Share

107. Keputusan Melamar

Katha benar-benar panik dan terpukul. Selama perjalanan menuju rumah sakit, hingga sampai, dia tak hentinya menangis. Ingatannya selalu kembali pada saat dia pertama menemukan Shae tidak sadarkan diri di kamar, sementara beberapa pil obat tidur berserakan di lantai.

“Sejak kapan dia minum itu?” Pertanyaan semacam itu terus-terusan muncul di kepala Katha. Sebab, Shae tidak pernah mau jika dia ajak ke psikolog untuk konsultasi. Jadi, dia pikir bahwa Shae mungkin baik-baik saja dan hanya sedikit terguncang. Namun nyatanya, dugaannya yang terlalu positif malah membuatnya alpa mengawasi sahabatnya itu.

“Tha,” panggil Rabu sambil memegang bahu Katha.

Perempuan yang duduk di lorong tunggu rawat inap itu menoleh dengan mata sembab. Tangisnya memang sudah terhenti, namun kini pikirannya yang mengeluarkan banyak air mata penyesalan.

“Ayo makan dulu,” ajak Rabu. Dia mengangkat kantong plastik yang tadi siang mereka bawa dari Angkasa.

Sekarang sudah pukul

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status