Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 361 - Chapter 370

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 361 - Chapter 370

596 Chapters

360. KANDIDAT BARU #6

Ini bukan pertama kalinya aku ditantang satu lawan satu.Dan bukan pertama kalinya diajak pertandingan tidak resmi.Aku perlu menahan diri sangat keras agar tidak berkomentar yang aneh—dan untuk menghindari masalah, kuputuskan bicara di kepala Lavi. “Dia?”[“Anak belagu. Jangan dihiraukan.”]Respons pertamaku: aku mengangguk-angguk.Respons keduaku: “Kau mengingatkanku pada seseorang.”Dalton juga sepakat. “Sekarang dia sudah tobat.”Kami menoleh ke Lukas bersamaan. Lukas pura-pura menggaruk kening. Dia sedang duduk di samping Dhiena. Dhiena hanya tersenyum miring.“Hanya satu pertandingan,” desak Calvin.“Kenapa kau mau melawanku?”“Aku ingin tahu beda kemampuanku dengan wakil kapten tim penyerang.”Aku melirik Reila, jelas memasang ekspresi malas.Belum sempat aku bicara lagi, Dhiena menyergah, &ldquo
last updateLast Updated : 2023-08-25
Read more

361. KANDIDAT BARU #7

Entah sudah berapa kali Kara masih bersikeras menggeleng. Barangkali ini sudah ketujuh kali. Haswin bahkan sudah cukup membuat sorot penuh simpati.Aku menendangnya keras. Sebelum dia sempat kena pembatas arena, aku menendang lagi. Kali ini melarangnya keluar. Dia terbanting lagi ke tengah arena.Sorak penonton langsung menyakitkan. Calvin mengerang. Harga dirinya berhasil membuatnya berdiri lagi. Dia masih punya mata petarung.Secara teknis, ini bukan pertempuran. Aku sengaja tidak memakai pedang. Senjataku hanya tongkat kayu. Dan itu sudah lebih dari cukup menghajarnya meski ini bukan senjata yang benar-benar kukuasai.Dia menyerbu lagi dengan pedang kayu. Aku terus menjaga jarak dengan menghunuskan tongkat. Alih-alih dia yang menyerang, aku yang menyerang. Dia berusaha mengayunkan pedang, aku lebih dulu menyerang lengannya, membuatnya kacau. Namun, dia kebal rasa sakit, jadi tidak peduli seberapa banyak aku memukul lengannya dengan ujung tongkat, dia m
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

362. DUA RATUS PAPAN #1

Dua hari kemudian, aku dan si kembar tim penyerang memutuskan latihan di hutan belakang Padang Anushka. Elton memintaku menemaninya latihan di alam liar. Kurasa dia memang punya kelemahan besar di fleksibilitasnya ketika langsung berhadapan dengan hutan. Aku setuju, lalu kami mengajak Dalton.Kurang lebih itu latihan terberatku di Padang Anushka.Elton sampai bilang, “Kau tidak tanggung-tanggung.”Aku mencoba seberapa pekat kabut yang bisa kumunculkan—plus seberapa lama aku bisa mempertahankannya. Jadi, kabut yang muncul benar-benar layaknya tirai, tidak terlihat lagi apa yang ada di hadapan kami, sehingga Dalton memutuskan berhenti berlatih di ranting pohon. Satu-satunya area netral yang terlihat di matanya hanya pijakan tanahnya, yang bahkan juga tertutup selimut kabut tipis.Yang kurasakan, kabut itu benar-benar menguras energiku. Di satu sisi, itu bisa membuat orang-orang di sekitarku sulit bergerak. Indera akan tertutup begitu sempu
last updateLast Updated : 2023-08-29
Read more

363. DUA RATUS PAPAN #2

Terjadi kemelut berulang kali di sisa permainan.Intinya, aku berhasil merebut satu batu dari Elton. Bodohnya, itu bukan batu dengan namaku. Itu batu dengan nama Elton. Kemudian aku menyerbu Dalton. Dia sudah lumayan babak belur, lelah, dan kacau. Fokusnya sudah hilang setelah kami terus bertempur selama hampir seharian penuh. Dia sudah kelihatan ingin tidur, jadi aku berhasil merebut batunya. Setelahnya, dia ambruk begitu saja.Dibilang aku yang paling bugar, sebenarnya tidak. Kondisiku justru lebih kacau dibanding sebelum istirahat. Keringatku tidak terkendali lagi. Napasku habis. Fokusku tidak bisa lagi berkompromi dengan mata. Ketika mencari Elton, berulang kali aku harus berhenti, berpangku pada lutut, menarik napas panjang. Aku berhasil menemukan Elton di cekungan semak-semak, sedang bersembunyi, dengan kondisi yang hampir sama sepertiku. Pada akhirnya, kami tidak punya lagi kekuatan yang cukup untuk adu kemampuan khusus. Kami adu tonjok. Dan aku kacau. Benakku m
last updateLast Updated : 2023-08-31
Read more

364. DUA RATUS PAPAN #3

Omong-omong, tim tungku sudah tidak lagi bermarkas di Balai Dewan.Mereka memiliki gedung sendiri. Markas besar tim tungku. Bangunan yang paling punya banyak kaca di Padang Anushka. Dua lantai. Lantai pertama adalah dapur utama. Lantai dua adalah pusat pembuatan baju sekaligus tempat tidur kedua Dhiena dan Mika. Dulunya tempat itu hampir dijadikan pusat hiburan oleh Dalton dan Haswin. Namun, Dhiena protes. “Pusat hiburan? Kau mau buat tempat ini jadi apa? Taruh semua itu di pondok utama! Buat apa kita punya gedung hiburan kalau penghuni lebih suka bersenang-senang di sana?” Jadi, bioskop, karaoke, atau jenis hiburan lain mulai dipindahkan ke pondok utama. Itu sebabnya belakangan terakhir para penghuni lebih suka menghabiskan waktu di pondok utama.Persiapan tim tungku membuat sarapan dimulai pukul enam. Sangat pagi. Mereka berkumpul sejenak. Dhiena mengumumkan menu. Dari sana, mereka akan memecah anggotanya ke beberapa bagian—yang sudah terbentuk seca
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

365. DUA RATUS PAPAN #4

Ketika jam sarapan selesai, akhirnya piring-piring kotor mulai berhenti.Ada banyak yang kurenungkan selama mencuci, terlebih karena tidak ada teman mengobrol. Pikiranku ke mana-mana. Aku tidak pernah melihatnya dari sisi bak pencucian piring, tetapi di tempat ini, aku bisa melihat ada banyak cara dalam menghabiskan makanan—termasuk piring-piring yang masih menyisakan makanan layak santap. Itu pertama kalinya aku merasa kecewa seolah ikut memasak bersama tim tungku meski sebenarnya yang kulakukan hanya menjadi buruh angkut. Aku mulai merasa marah, bukan karena mereka yang menyisakan makanan di piring ini tidak menghargai makanan, tetapi karena mereka tidak menghargai jerih payah tim tungku yang rela bekerja keras demi kepuasan perut para penghuni tak tahu diri.Dan ketika gagasan itu tiba di kepalaku, aku juga mulai bersalah. Terlepas dari apa yang Layla ucapkan, Kapten tim tungku sekarang itu Dhiena. Sekarang aku benar-benar mengerti mengapa terkadang Dhiena mar
last updateLast Updated : 2023-09-04
Read more

366. JANTUNG MONSTER #1

Aku mengubah lari gunung menjadi lari melintasi hutan markas lama.Tidak segila lari gunung, tetapi setidaknya cukup membantu pergerakanku nanti. Medan misi berikutnya pasti jauh lebih menyakitkan dari perbukitan. Belum lagi, pasangan misi kali ini bukan orang yang bisa diajak kompromi, jalan lambat, atau menikmati pemandangan. Kami harus bergerak cepat.Jenderal memberi waktu setidaknya sampai kandidat baru dinyatakan lulus.Setelahnya, kami harus bersiap pergi.Kara bilang sepuluh kandidat baru lebih siap dibanding kandidat yang lain. Mereka sudah terbiasa dengan suasana latihan—semuanya, bahkan termasuk yang perempuan. Mereka mengikuti kegiatan latihan rutin yang disesuaikan standar di sini, dan betapa hebatnya, mereka bisa melewati semuanya sangat mudah. Calvin—yang babak belur karena pertandingan, kini sudah mulai kembali bisa beraktivitas normal. Kemarin, setelah kami menyelesaikan dua ratus papan, aku sempat melihat padang rumput, menya
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

367. JANTUNG MONSTER #2

Siangnya, aku dan Reila dipanggil Kara ke gelanggang.Gelanggang dipenuhi kandidat—termasuk sepuluh kandidat baru. Di tempat yang tidak pernah ingin kutemui, Lavi juga di gelanggang. Sebenarnya dia bersama Nadir—tetapi lagi-lagi dia kelihatan asyik dengan kandidat baru yang baru dihajar habis-habisan. Tampaknya sedang pelajaran pedang.Dan di depan kami—aku dan Reila—ada Hela.“Perkenalkan,” kata Kara, menunjukku dan Reila. “Kakak beradik ini punya kemampuan instruktur terbaik masalah kemampuan khusus.”“Sejak kapan kami menjadi instruktur?” tuntut Reila.Sepertinya aku tahu sejak kapan. Kami berhasil mengurusi Fal.“Kenapa kami dipanggil?” tanyaku.“Hela juga punya masalah serupa dengan kemampuannya,” jelas Kara. “Dia sulit mengendalikan kemampuan. Dia hanya bisa melakukan beberapa, padahal apa yang bisa dia lakukan harusnya lebih dari yang seka
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more

368. JANTUNG MONSTER #3

Hela ingin segera berbincang lebih banyak dengan kami, tetapi Reila—dan Kara—melarang. “Sebaiknya kau tenangkan dirimu,” kata Reila. “Kondisimu lebih kacau dari yang kau rasakan. Resapi saja apa yang sudah kau terima tadi. Kakakku membantumu lebih banyak dari yang terlihat. Malam ini tidurmu pasti nyenyak.”Untuk beberapa saat, dia diam.Namun, dia mulai memeluk kakinya sendiri.“Aku—” Suaranya tiba-tiba keluar. “—takut diusir lagi.”Hanya dalam satu detik, ketika dia mengatakan itu, tanpa perlu menatap satu sama lain, aku dan Reila kembali duduk di dekatnya. Kami di ujung gelanggang—Kara meminta kami menjaga Hela sebentar sementara dia mengurus kandidat baru  yang lain. Jadi, kami di sini, ketika Hela memeluk kakinya sendiri.“Kenapa kau berpikir begitu?” tanya Reila.“Padang Anushka perlu daya tempur. Aku pemilik kemampuan. Aku daya tempur
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

369. JANTUNG MONSTER #4

Di hari yang sama, Dokter Gelda memanggilku ke klinik. Itu panggilan dari telepon pertamaku yang tidak terlalu mengganggu—karena biasanya hanya Jesse yang punya ide memanggil lewat telepon. Suara Dokter Gelda terdengar jauh lebih jernih dari biasanya. [“Hasilnya sudah keluar. Kemarilah.”]“Di sini ada Reila,” kataku.[“Ajak dia.”]Bahkan pertanyaan pertama Reila setelah aku menutup telepon juga seperti dugaanku. “Jesse? Aku diajak juga?”Aktingku ternyata sangat bagus. “Klinik! Fal muntah darah!”Reaksinya lebih dramatis dari yang kubayangkan. Dia langsung bergegas ke klinik tanpa menungguku keluar. Jadi, aku mengunci pintu—yang akhir-akhir ini tak ada gunanya karena Reila tidak butuh kunci. Aku mengejar, mengikuti jejaknya. Dia sungguhan lari sekuat tenaga. Rautnya memang super cemas.Ketika aku sampai di klinik, di detik pertama aku masuk dari pintu u
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more
PREV
1
...
3536373839
...
60
DMCA.com Protection Status