Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 411 - Chapter 420

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 411 - Chapter 420

595 Chapters

410. GENERASI DEWAN #3

Tepat detik itu juga, kami harus berangkat lagi.Kara kelewat tegas masalah waktu, jadi meski kami ada di tengah obrolan penting, kami tetap harus berangkat. Kupikir kami akan menyeberangi hamparan air dengan—setidaknya kano sederhana, ternyata tidak. Di sini ada Kara. Tidak ada cara yang lebih efektif selain memakai kemampuan Kara di atas air.Maka itulah yang terjadi. Kami berjalan di atas air—dan karena aku harus melanjutkan cerita, Kara juga melapisi kami dengan penghalang selagi berjalan. Itu teknik yang curang—dan rasanya seperti mengejek para punggawa misi yang harus bergerak diam-diam. Sayangnya, pembicaraan sedang serius, jadi aku tidak punya waktu membuat lelucon. Dan Jenderal—ketika perjalanan awal tadi selalu berjalan agak di depan, kali ini beriringan dengan kami. Agak mengerikan membayangkan dia benar-benar memasang telinga untukku.Jadi, aku menceritakannya.Masih menempel di kepalaku setiap detail tentang mimpi itu.
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

411. GENERASI DEWAN #4

Malam pertama kami di alam liar berakhir di sebuah ladang terbuka.Ya, ladang terbuka. Benar-benar terbuka. Tidak ada pohon di sekitar, tetapi ada sungai kecil di dekat barisan pohon terdekat. Jenderal sudah membawa daging besar yang didapat dari hutan—entah, di perjalanan, kami sempat terpisah dan Kara bilang tidak perlu khawatir. Tiga puluh menit kemudian, kami bertemu lagi—yang membuatku tercengang karena Jenderal sudah membawa karung besar.“Makan malam,” katanya.Tampaknya aku tidak perlu khawatir masalah makanan bersama mereka.Dan saat kupikir kami akan berkemah di tempat tersembunyi layaknya aku dan Lavi yang berkemah di dekat air terjun; atau aku, Dalton, dan Reila yang lebih memilih di tengah hutan—ternyata kami berkemah di tengah ladang terbuka, yang secara teknis, menjadi sasaran empuk bila kami diserang. Terlihat dari segala arah, tidak ada ruang untuk sembunyi—meski juga berlaku dua arah karena kami mampu
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more

412. GENERASI DEWAN #5

Ketika giliranku menjaga tiba, dengan cepat aku disergap kebosanan. Pada akhirnya yang kulakukan sampai matahari terbit hanya mengawasi alam liar dengan Fin. Tidak ada ancaman berarti. Kalau memang ada ancaman, barangkali trek yang cukup terjal setelah ladang terbuka. Akhirnya trek alam liar dimulai.Begitu matahari terbit, aku membangunkan Jenderal dan Kara.Hanya dengan jentikan jari. Perlahan, mereka bangun.Kami bangun dengan energi terkumpul—siap menghadapi apa yang Kara sebut, tetapi tiba-tiba Jenderal dengan tajam berkata, “Kita percepat langkah.”“Percepat?” tanyaku, terucap begitu saja.“Kita selesaikan misi dalam tiga hari.”Sejujurnya aku sudah sulit terkejut dengan gagasan kontroversial Jenderal. Tampaknya sudah mulai terbiasa. Namun, tetap saja itu membingungkan.“Caranya?” tanya Kara.“Daripada menghemat kemampuan bersiap menghadapi musuh. Lebih baik guna
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

413. GENERASI DEWAN #6

Tidak ada musuh. Tidak ada monster. Namun, bukan berarti kami lolos dari serangan makhluk hutan. Hewan-hewan mulai mengincar kami.Jenderal sudah menghabisi tiga babi hutan, dua anjing hutan, dan puluhan ular. Sekali lagi, kubilang padanya gagasan yang sama seperti yang kuucapkan pada Dalton. “Dengan segala hormat, Jenderal bisa merusak ekosistem hutan.”“Mereka harusnya bersyukur tidak perlu merasakan kejamnya alam liar.”Itu gagasan yang salah. Balasan Dalton sejauh ini lebih asyik untuk dibalas. Balasan Jenderal terlalu suram untuk dijadikan lelucon.Pada akhirnya, ketika kami sampai di puncak bukit pertama, bisa dipastikan tidak ada tanda-tanda berbahaya seperti monster atau punden berundak atau apalah. Hanya alam liar biasa. Kami beristirahat, menyaksikan pemandangan alam liar di tengah matahari yang cukup terik. Makanan pagi menjelang siang kami semacam sisa daging asap semalam—tidak terlalu nikmat, tetapi cukup mengisi
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

414. MEMORI PENDAR PUTIH #1

Aku yakin Lavi akan mengamuk kalau tahu aku mengambil ingatan lagi.Kami akan terputus selama beberapa waktu—setidaknya, hampir sebagian besar energiku habis untuk Fin—dan menurut pengalaman kami, ketika salah satu dari energiku atau Lavi terkuras, komunikasi pasti terputus.Dan ini dia masalahnya: Fin terlambat memberitahuku peringatan.[“Menyambungkan ingatan tidak bisa sembarangan. Kau bisa lihat ingatan siapa pun, kecuali mereka yang terikat dengan kemampuan jiwa. Sekali saja kau menyambungkan ingatan dengan mereka, jiwamu bisa berpotensi diambil alih.”]Itu peringatan yang cukup berarti, tetapi tidak untuk saat ini.Tantangan terbesarnya adalah menyaksikan ingatan masa lalu sembari tetap mempertahankan kesadaran. Fin tidak bilang itu mustahil. Katanya melakukan itu seperti mengeluarkan dua ledakan kemampuan di satu waktu—yang bila diartikan secara kasar pada bahasa manusia: menoleh ke kanan dan kiri dalam
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

415. MEMORI PENDAR PUTIH #2

Penglihatan berikutnya kurang begitu terlihat.Namun, aku bisa melihat Bibi duduk di beranda depan gubuk Jenderal. Di hadapannya sudah ada bunga-bunga yang sedikit mekar. Masih sedikit, tidak seluas ladang yang sekarang, dan di citra itu malam telah tiba, sehingga pemandangan tak terlalu terlihat. Beranda depan Jenderal juga tidak memiliki lampu yang terang, dan entah bagaimana caranya citra ini juga buram.Bibi duduk bersama Jenderal, dipisahkan meja kayu. Itu Jenderal yang juga kukenal. Memakai topi—tetap konsisten meski istrinya ada di sampingnya.“Sekarang aku mengerti maksud Meri,” ujar Bibi, tiba-tiba. “Pada dasarnya selama ini kau tidak mengincar hatiku. Aku ini kau anggap apa?”Jenderal hanya diam.Namun, dari auranya, aku tahu Jenderal tengah dipenuhi nuansa janggal.“Kau hidup bukan untuk mati,” gumam Bibi. “Kau lupa aku di sini?”“Aku harus mengurus sesuatu,”
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more

416. MEMORI PENDAR PUTIH #3

Setidaknya, gagasan Bibi benar. Jenderal adalah dua orang berbeda di depan penghuni dan di depan tim kombat. Aku mengenal begitu banyak tentang Jenderal melalui citra-citra singkat—barangkali dirinya yang selalu mengambil jatah makan paling pertama atau paling terakhir, bahkan dia juga pernah tidak sempat kebagian jatah makan andai Ibu tidak menyadarinya. Ibu barangkali masih takut, tetapi Ibu tim tungku, dan dia sering melihat Jenderal datang sendiri. Aku yakin di suatu titik waktu, akhirnya Ibu mulai membuka dirinya yang ketakutan untuk menghadapi diri Jenderal yang begitu misterius dan gelap.Dan Bibi adalah orang dengan aura tercerah di Padang AnushkaBahkan melebihi Ibu—sungguh.Bibi dicintai penghuni. Dia ceria, mudah bergaul, ramah—tidak seperti tim kombat kebanyakan. Dan Bibi masih sering bersama kandidat percobaan bersama Ibu. Kandidat percobaan mirip kandidat baru, tetapi tampaknya mereka sudah lebih siap untuk menghadapi pertempuran&
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more

417. MEMORI PENDAR PUTIH #4

“Meri!” seru Bibi, berlari menaiki tangga Balai Dewan. Di pinggangnya ada pedang dengan aura megah. Bibi berlari penuh semangat, rautnya sangat riang, lalu dengan cara paling tidak bersalah, mendobrak pintu ruangan, menemukan Ibu yang sedang mengajar perempuan kecil—lalu menjerit, “MERI!” Yang secara insidental membuat Ibu terkejut dan langsung menjerit:“ASTAGA! KETUK PINTUNYA!”“Meri!” Bibi tidak peduli, langsung meluncur ke meja kecil tempat Ibu dan perempuan kecil itu. “Lihat! Aku dapat pedang baru! Dikasih komandan!”“Komandan?” tanya Ibu, langsung dengan nada normal.“Yah, kita tahu ada semacam peringkat untuk tim kombat, kan?” Bibi mulai menjelaskan, mengedikkan bahunya sesekali. “Aku urutan pertama di keterampilan pedang, dan kemarin aku juga mengalahkan Kapten, jadi aku layak dapat ini.”Ibu melihat pedang itu sejenak—karena secara t
last updateLast Updated : 2023-12-17
Read more

418. MEMORI PENDAR PUTIH #5

Ibu sedang mencuci sayur ketika Bibi bercerita dengan muram.“Dia sudah berkhianat,” gumam Bibi. “Kita tahu dia hilang, kan? Kemarin aku bertemu dengannya. Baik-baik saja—benar-benar tidak seperti yang selalu kita cemaskan. Dia mengacungkan pedang padaku, dan—dia tidak sedang dipengaruhi. Saat pedang kami bertemu, dia mengucap kekecewaannya, lalu mengajakku ikut ke sisi lain bersamanya. Katanya kami bisa lebih bahagia di sisi lain.”Ibu masih mencuci sayur. Satu ember. Dan membelakangi Bibi, sehingga Ibu tidak benar-benar melihat ekspresi Bibi. Ibu hanya diam, tidak berkomentar apa pun. Bibi semakin gelisah, menggerakkan jemarinya dengan tidak nyaman.“Meri, aku membunuhnya,” ujar Bibi.“Kalau begitu, baguslah,” kata Ibu, langsung.“Apa?”Ibu akhirnya beranjak dari bak pencucian, mengelap tangannya, mendekati Bibi yang sedang duduk di balik meja dapur. “Dia masa la
last updateLast Updated : 2023-12-19
Read more

419. MEMORI PENDAR PUTIH #6

Di markas tim kombat—yang ada di tengah hutan—Bibi tengah menarget papan panahan ketika Ayahku berdiri di pagar. Ayah tidak lagi basa-basi.“Kau bermasalah dengan Meri?”“Bukannya bagus?” sahut Bibi. “Kau punya bahan obrolan dengannya.”“Aku selalu tidak suka saat kau mengalihkan pembicaraan begini, kulempar bumerang kalau kau masih menghindar. Minta maaf padanya.”“Bukannya kau mau misi?” tanya Bibi.Dan Ayah benar-benar melempar bumerang pada Bibi—yang bisa dihindari Bibi cukup mudah. Bibi melompat ke samping, baru akhirnya menoleh dengan aura penuh tuntutan. “Untuk apa itu? Kau sungguhan?”“Kau yang kebanyakan bercanda. Aku serius sejak awal.”“Aku juga serius tanya padamu. Kau mau misi?”“Kau iri, kan? Kau mau ambil posisiku?”“Bisakah kau berhenti membalasku dengan emosi seperti itu? Cu
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more
PREV
1
...
4041424344
...
60
DMCA.com Protection Status