti ruangan personalku dengan Lavi. Luasnya tak seberapa dan hanya ada dua ruangan utama—atau tiga jika beranda depan dihitung. Ruangan pertama merupakan pintu masuk dari tangga utama, berisi foto anggota tim penyerang—tentu tim penyerang yang sekarang. Di ruangan pertama juga ada jendela terbuka, tempat teropong bertengger untuk melihat bintang. Biasanya bintang terlihat jelas dari sini. Reila suka memakai teropong itu hanya untuk belajar rasi bintang. Dan ruangan kedua, adalah ruangan utama. Ruangan kecil mirip rumah kucing. Dipenuhi bantal-bantal, paling nyaman berbaring di sana sembari memandang jendela terbuka yang mengarah ke hamparan langit dan puncak pohon. Dan itu yang kami sebut ruangan personalku dan Lavi. Ada delapan bingkai berisi foto kami—benar-benar hanya aku dan Lavi. Tidak ada yang protes—karena yang memasan
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more

371. JANTUNG MONSTER #6

Posisi Lavi benar-benar tak bisa kurasakan sekuat apa pun memikirkannya.Barangkali itu menjadi salah satu keuntungan untuk detik ini.Seusai Rapat Dewan, Lavi kembali ke markas hanya untuk berkata, “Bubar. Besok kuberitahu apa yang terjadi.”“Kau kelihatan capek,” ujar Dalton. “Berdebat keras?”“Bahan yang diperdebatkan saja tidak ada.”“Dia di atas. Dengan Reila.”“Siapa juga yang bertanya?” Dan Lavi melengos pergi.Lavi berjalan kembali ke gerha, melepas jubah kaptennya, membawanya di tangan seolah itu tas. Rautnya kelihatan lesu. Dia tidak seperti baru selesai debat—biasanya kalau Lavi habis berdebat, dia masih menyimpan sisa-sisa bara api dalam benaknya, jadi ketika selesai Rapat Dewan, dia masih cukup menggebu-gebu. Kali ini tidak seperti itu. Dia hanya lesu, pucat, seperti ingin menangis.Dari pintu masuk kompleks gerha, gerhaku posisinya palin
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

372. KENDALI KEMAMPUAN #1

Kami terlalu lelah untuk bercerita. Jadi, kami tertidur dengan cepat.Namun, ketika pagi tiba, kami benar-benar hampir melewati jam sarapan. Senyum Lavi kembali, raut cerahnya bersinar, matanya berwarna indah, canda tawa yang kupikir sudah teredam itu kembali mekar—dia terus mengoceh seolah tidak ada yang pernah terjadi—dan saat benakku masih mengganjal, dia sama sekali tidak menyinggung tentang itu. Ketika kami membersihkan kekacauan di kamarnya, dia hanya bercerita bagaimana orientasi terjadi selama aku tidak peduli.Dia menceritakan kondisi Calvin setelah latihan tanding—yang sejujurnya tidak terlalu kudengar karena aku terlalu sibuk gelisah atas sifat Lavi yang jauh di luar dugaanku. Dan sejujurnya aku tahu kondisinya. Tara—satu-satunya tim medis yang tidak pernah mengomel atas semua tindakanku—menceritakan semuanya—bahkan sangat detail. Tara juga mengerti aku tidak pernah ingin dengar kondisinya, jadi Tara memberitahuku seolah h
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

373. KENDALI KEMAMPUAN #2

Permainan baru terlihat ujungnya ketika Dalton tiba.Jadi, sebenarnya aku hampir kalah. Ketika adu serangan membuat posisiku seperti sedang senam lantai—posisi pesawat—Profesor Merla membantingku. Aku mengerang, terkejut, dan tangannya langsung mengincar posisi batu. Di sana belum ada tanda-tanda aku kalah—karena aku berhasil menahan tangannya. Namun, tiba-tiba Profesor Merla mengerang, “Sayang, jangan begitu. Sedikit lagi.”Dia menyentil udara di atas wajahku, membuatku bersin.Tanganku terlepas. Profesor Merla menyeringai.Waktu melambat.Ah, tidak. Terambil.“TOLOONGG!” jeritku, putus asa.Dalton menapak di atasku. Dia mengayunkan besi sekuat tenaga ke Profesor Merla. Kalau kena, pasti sangat sakit. Namun, dia berhasil menghindar, dengan cara yang kelewat indah juga. Profesor Merla seperti kertas. Bisa meliuk-liuk.Bodohnya: aku langsung menyerang Dalton.Kupikir dia mau menga
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

374. KENDALI KEMAMPUAN #3

“Padahal sedikit lagi aku menang,” gerutu Dalton.“Kita lawan, bukan kawan,” kataku. Lenganku dipijat keras Isha.“Sebegitu inginnya kalian mengalahkanku?” tanya Profesor Merla.“Sebaiknya kalau mau latihan beritahu yang lain,” sahut Lavi. “Kalian tidak tahu seberapa kagetnya kami saat Forlan tiba-tiba jatuh?”“Sekarang Kapten sudah bisa bicara begitu?” tuntut Dalton. “Dari kemarin ke mana saja? Tidak tahu pacarmu terbakar api cemburu?”“Siapa yang cemburu?” sahutku.“Dia sampai tidak mau mengamati kandidat baru bersamaku,” Tara setuju.“Kubilang aku tidak cemburu,” sergahku.Dokter Gelda menyergah, mengatakan tidak ada luka serius. Tentu saja. Tak ada yang berniat saling melukai—kuanggap serangan Profesor Merla yang sampai membuatku menabrak tiang penyangga gelanggang bukan serangan yang berniat melukai
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

375. KENDALI KEMAMPUAN #4

Sistem penilaian ternyata cukup rumit.Jadi, di markas, Lavi memberiku dua lembaran penilaian. Isinya hanya tabel dan beberapa keterangan yang perlu dipilih. Dua lembar ini kupikir sungguhan dua lembar, tetapi ternyata isinya dua lembar bolak-balik—dan sepuluh rangkap. Secara teknis, empat puluh halaman harus diisi. Aku mengeluh mengapa tidak sejak awal dia menyampaikan ini padaku. Dibilang begitu, dia mengerutkan kening.“Bukannya Tara bilang sudah memberitahumu?”“Aku tidak yakin,” kataku. “Mungkin dia sudah memberitahu, tapi aku tidak menangkap maksudnya.”“Kalau begitu, kau tidak berhak protes.”“Tapi kau tidak memberitahu.”“Sudahlah. Kita bisa kejar hari ini. Aku membantumu.”Kali ini dia menarikku ke gelanggang—tempat para kandidat baru sedang menyesuaikan diri dengan latihan. Lavi bilang Dhiena dan Lukas sudah tidak lagi bertugas sejak lama.
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more

376. KENDALI KEMAMPUAN #5

Sore itu, aku dan Lavi bersantai di Rumah Pohon. Aku mencoba memainkan gitar Dalton—belakangan aku menyukai gitar, Lavi sampai memuji betapa aku luar biasa dalam belajar sesuatu. Aku mulai belajar sejak tiba di Padang Anushka, dan sekarang aku sudah bisa memainkan alunan musik hangat untuk Lavi. Ketika aku memainkan jariku berpindah dari satu kunci ke kunci lain, Lavi memejamkan mata, terhanyut pada petikan merdu. Sejujurnya aku juga kaget bisa melakukannya.Namun, permainan gitar tidak berlangsung selamanya. Ketika aku bercerita semua yang terjadi di tim tungku, Dalton memanggilku dari bawah. Lavi jengkel—dia memang tidak suka diganggu kalau sudah di Rumah Pohon—tetapi ketika aku muncul dari beranda, Dalton cukup serius.“Aku mau ke Berlin. Mau ikut?”Aku bahkan hampir lupa ada Berlin di Padang Anushka. Sepertinya Dalton selalu ingat. “Ada Lavi. Kecuali kau tidak keberatan dia ikut, aku tidak mau.”“Ajak sa
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more

377. KOTAK HADIAH #1

“Normalnya, kandidat butuh satu dua bulan sampai penilaian membuktikan mereka pantas memilih,” ujar Jesse. “Tapi mereka langka.”“Sebenarnya aku lebih langka,” protesku.“Kau itu bentuk kemalasan dewan. Beda persoalan.”“Kuanggap itu permintaan maaf.”Setidaknya, aku bangga dia mengakui kemalasan semua personil yang saat itu terlibat di masa orientasiku.Ini pembicaraan rahasia yang sudah sekian kali antara aku, Kara, Jesse dan Jenderal. Jenderal terus meminta perkembangan pembongkaran laptop—yang kini bertemu tantangan terbesar lagi. “Di antara kandidat baru ada yang mengenal dekat algoritma, tapi percuma kalau kita tidak bisa masuk ke panel programnya.”“Panel?” kataku.“Intinya, harus dibuka dengan kata sandi. Tapi tidak ada yang tahu. Kurasa Fal mengerti sesuatu—aku tahu, mustahil dia mengingat sesuatu dan sangat bahaya membuatnya
last updateLast Updated : 2023-09-28
Read more

378. KOTAK HADIAH #2

Aku memaksa Lavi meminta maaf pada Hela.Yang sebenarnya sudah dilakukan Lavi, tetapi aku tidak percaya kalau tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Jadi, Lavi merangkul Hela—yang kurasa tidak pernah dilakukan Lavi, jadi Hela terkejut sampai merona. Dan dia tersenyum malu seolah tidak menyangka Lavi akan memeluknya. Setelahnya, Lavi yang malu. Hela bilang, “Kau jadi orang yang beda kalau ada Forlan.”Sepertinya Lavi sudah minta maaf, tetapi Hela tetap takut padanya.Jadi, ketika Lavi disibukkan oleh Hanna—tentunya seputar panahan, Hela mendengar semua penjelasanku tentang Lavi. Setidaknya, dia harus tahu kalau Lavi tidak bermaksud seperti itu, dan kalau memang ada yang perlu disalahkan setelah Lavi bersikap seperti itu—aku orangnya. Hela hanya tertawa, berkata, “Sekarang aku mengerti kenapa Lavi sangat mencintaimu. Kalian benar-benar dipenuhi cinta seperti bukan di garis terdepan.”“Tapi yang kukatak
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

379. KOTAK HADIAH #3

Yang paling terkejut justru Hela. “A-Aku tidak tahu kalau bisa memanggil senjata! Loh? Kok, bisa? Kenapa, ya?”Dia keheranan melihat pedangnya sendiri. Nuel semakin bertanya-tanya apa yang sudah dia lakukan dengan kemampuannya sampai tidak tahu bisa melakukan itu. Hela bilang, di organisasi dia jarang memakai kemampuannya—ada beberapa pemilik kemampuan sepertinya, tetapi mereka bukan golongan mayoritas. Hampir semua pemilik kemampuan di sana bernasib seperti dirinya.“Lalu untuk apa pasukan itu dibuat?” tanya Nuel, langsung topik sensitif.“Kami tahu sistem organisasi sangat aneh,” ujar Hela. “Tapi—memangnya apa yang bisa kami perbuat? Kami mendaftar karena ingin membela tanah kelahiran kami. Tidak ada yang tahu kalau ternyata pasukan penjaga hanya ladang bisnis.”Suasananya mulai muram.Nuel juga semakin bertanya, tetapi di tengah proses itu, ada seseorang yang menepuk-nepuk bahuku. Aku m
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more
PREV
1
...
3637383940
...
60
DMCA.com Protection Status