Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 381 - Chapter 390

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 381 - Chapter 390

595 Chapters

380. KOTAK HADIAH #4

Lavi duduk di sebelah Hanna.Hanna terlalu tercengang untuk mengulang semua kata-katanya. Jadi, aku yang mengulanginya, sangat rinci—yang sampai membuat Hanna terkejut. “Forlan pendengar yang baik,” gumamnya, pada Emy, yang terlalu keras. Aku pura-pura tidak mendengarnya, meski aku sempat menoleh pada Theo, dan dia juga dengar.Lavi berhasil mengerti masalahnya.“Siapa pun yang mengatakan itu padamu,” ucap Lavi, “dia takkan selamat kalau ketahuan kami.” Aku ingin pura-pura tidak tahu siapa yang dia maksud kami, tetapi dia menyebut namaku. “Terutama Forlan. Dia pembela hak wanita.”“Kau terlalu tinggi menilaiku.”“Dan kau tidak perlu cemas penghuni akan mengatakan itu padamu,” imbuh Lavi. “Mungkin nantinya akan ada penghuni yang merayumu mati-matian seolah tidak ada lagi cewek selain dirimu, tapi percayalah—akan ada juga golongan cowok yang tidak hanya merayumu
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

381. KOTAK HADIAH #5

Akhirnya aku punya waktu menemani Fal lagi.Kali ini dia di perpustakaan. Kami duduk di lantai atas, di meja terpisah dari Reila yang mendapat penjelasan dari Profesor Merla. Dan di meja terpisah lain juga ada sosok manusia yang semestinya sangat sulit ke perpustakaan, kecuali aku bisa menyeretnya dengan alibi menyelidiki sesuatu: Dalton. Dia duduk sendiri, berhasil tenggelam ke buku ajar. Ketika aku datang, aku menyapanya, lalu mendapati sedikit bagian buku yang terpantul di mataku: aksara kuno. Belakangan, setelah tahu kalau aksara kuno sangat berhubungan dengan pemilik keganjilan, dia kembali menggali kemampuan baca tulisnya yang mulai terpendam.Kemudian aku menghampiri Reila dan Profesor Merla. Mereka membahas perhitungan yang belum pernah kulihat sebelumnya. Reila bilang, “Kalkulus.”“Mantra apa itu?” tanyaku.“Perhitungan. Integral, turunan, dan lain-lain.”Kuputuskan pergi, menghampiri Fal yang duduk bers
last updateLast Updated : 2023-10-06
Read more

382. KOTAK HADIAH #6

Keesokan paginya, aku bangun, menghampiri kotak makan Pita, memberi segumpal makanan sampai kotak makannya penuh—dia menghampiri, mengusap kakiku dengan kepalanya seolah mengucap terima kasih, lalu dia menyantapnya. Aku duduk di sisinya, mengusap pelan bulunya meski dia sedang makan. Dia tidak terlalu terganggu, hanya tetap menyantapnya dengan normal.Mentari pagi bersinar menembus jendela belakang. Aku berdiri, mengambil kotak makan Pita—dia mengeong protes, tetapi ketika aku berjalan, dia mengikuti. Aku meletakkannya di beranda belakang, duduk, lalu dia kembali makan.Puas dengan makanannya, dia melompat ke pangkuanku dan bersantai. Pita jarang duduk di pangkuanku. Dia lebih suka di pangkuan Reila atau Fal. Aku pernah memaksanya duduk di pangkuanku dan dia langsung mencakar seolah aku musuh alaminya. Kurasa dia dendam sejak aku selalu memandikannya. Akhir-akhir ini dia baru melunak. Tiba-tiba dia tidak lagi jual mahal untuk duduk di atasku.Aku men
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more

383. KOTAK HADIAH #7

Aku jarang memperlakukannya sebagai adik—aku bersumpah mencobanya berulang kali, tetapi Reila juga tidak suka kalau aku berlebihan—menurutnya, aku memperlakukannya sebagai adik adalah hal berlebihan. Sayangnya, untuk kali ini aku ingin memanjakannya selayaknya dulu aku sering menemaninya. Reila tidak kelihatan ingin protes. Kali ini dia menurut.Pagi itu aku membuatkannya sarapan. Hanya ada kami—ditambah Falcon dan Pita—tentu juga Fin—tetapi mereka sedang bercengkerama sejauh yang bisa dilakukan kucing, alap-alap kawah, dan roh alam. Hewan lebih peka pada eksistensi roh alam. Mereka bisa menyadari keberadaan Fin, tetapi dipisahkan jurang bahasa. Jadi, ketika mereka di selasar belakang, aku membuatkan menu komplit.Bukan ikan bakar—sumpah.Kami menyantapnya di ruang tengah, bercengkerama hal-hal normal yang bisa dibicarakan. Barangkali tentang kesulitannya pada pelajaran Profesor Merla—dan itu topik yang bagus karena dia
last updateLast Updated : 2023-10-10
Read more

384. KELULUSAN #1

Tiga hari kemudian, akhirnya Jesse punya laporan.Jesse memberi kabar singkat—personal padaku ketika dia memanggilku ke ruangannya. “Empat hari lagi. Nanti malam Rapat Dewan.”Malamnya, itu sungguhan terjadi. Bahkan di tengah hujan.Lavi memanggil kami ke markas. Ketika dia bilang, “Sekarang pasti berniat membicarakan kelulusan, jadi—” Elang Nadir hinggap di beranda markas. Dalton bergegas menghampiri, mengambil surat undangan sebelum basah. Biasanya kalau surat undangan datang dari Elang Nadir, isinya mengundang semua anggota.Namun, Dalton mengumumkan. “Semua tim penyerang diundang ke Rapat Dewan, kecuali nama berikut: Forlan.”“Apa?” protes Lavi. “Apa maksudnya?”“Tidak tahu. Itu yang tertulis.”Lavi langsung merebut amplop. Tampaknya isi suratnya memang benar. Dia protes lagi. “Kenapa Forlan tidak diundang? Justru dia harusnya ikut!”
last updateLast Updated : 2023-10-12
Read more

385. KELULUSAN #2

Untuk pertama kalinya, pembicaraanku dengan Ratu Arwah tidak berakhir ketika matahari terbit. Banyak yang perlu dibicarakan dan Ratu Arwah meladeninya seolah tidak ada sesuatu yang membuatnya terburu-buru kembali.“Aku tidak punya mata di alam liar, Forlan. Aku berterima kasih apabila kau membagikan pengetahuanmu padaku.”Itu yang membuatku menceritakan semua yang terjadi sejak gubuk hutan.Ketika aku bertanya tentang Sendi, Ratu Arwah mengangguk. “Sudah sejak lama aku tahu sistem itu muncul. Dulu Aza berhasil menghancurkan semua Sendi. Sayangnya, asumsimu tepat. Sistem dalam musuh tidak hanya Sendi. Bila kita tahu seluruh pasukannya, kita tidak akan mampu melawannya. Karena itu, Forlan, kita perlu mendekat secara perlahan. Sistem Sendi bukan prioritas utama. Sebanyak apa pun kita menghancurkannya, mereka akan membangunnya lagi.”Aku belum pernah melawan satu Sendi, tetapi membayangkan Aza hampir menghancurkan semua Sendi—tet
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

386. KELULUSAN #3

Ketika kesadaranku kembali ke Padang Anushka, jam sarapan telah lewat. Aku, secara teknis, terbangun di jam paling terlambat.Aku terbangun di kamar markas. Awalnya tidak ada siapa-siapa, tetapi saat kuputuskan mencari sesuatu yang bisa kusantap di dapur markas, kusadari ada teko tengah menyala. Di bak pencucian juga ada bekas-bekas memasak seolah seseorang baru selesai membuat kue. Kemudian baru kusadari bahwa ruang tengah kelihatan baru ditempati seseorang. Dan tampaknya dia tengah menyelidiki sesuatu. Banyak lembaran berserakan di sofa santai.Aku tidak ingin bertemu seseorang sebelum mandi, jadi aku mandi.Maka ketika kembali memasuki ruang tengah, bekas-bekas kehidupan yang kulihat telah menampakkan wujudnya. Tiba-tiba apa yang terjadi semalam terlintas di kepalaku—suara-suara samar Reila yang kudengar ketika setengah tertidur atau bahkan hal-hal lain yang bisa kurasakan dari batu yang mengikat kami. Hanya ada Lavi di sofa santai. Dia dud
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

387. KELULUSAN #4

Ketika aku mencuci piring, Lavi menjelaskan kondisi Rapat Dewan.“Aku juga berangkat misi tiga hari lagi. Misi pengawalan. Ada kandidat lagi yang datang dari Lembah Palapa. Di satu waktu, aku juga mengantar kandidat yang lulus. Dan kebenarannya, aku tidak tahu kalau kau mau berangkat misi di hari yang sama. Tidak ada yang bilang itu di Rapat Dewan. Saat aku bertanya pun, Jenderal yang langsung menjawab—ada keperluan khusus yang harus kau lakukan.”Aku terkejut. “Berarti kalau aku tidak bicara, kau tidak tahu?”“Itu yang Jenderal bilang. Kalau kau saja tidak mengatakannya padaku, itu artinya aku memang orang luar yang tidak berhak tahu.”Aku agak kehilangan reaksi. “Itu... keterlaluan.”“Tapi aku tidak protes—sungguh. Kau pikir aku protes, kan?”“Biasanya kau memang protes.”“Aku tahu beberapa hari terakhir kau sering di gubuk Jenderal. Tapi, yah,
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

388. KELULUSAN #5

Keputusan para kandidat sudah final. Kara memanggil semua kapten.Semestinya aku tidak ikut, tetapi dengan kebijakan Lavi yang semestinya melanggar aturan, dia membiarkanku menemaninya. Haswin datang bersama satu set perlengkapan memancing—dulu dia tidak memilikinya, tetapi setelah Profesor Merla tahu kegemarannya pada memancing, dia memberikan satu set peninggalan suaminya secara cuma-cuma. Haswin menerimanya layaknya harta karun.“Aku tidak terlalu suka mancing, bikin bosan, tapi Forlan membuatku suka, dan tiba-tiba aku sudah jauh lebih menyukai memancing darinya,” ujarnya.Dia kaget melihatku sudah di gelanggang.“Kau bangun?” tanyanya.“Seperti yang kau lihat.”“Tadi Lavi mengusirku. Kupikir aku mengganggu proses suci.”Itu ungkapan terseram yang harus dia ucapkan di gelanggang. Tengkukku merinding. Bulu kudukku berdiri. Beruntungnya tidak ada yang terlalu mendengar, tetapi aku
last updateLast Updated : 2023-10-20
Read more

389. KELULUSAN #6

“Sepertinya kita harus buat peringkat diva terbaru,” cetus Haswin, berhasil melempar satu kail. Dan secara teknis, dia mengatakan itu ketika ada Lavi di kano yang sama—tepat di sampingnya. Dalton dan Yasha langsung melotot padanya—seolah itu hal terjauh yang bisa mereka lakukan, dan aku juga menggertakkan gigi diam-diam menatap Haswin dengan cara paling pelan.Haswin menoleh. Di detik itu dia baru sadar lagi ada Lavi di sampingnya. Darah dinginnya langsung naik ke kepala sampai rautnya pucat.Secara teknis, kami diam. Lavi menghadap arah yang berbeda dari Haswin. Aku menghadap arah yang sama dengan Haswin—berhadapan dengan Dalton dan Yasha. Mereka berdua di kano berbeda, sementara aku, Lavi, dan Haswin di kano paling besar. Jadi, kami saling membisu menatap satu sama lain seolah salah satu dari kami baru ketahuan pipis di danau oleh cewek paling cantik. Secara teknis, Lavi masih sibuk melempar kail ke arah yang tepat. Tampaknya dia tidak t
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more
PREV
1
...
3738394041
...
60
DMCA.com Protection Status