Beranda / Fantasi / Selubung Memori / 400. SERANGAN MALAM #8

Share

400. SERANGAN MALAM #8

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-13 13:00:03

Mereka terlalu terkejut untuk bergerak—padahal Dalton, Elton, dan Reila sudah melihatnya terlebih dahulu. Kondisinya memang berbahaya, tetapi aku masih bisa merasakan kehadirannya. Sangat tipis. Dia bisa ditolong.

“Kalau kalian tidak mau melakukan sesuatu, sebaiknya jaga sekitar, jangan halangi jalanku,” sergahku, menyeret Dalton pergi dari depan celah.

“Tapi—”

“Bisa jadi dia musuh,” sambung Elton, tanpa nada.

“Tapi aku butuh kau,” aku menyeret Dalton lagi, memasuki celah kecil.

Celah itu benar-benar kecil. Kami harus berjalan miring untuk muat masuk ke sana. Dalton kesulitan karena dia lumayan kekar. Aku juga cukup kekar, tetapi tidak seperti Dalton. Dalton menggandakan ototnya seperti mengembang.

Aku berhasil masuk celah. Dalton kesulitan.

“Oke, lupakan,” kataku, mendorongnya, “pinjam jam tanganmu.”

Dia mengerti, langsung memberikan jam tangan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Selubung Memori   401. SERANGAN MALAM #9

    Mengeluarkan Irene dari jeruji ternyata tidak jadi masalah. Lavi punya opsi.Pertama, aku memakai kemampuan mengerakkan tanah milikku agar celah terbuka lebih lebar—sejujurnya aku tidak memikirkan ini ketika masuk celah, kalau kupikirkan lagi, Lavi memang tahu setiap jengkal tentangku melebihi pola pikirku sendiri. Kedua, memakai kemampuan Reila agar Irene bisa tetap tegak melewati celah kecil. Itu lebih mudah dilakukan. Jadi, keputusan dibuat dengan pengambilan suara. Hasilnya, satu suara untuk ide pertama. Empat suara untuk ide kedua. Benar. Aku memilih ide pertama, dan semua orang pilih ide kedua.Lavi—yang punya ide itu—memarahiku.“Berhentilah menjadi satu-satunya pahlawan di sini. Aku kaptenmu. Aku partnermu. Mengerti, tidak, sih?”“Aku cuma pakai hak pilih,” belaku.“Sekali lagi kau bermain pahlawan, aku meninjumu sampai mimisan.”Hanya kami—aku dan Lavi—yang bisa bersi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Selubung Memori   402. CABANG JALAN #1

    Suara Lavi bergema berulang kali di kepalaku.Aku berhasil membalas, berkata, “Lanjutkan. Aku tidak apa-apa.” Namun, hanya untuk mengatakan itu, aku harus mengucapkannya secara terpisah. Kira-kira menjadi: “Lanjut—aduh—lanjutkan! Aku, ukh, tidak apa—apa.”Dua musuh menyerangku brutal di tengah jalur sempit.Jalur ini sama-sama menyulitkan kami, tetapi kerja sama mereka lumayan bagus. Pertama, tendangan mengarah ke kepalaku. Aku mundur sampai kakinya tak bisa menjangkau. Dia mendekat lagi, mengarahkan tonjokan. Aku menangkapnya dengan mudah. Namun, tiba-tiba dia menunduk. Temannya melompati dirinya—langsung mengarahkan sepakan lurus padaku. Aku kaget, menahannya dengan satu lengan, dan saat itulah orang yang tangannya kupegang mengarahkan tendangannya ke perutku. Berhasil kena. Cukup telak. Aku mundur sampai mengerang. Melihat itu berhasil, mereka semakin brutal mengandalkan kelincahan di lorong sempit.Fokus

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Selubung Memori   403. CABANG JALAN #2

    Benakku gelisah di sepanjang perjalanan ke atas. Bukan karena merasa ada musuh menyerang, tetapi karena aku sendirian dan Fin tidak terlalu membantu.Kuputuskan membiarkan Fin merangkum apa yang setidaknya dia mengerti dari ingatan musuh, dan tampaknya itu juga bukan ide bagus. Awalnya dia bicara hal penting, seperti: [“Dia bangga dengan posisinya di Sendi Empat.”] atau [“Dia tangan kanan wakil bosnya.”] atau [“Dia sering mengurusi tahanan.”] Semestinya dia mengucapkan hal-hal bagus semacam itu seterusnya, tetapi karena identitasnya sudah terbongkar di awal—hal berikutnya membuatku mual.[“Dia ikut menyiksa Irene.”]Tampaknya Fin iseng—dia terkadang tahu apa yang membuatku terganggu dan dia terang-terangan menyebut itu. Kuputuskan menghentikan rangkumannya.Namun, Fin merasa perlu mengatakan ini.[“Dia membunuh penghuni Padang Anushka. Beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Selubung Memori   404. CABANG JALAN #3

    Ada raut lega yang sulit digambarkan ketika Kara mendengar situasi Irene secara lengkap. Kara seperti bahagia, tetapi di waktu yang sama juga pedih. Aku bisa mengerti. Barangkali Padang Anushka telah melakukan pemakamannya secara formalitas—sama seperti yang terjadi pada Dalton. Namun, bukan berarti Padang Anushka berhenti berharap. Sayangnya, kami semua tahu—setidaknya apa yang terjadi jika penghuni tertangkap. Dan mungkin aku juga sudah merasakannya. Dia tidak akan pernah persis sama lagi.“Irene,” gumam Kara, “pejuang tim penyerang yang punya senyum paling manis. Dia mencerahkan kondisi tim penyerang yang muram sejak Hayden hilang. Kurasa dia mirip Dalton, Nak. Dia kandidat terkuat Kapten sepeninggal Hayden. Gadis tangguh yang pantang menyerah.”Ada sorot muram yang tidak bisa hilang dari raut Kara.Aku ingin bilang kalau sudah melihat ingatan Irene selama di penjara keji, tetapi tenggorokanku tercekat. Aku tidak bisa berka

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Selubung Memori   405. CABANG JALAN #4

    “Penghalang milikku bisa memerangkap banyak unsur,” ujar Kara. “Salah satunya suara dan visual. Aku bisa membuat mereka tidak bisa mendengar apa pun. Sayangnya, berlaku dua arah. Kita tidak bisa dengar mereka.”Itu kemampuan yang... cukup rumit.Kara meminta mereka satu per satu keluar. Sebenarnya rautnya sudah cukup pedih melihat lima orang—termasuk Irene—yang dibawa keluar, tetapi prosedur tetap harus dilakukan. Hanya Irene yang diperbolehkan ikut keluar.Ketika aku dan Lavi berpelukan, sudut mataku juga melihat Kara. Dengan cara paling lembut, Kara mulai memeluk Irene yang tidak sadarkan diri. Sorotnya terasa pedih. Dia memeluknya, seolah memberinya ucapan selamat datang kembali dalam tidurnya. Irene sudah terlihat lebih baik. Rautnya lebih cerah dibanding saata pertama kami menemukannya. Kini dia juga sudah memakai jubah Reila, membuat perawakannya lebih baik dipandang. Sayangnya, itu tidak mengubah betapa dirinya sudah sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Selubung Memori   406. CABANG JALAN #5

    Aku tidak mengerti mengapa setiap aku keluar Padang Anushka selalu saja berujung pada masalah serius. Rasanya seperti tidak diizinkan kembali.Dan sekarang ada masalah yang lebih serius.“Yang membawa mereka Reila, keputusan di tangannya,” kata Dalton.“Jangan memberiku pilihan sulit,” erang Reila. “Bukan aku yang harusnya mengambil keputusan sepenting ini.”“Tapi kau yang membawanya.”“Dan? Hanya aku yang harus menjaga mereka sampai kembali? Untuk apa tujuh orang di sini? Jangan bersikap seolah kau lepas tangan.”“Yang setuju semua dibawa pulang?” tukas Kara.Dan inilah titik baliknya. Sejujurnya bukan maksudku jahat, tetapi kami di alam liar. Meskipun kemampuan menghalau monster milikku aktif, bukan berarti bisa sepenuhnya menghilangkan keberadaan kami dari monster. Syarat kemampuan itu cukup berat. Kehadiranku harus menguat. Ganjaran utamanya, musuh dengan indr

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25
  • Selubung Memori   407. CABANG JALAN #6

    Falcon masih belum tiba sampai pembakaran selesai. Dalton membawa tiga kotak kecil berisi abu sisa pembakaran, lalu bertanya soal titik berikutnya. Kubilang Falcon belum kembali, menyarankan sebaiknya kami pindah tempat. Semua orang setuju. Kami bergerak ke ujung bukit yang menunjukkan pemandangan luar biasa khas matahari terbit. Itu momen menunggu paling hebat yang pernah kurasakan.Sebenarnya itu ide Dalton.“Sebaiknya kita menunggu di sana.” Dalton menunjuk arah. “Di sana langit terbuka lebar. Kita bisa lihat Falcon. Falcon bisa lihat kita.”Dan pemandangan yang terlihat itu benar-benar berhasil membuat mataku terbuka. Matahari baru terbit, sehingga langit masih berwarna kemerahan. Matahari masih belum bersinar terlalu terang. Hanya kelihatan seperti bulatan kecil di jarak yang kelewat jauh, tetapi bersinar di antara kegelapan awan fajar. Langit malam di atas mulai berangsur berganti, dihapuskan cahaya merah. Kami seperti ada di ujung

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-27
  • Selubung Memori   408. GENERASI DEWAN #1

    Hal paling pertama yang membuatku mengerang pada misi ini, adalah jarak yang kelewat kejam. Koordinat berhasil ditemukan, dan Kara memeriksa melalui peta, lalu dengan kecerdikan serta pengalaman Kara—dan Jenderal selama di alam liar, mereka menggunakan rekam jejak untuk menghitung berapa estimasi kami bisa sampai di vila monster—dekat gua bawah tanah itu.“Tiga hari sudah paling wajar,” kata Kara.Aku ingin bertanya apa yang Kara maksud wajar—kalau yang Kara maksud itu kecepatan yang sama seperti ketika kami menempuh medan tempur dari Padang Anushka, itu siksaan yang lebih kejam dari mendengar Dalton menyanyi. Dan kabar buruknya, Jenderal sudah memutuskan, “Pemilihan jalur itu urusanmu, Kara.”Jadi, ketika kami berjalan dengan bantuan kompas, Jenderal berjalan agak di depan, aku bertanya pada Kara. Dia bilang, “Kita berjalan santai, Nak. Mustahil kita menjaga kecepatan yang sama seperti tadi.”Setidakn

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29

Bab terbaru

  • Selubung Memori   594. BENANG BUNGA #8

    Lavi meneguk cokelatnya sampai habis sebelum mulai melanjutkan.“Sejak dulu aku tidak bermaksud dekat dengan siapa pun,” katanya. “Aku... suka menyendiri. Kata orang, aku selalu dekat dengan si kapten baru ini, tapi—apa yang mereka tahu? Aku lebih sering menyendiri—dulu belum ada gerha, Tempat favoritku menyendiri hanya Joglo atau ladang bunga. Dulu aku sering ikut Dhiena dan Mika merawat ladang bunga. Tapi semakin aku dikabarkan dekat dengan si kapten, Dhiena dan Mika juga terkesan menjauhiku seolah itu cara mereka berkata tidak suka aku dekat dengan tim penyerang. Aku semakin sendiri, dan di titik itulah aku sadar betapa aku mulai benci diriku sendiri. Aku benci menyendiri. Aku benci merasakan sepi. Tapi aku tidak bisa pergi dari sepi. Dan orang ini—si kapten ini hanya ingin dipuaskan tanpa memikirkanku. Dan di waktu sama aku mendengar dia memakai namaku untuk membanggakan dirinya—seolah dia berhasil mendapatkan diriku yang jatuh pa

  • Selubung Memori   593. BENANG BUNGA #7

    Aku bersumpah pada Lavi tidak akan bersedih lagi sampai selesai misi. Itu membuat Lavi tersenyum lebar. “Kalau begitu, sekarang kau yang temani aku.”Lavi ingin menghabiskan waktu di Rumah Pohon hingga jam misi tiba. Saat itu kurang dari enam jam lagi hingga kami berangkat misi. Jadi, Lavi beranjak ke Rumah Pohon saat aku membuat cokelat hangat di dapur. Dalton tidak ingin berada di markas. Dia ingin duduk di danau. Aku tidak ingin mengganggunya. Sepertinya dia ingin menenangkan pikiran. Kupikir Elton ikut dengannya, ternyata Elton ingin mempersiapkan perlengkapannya. Maka kami berpisah.Dua cangkir cokelat hangat siap, aku naik ke Rumah Pohon. Rumah Pohon ketika Lavi berada di dalam sungguh bisa terasa berbeda hanya dari aromanya. Lavi membuat semuanya terasa lebih hidup. Kehadirannya lebih besar dari sekadar apa pun. Ketika kehadirannya terasa sangat kuat seperti ini, biasanya Lavi sedang duduk di depan pintu beranda Rumah Pohon—di tempat favoritku&

  • Selubung Memori   592. BENANG BUNGA #6

    Jesse dan Nuel membubarkan diri lebih dulu. Lavi menatap tajam Jesse bak singa marah menatap musuh yang bahkan tidak menoleh padanya sampai Jesse dan Nuel keluar ruangan. Aku membiarkan Lavi menatap seperti itu karena aku juga lumayan takut kalau dia sudah mendesis semakin kesal.Dokter Gelda meminta Leo kembali ke klinik, yang kusadari kalau Leo juga belum benar-benar dapat restu—tetapi Leo meminta sedikit waktu untuk menetap di markas ini lebih lama. “Sumpah, Ibu. Mika bakal menyeretku, jadi tunggu aku di klinik. Percayalah padaku dan Mika.” Dan dengan gagasan itu, Dokter Gelda dan Isha kembali lebih dulu ke klinik. Isha berkata padaku dan Lavi. “Nanti kuletakkan perlengkapan misi kalian di depan.” Lavi hanya mengangguk. Aku juga.Kara tampaknya berniat menghampiri kami, tetapi tiba-tiba Hela datang ke tempatnya, meminta saran soal misi. Itu membuat Kara akhirnya mau tak mau ikut keluar ruangan. Biasanya Hela bertanya pada Profesor Merla

  • Selubung Memori   591. BENANG BUNGA #5

    Secara teknis, aku duduk di samping Lavi—yang juga di dekat Dalton. Dia yang paling dekat di antara semua orang. Leo bersama empat pendahulu berada di area yang sama. Mika setia duduk di sampingnya ketika Haswin dan Yasha mencuri perhatian sebagian orang karena terus berpindah tempat duduk—entah apa tujuan mereka. Dokter Gelda dan Isha selalu satu paket, berada di dekat Kara yang duduk di dekat Jesse dan Nuel. Mereka ada di dekat papan, dan kami duduk menghadap ke arah Jesse. Aku dan Lavi yang paling dekat pintu keluar, sementara Dokter Gelda dan Isha paling dekat dengan pekarangan belakang. Aslan berada di tempat cukup belakang bersama Elton dan Reila. Mereka ada di dekat kursi paling nyaman—yang diduduki oleh Reila dan Elton. Aslan setia memerhatikan, duduk di dekat mereka.Hela ada di dekat Dalton. Dia duduk di antara Lavi dan Dalton, jadi Dalton yang bertanya padanya, “Kau oke? Kau bisa mengikuti, kan?”“Eh, iya, bisa,” jaw

  • Selubung Memori   590. BENANG BUNGA #4

    Ruang berkumpul markas tim penyerang pada dasarnya didesain untuk rapat tim dan apa pun yang melibatkan semua anggota. Ide kasarnya datang dari Dalton, lalu disempurnakan Lavi. Namun, dibilang model dibuat Dalton sebenarnya juga tidak. Hampir semua model milik Dalton diperbaiki Lavi. Ide ruang berkumpul ini datang dari Dalton, tetapi dirombak habis-habisan oleh Lavi. Ide ruang depan juga datang dari Dalton—dia memikirkan ruangan itu menjadi sejenis gudang senjata, tetapi oleh Lavi dirombak habis-habisan menjadi ruangan yang memamerkan tim penyerang—foto tim, dan loker anggota untuk persiapan perlengkapan misi. Loker itu biasanya diisi langsung oleh tim medis—biasanya mereka secara rutin memberi perlengkapan misi ke loker itu, jadi kami tidak perlu repot-repot ke tim medis untuk mengambil perlengkapan yang sebenarnya juga hanya perlu melangkah ke gedung sebelah. Namun, itu ide Isha karena sekarang tidak ada jaminan tim medis selalu di klinik. Mereka selalu berpencar

  • Selubung Memori   589. BENANG BUNGA #3

    Lavi perlu memastikan keadaan lenganku yang cedera sebelum kami benar-benar berangkat misi. Jadi, mumpung tak ada siapa-siapa di gerha selain kami, Lavi membiarkanku panahan. Sebenarnya aku sudah yakin lenganku baik-baik saja. Tak ada lagi keluhan yang kurasakan. Aku juga sudah berhenti mengonsumsi obat dari Dokter Gelda—aku hanya terus menyantap madu Tara. Sungguh, madu Tara terasa beda dari yang lain. Lavi bahkan mengakuinya. Lebih enak dan membekas.Jadi, aku memanah. Lavi mengamatiku.Kurang lebih, dia puas. Dari lima puluh lima percobaan, tiga panah meleset dari titik pusat target. Aku kurang puas, tetapi Lavi memuji. “Impresif. Lenganmu pulih! Aku senang sekali!” Dia memelukku. “Angkat aku.”Aku mengangkatnya dengan lengan kiri seperti menggendong Fal, dan Lavi menjerit penuh tawa. Kuputuskan berputar-putar dan Lavi semakin brutal tertawa, tangannya melilit leherku terlalu kuat, jadi kami sama-sama menjerit meski dengan maksud

  • Selubung Memori   588. BENANG BUNGA #2

    Aku terbangun ketika mendengar suara pintu dibuka. Mataku segera terbuka dan melihat sumber suara. Lavi berjalan membawa cangkir.“Oh, maaf, aku tidak bermaksud membangunkan,” katanya.Mataku silau—bukan karena Lavi, tetapi karena dari jendela kamar, cahaya seperti menerobos dari celah tirai. Di luar sudah sangat cerah. Aku tidak memasang jam di kamarku. Aku tidak terlalu tahu waktu. Lavi meletakkan cangkir minum, lalu duduk di sisi ranjang. “Istirahatlah selama kau bisa istirahat,” katanya.Aku menggeleng. “Jam berapa sekarang?”“Sebelas.”“Berapa lama aku tidur? Hari apa sekarang?”“Hampir sembilan jam,” jawabnya, lancar. “Jam tidur normal, sebenarnya. Aku membawakan minum. Hangat. Minumlah.” Dia menyodorkan cangkir itu. Aku bangun, meneguknya. Hanya air mineral biasa.“Aku... seperti terdisorientasi,” ungkapku, setelah meletakkan c

  • Selubung Memori   587. BENANG BUNGA #1

    Saat itu siang bolong. Cuacanya lumayan panas, suara jangkrik terdengar di tengah hari, angin jarang berembus, tetapi itu tidak menghentikan anak kecil berlari penuh semangat, sangat kencang dengan wajah gembira. Dia keluar Balai Dewan—yang saat itu masih disebut asrama—berlari melewati jalur penghubung, terus lari meski ada orang yang menyapanya, di tangannya ada buku tulis dan dia melaju kian kencang setelah memasuki kompleks gerha. Dia berbelok dengan kecepatan tinggi ke gerha pertama di sebelah kanan, membuka pintu, dan menjerit, “IBU! IBU!”Dia masih berlari sampai menemukan Ibu di ruang tengah.Cuaca panas di luar semestinya juga membuat ruangan itu panas. Namun, itu tidak terjadi. Ruangan tengah gerha Ibu justru sangat sejuk. Ibu membuka pintu belakang, membuat pemandangan langsung terbuka. Ibu menanam banyak tanaman dan bunga di halaman belakangnya. Halamannya juga berdekatan dengan pohon di pinggir air terjun. Itu membuat angin segar da

  • Selubung Memori   586. RODA MIMPI #9

    Sorenya, untuk pertama kali sejak tahu air terjun belakang gerhaku adalah wilayah Aza, aku memasukinya. Aku tak pernah memasukinya lagi sejak mengerti identitas asli kemampuanku. Namun, kini, aku tidak bisa menahannya lagi. Tak ada bukti kalau Aza terlibat di kejadian ibuku, tetapi dia pasti tahu sesuatu. Aza selama ini seperti itu. Dia menyembunyikan banyak kebenaran.Jadi, dengan impulsif aku menembus pepohonan. Suara air terjun semakin besar. Nuansanya semakin segar. Lavi tidak tahu. Dia masih di gerha bersama Reila dan Fal. Aku bergegas, dalam sekejap langsung menemukan air terjun dengan mata air asli. Suaranya keras, tetapi juga menenangkan. Kepalaku langsung didesak oleh nuansa segar dan aku melihat bunga berkilau biru bermekaran di tempat yang bisa membuatnya semakin indah. Dalam sekejap, ketika aku berdiri di dekat air terjun dan merasakan cipratan air, aku bisa merasakan keberadaan Aza di mana-mana.“Aza!” seruku.Suaraku agak tertutup air t

DMCA.com Protection Status