Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 401 - Chapter 410

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 401 - Chapter 410

595 Chapters

400. SERANGAN MALAM #8

Mereka terlalu terkejut untuk bergerak—padahal Dalton, Elton, dan Reila sudah melihatnya terlebih dahulu. Kondisinya memang berbahaya, tetapi aku masih bisa merasakan kehadirannya. Sangat tipis. Dia bisa ditolong.“Kalau kalian tidak mau melakukan sesuatu, sebaiknya jaga sekitar, jangan halangi jalanku,” sergahku, menyeret Dalton pergi dari depan celah.“Tapi—”“Bisa jadi dia musuh,” sambung Elton, tanpa nada.“Tapi aku butuh kau,” aku menyeret Dalton lagi, memasuki celah kecil.Celah itu benar-benar kecil. Kami harus berjalan miring untuk muat masuk ke sana. Dalton kesulitan karena dia lumayan kekar. Aku juga cukup kekar, tetapi tidak seperti Dalton. Dalton menggandakan ototnya seperti mengembang.Aku berhasil masuk celah. Dalton kesulitan.“Oke, lupakan,” kataku, mendorongnya, “pinjam jam tanganmu.”Dia mengerti, langsung memberikan jam tangan
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

401. SERANGAN MALAM #9

Mengeluarkan Irene dari jeruji ternyata tidak jadi masalah. Lavi punya opsi.Pertama, aku memakai kemampuan mengerakkan tanah milikku agar celah terbuka lebih lebar—sejujurnya aku tidak memikirkan ini ketika masuk celah, kalau kupikirkan lagi, Lavi memang tahu setiap jengkal tentangku melebihi pola pikirku sendiri. Kedua, memakai kemampuan Reila agar Irene bisa tetap tegak melewati celah kecil. Itu lebih mudah dilakukan. Jadi, keputusan dibuat dengan pengambilan suara. Hasilnya, satu suara untuk ide pertama. Empat suara untuk ide kedua. Benar. Aku memilih ide pertama, dan semua orang pilih ide kedua.Lavi—yang punya ide itu—memarahiku.“Berhentilah menjadi satu-satunya pahlawan di sini. Aku kaptenmu. Aku partnermu. Mengerti, tidak, sih?”“Aku cuma pakai hak pilih,” belaku.“Sekali lagi kau bermain pahlawan, aku meninjumu sampai mimisan.”Hanya kami—aku dan Lavi—yang bisa bersi
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

402. CABANG JALAN #1

Suara Lavi bergema berulang kali di kepalaku.Aku berhasil membalas, berkata, “Lanjutkan. Aku tidak apa-apa.” Namun, hanya untuk mengatakan itu, aku harus mengucapkannya secara terpisah. Kira-kira menjadi: “Lanjut—aduh—lanjutkan! Aku, ukh, tidak apa—apa.”Dua musuh menyerangku brutal di tengah jalur sempit.Jalur ini sama-sama menyulitkan kami, tetapi kerja sama mereka lumayan bagus. Pertama, tendangan mengarah ke kepalaku. Aku mundur sampai kakinya tak bisa menjangkau. Dia mendekat lagi, mengarahkan tonjokan. Aku menangkapnya dengan mudah. Namun, tiba-tiba dia menunduk. Temannya melompati dirinya—langsung mengarahkan sepakan lurus padaku. Aku kaget, menahannya dengan satu lengan, dan saat itulah orang yang tangannya kupegang mengarahkan tendangannya ke perutku. Berhasil kena. Cukup telak. Aku mundur sampai mengerang. Melihat itu berhasil, mereka semakin brutal mengandalkan kelincahan di lorong sempit.Fokus
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

403. CABANG JALAN #2

Benakku gelisah di sepanjang perjalanan ke atas. Bukan karena merasa ada musuh menyerang, tetapi karena aku sendirian dan Fin tidak terlalu membantu.Kuputuskan membiarkan Fin merangkum apa yang setidaknya dia mengerti dari ingatan musuh, dan tampaknya itu juga bukan ide bagus. Awalnya dia bicara hal penting, seperti: [“Dia bangga dengan posisinya di Sendi Empat.”] atau [“Dia tangan kanan wakil bosnya.”] atau [“Dia sering mengurusi tahanan.”] Semestinya dia mengucapkan hal-hal bagus semacam itu seterusnya, tetapi karena identitasnya sudah terbongkar di awal—hal berikutnya membuatku mual.[“Dia ikut menyiksa Irene.”]Tampaknya Fin iseng—dia terkadang tahu apa yang membuatku terganggu dan dia terang-terangan menyebut itu. Kuputuskan menghentikan rangkumannya.Namun, Fin merasa perlu mengatakan ini.[“Dia membunuh penghuni Padang Anushka. Beberapa
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

404. CABANG JALAN #3

Ada raut lega yang sulit digambarkan ketika Kara mendengar situasi Irene secara lengkap. Kara seperti bahagia, tetapi di waktu yang sama juga pedih. Aku bisa mengerti. Barangkali Padang Anushka telah melakukan pemakamannya secara formalitas—sama seperti yang terjadi pada Dalton. Namun, bukan berarti Padang Anushka berhenti berharap. Sayangnya, kami semua tahu—setidaknya apa yang terjadi jika penghuni tertangkap. Dan mungkin aku juga sudah merasakannya. Dia tidak akan pernah persis sama lagi.“Irene,” gumam Kara, “pejuang tim penyerang yang punya senyum paling manis. Dia mencerahkan kondisi tim penyerang yang muram sejak Hayden hilang. Kurasa dia mirip Dalton, Nak. Dia kandidat terkuat Kapten sepeninggal Hayden. Gadis tangguh yang pantang menyerah.”Ada sorot muram yang tidak bisa hilang dari raut Kara.Aku ingin bilang kalau sudah melihat ingatan Irene selama di penjara keji, tetapi tenggorokanku tercekat. Aku tidak bisa berka
last updateLast Updated : 2023-11-21
Read more

405. CABANG JALAN #4

“Penghalang milikku bisa memerangkap banyak unsur,” ujar Kara. “Salah satunya suara dan visual. Aku bisa membuat mereka tidak bisa mendengar apa pun. Sayangnya, berlaku dua arah. Kita tidak bisa dengar mereka.”Itu kemampuan yang... cukup rumit.Kara meminta mereka satu per satu keluar. Sebenarnya rautnya sudah cukup pedih melihat lima orang—termasuk Irene—yang dibawa keluar, tetapi prosedur tetap harus dilakukan. Hanya Irene yang diperbolehkan ikut keluar.Ketika aku dan Lavi berpelukan, sudut mataku juga melihat Kara. Dengan cara paling lembut, Kara mulai memeluk Irene yang tidak sadarkan diri. Sorotnya terasa pedih. Dia memeluknya, seolah memberinya ucapan selamat datang kembali dalam tidurnya. Irene sudah terlihat lebih baik. Rautnya lebih cerah dibanding saata pertama kami menemukannya. Kini dia juga sudah memakai jubah Reila, membuat perawakannya lebih baik dipandang. Sayangnya, itu tidak mengubah betapa dirinya sudah sa
last updateLast Updated : 2023-11-23
Read more

406. CABANG JALAN #5

Aku tidak mengerti mengapa setiap aku keluar Padang Anushka selalu saja berujung pada masalah serius. Rasanya seperti tidak diizinkan kembali.Dan sekarang ada masalah yang lebih serius.“Yang membawa mereka Reila, keputusan di tangannya,” kata Dalton.“Jangan memberiku pilihan sulit,” erang Reila. “Bukan aku yang harusnya mengambil keputusan sepenting ini.”“Tapi kau yang membawanya.”“Dan? Hanya aku yang harus menjaga mereka sampai kembali? Untuk apa tujuh orang di sini? Jangan bersikap seolah kau lepas tangan.”“Yang setuju semua dibawa pulang?” tukas Kara.Dan inilah titik baliknya. Sejujurnya bukan maksudku jahat, tetapi kami di alam liar. Meskipun kemampuan menghalau monster milikku aktif, bukan berarti bisa sepenuhnya menghilangkan keberadaan kami dari monster. Syarat kemampuan itu cukup berat. Kehadiranku harus menguat. Ganjaran utamanya, musuh dengan indr
last updateLast Updated : 2023-11-25
Read more

407. CABANG JALAN #6

Falcon masih belum tiba sampai pembakaran selesai. Dalton membawa tiga kotak kecil berisi abu sisa pembakaran, lalu bertanya soal titik berikutnya. Kubilang Falcon belum kembali, menyarankan sebaiknya kami pindah tempat. Semua orang setuju. Kami bergerak ke ujung bukit yang menunjukkan pemandangan luar biasa khas matahari terbit. Itu momen menunggu paling hebat yang pernah kurasakan.Sebenarnya itu ide Dalton.“Sebaiknya kita menunggu di sana.” Dalton menunjuk arah. “Di sana langit terbuka lebar. Kita bisa lihat Falcon. Falcon bisa lihat kita.”Dan pemandangan yang terlihat itu benar-benar berhasil membuat mataku terbuka. Matahari baru terbit, sehingga langit masih berwarna kemerahan. Matahari masih belum bersinar terlalu terang. Hanya kelihatan seperti bulatan kecil di jarak yang kelewat jauh, tetapi bersinar di antara kegelapan awan fajar. Langit malam di atas mulai berangsur berganti, dihapuskan cahaya merah. Kami seperti ada di ujung
last updateLast Updated : 2023-11-27
Read more

408. GENERASI DEWAN #1

Hal paling pertama yang membuatku mengerang pada misi ini, adalah jarak yang kelewat kejam. Koordinat berhasil ditemukan, dan Kara memeriksa melalui peta, lalu dengan kecerdikan serta pengalaman Kara—dan Jenderal selama di alam liar, mereka menggunakan rekam jejak untuk menghitung berapa estimasi kami bisa sampai di vila monster—dekat gua bawah tanah itu.“Tiga hari sudah paling wajar,” kata Kara.Aku ingin bertanya apa yang Kara maksud wajar—kalau yang Kara maksud itu kecepatan yang sama seperti ketika kami menempuh medan tempur dari Padang Anushka, itu siksaan yang lebih kejam dari mendengar Dalton menyanyi. Dan kabar buruknya, Jenderal sudah memutuskan, “Pemilihan jalur itu urusanmu, Kara.”Jadi, ketika kami berjalan dengan bantuan kompas, Jenderal berjalan agak di depan, aku bertanya pada Kara. Dia bilang, “Kita berjalan santai, Nak. Mustahil kita menjaga kecepatan yang sama seperti tadi.”Setidakn
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

409. GENERASI DEWAN #2

Istirahat di tengah misi bersama dua dewan yang biasa menjadi pusat para penghuni ternyata lebih menenangkan dari yang kubayangkan.Maksudku, Kara punya penghalang. Dan seperti yang sudah Kara jelaskan, penghalangnya punya keistimewaan menghalangi apa pun dari dalam, bisa berupa visual, suara, atau apa pun. Aku tidak tahu seperti apa kami saat ini dari luar, tetapi bisa kupastikan aku masih bisa melihat luar—danau yang terbentang luas, burung-burung yang bertengger di tepi danau, dan langit cerah yang tidak terlalu terik. Itu benar-benar pemandangan yang cukup indah untuk dirasakan bersama ikan bakar di tengah misi. Kami makan cukup lahap seolah ada di Padang Anushka.“Orang luar takkan bisa lihat kita, Nak,” jelas Kara. “Tapi kalau mendekat, mereka bisa merasakan dinding tak terlihat. Mungkin itu bedanya dengan pelindung milik kemampuan roh. Pelindungmu mengizinkan orang yang tidak diperkenankan hanya melihat alam liar selayaknya alam liar.&rdq
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more
PREV
1
...
3940414243
...
60
DMCA.com Protection Status