“Tha, maaf,” ujar Rabu pelan, tapi masih bisa didengar Katha. Katha menatap bingung. Setelah itu dia sedikit terkejut melihat Rabu menarik Shae dalam pelukannya. Lantas, sahabat perempuannya itu menagis tersedu-sedu dalam pelukan Rabu. Harusnya Katha merasa biasa saja. Selama ini dia baik-baik saja melihat Rabu bersama perempuan lain, atau bahkan bercanda dengan Shae. Akan tetapi, entah kenapa matanya tidak ingin melihat pemandanga itu. Dia akhirnya memalingkan muka, lalu berkata sebelum beranjak, “Gue siapin air hangat dulu buat Shae.” Rabu mengangguk. Dia mengusap-usap punggung Shae sambil membisikkan kalimat-kalimat menenangkan. Sayangnya hal itu tertangkap mata Katha. Perempuan itu akhirnya melangkah cepat ke dalam kamar. Sampai di kamar dia menutup pintu dan bersandar di sana. Napasnya sedikit memburu, hingga dia perlu menarik dan mengembuskan napas beberapa kali, sambil memengangi dadanya. “Ada yang aneh sama jantung gue,” keluhnya. Dia
Read more