Terjerat Cinta Sipir Penjara

Terjerat Cinta Sipir Penjara

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-01
Oleh:  mitchan  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
24Bab
731Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Niat membela diri atas kejadian pemerkosaan yang dialaminya, Hazel malah divonis hukuman penjara. Penderitaannya semakin bertambah ketika Hazel mengetahui dirinya mengandung anak dari si pemerkosa, yaitu Rendra. Saat Hazel tidak lagi percaya dengan orang lain, ia dipertemukan dengan seorang sipir penjara bernama Handika. Handika memberi perhatian dan kasih sayang kepada Hazel hingga membuatnya kembali membuka hati. Kehadiran Handika membuat Hazel merasa hidupnya lebih baik, tetapi tiba-tiba rahasia pria itu terbongkar satu per satu. Kenyataan itu membuat trauma masa lalu Hazel kembali datang. Di tengah-tengah cibiran masyarakat, akankah Hazel mempertahankan hubungannya dengan Handika? Atau justru ia melepaskan pria itu dan tenggelam dalam penderitaan serta rasa sakit hatinya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Direnggut Kegadisannya

“Hei, buka pintunya!” Dengan napas yang terengah-engah, Hazel berteriak di depan pintu pagar sebuah rumah yang letaknya ada di ujung gang pemukiman miskin itu. Sebab tak ada sambutan meski sudah lima menit berlalu, Hazel nekat untuk masuk tanpa izin si pemilik rumah itu. Ia berusaha mendobrak pintu pagar setinggi dadanya itu dengan menggoyang-goyangkannya beberapa kali. Hazel ke rumah itu bukan tanpa alasan. Ia ke sana sebab ingin mencari ibunya. Pesan terakhir yang ia terima dari nomor ibunya terlihat aneh. Jadi wanita itu pergi ke satu-satunya tempat yang ia curigai. Ia yakin jika bos ibunya-lah yang menjadi dalang dari kejanggalan itu. “Aku pulang larut malam, jadi jangan menungguku.” Begitulah pesan dari Ibu Hazel. Tidak seperti biasanya, selama 22 tahun Hazel hidup, ibunya –Citra– tidak pernah menyebut dirinya sendiri sebagai ‘aku’ saat berbicara ataupun berkirim pesan. Lalu, satu hal lagi yang membuat Hazel makin yakin jika pesan itu tidak ditulis langsung oleh ibunya adalah.

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
24 Bab

Direnggut Kegadisannya

“Hei, buka pintunya!” Dengan napas yang terengah-engah, Hazel berteriak di depan pintu pagar sebuah rumah yang letaknya ada di ujung gang pemukiman miskin itu. Sebab tak ada sambutan meski sudah lima menit berlalu, Hazel nekat untuk masuk tanpa izin si pemilik rumah itu. Ia berusaha mendobrak pintu pagar setinggi dadanya itu dengan menggoyang-goyangkannya beberapa kali. Hazel ke rumah itu bukan tanpa alasan. Ia ke sana sebab ingin mencari ibunya. Pesan terakhir yang ia terima dari nomor ibunya terlihat aneh. Jadi wanita itu pergi ke satu-satunya tempat yang ia curigai. Ia yakin jika bos ibunya-lah yang menjadi dalang dari kejanggalan itu. “Aku pulang larut malam, jadi jangan menungguku.” Begitulah pesan dari Ibu Hazel. Tidak seperti biasanya, selama 22 tahun Hazel hidup, ibunya –Citra– tidak pernah menyebut dirinya sendiri sebagai ‘aku’ saat berbicara ataupun berkirim pesan. Lalu, satu hal lagi yang membuat Hazel makin yakin jika pesan itu tidak ditulis langsung oleh ibunya adalah.
Baca selengkapnya

Tragedi Berdarah Malam Itu

“Argh!” teriak Rendra sambil memegangi pelipisnya yang terasa sakit akibat pukulan dari Hazel. Saat Rendra lengah, Hazel langsung menjejakkan kakinya bersamaan dengan kedua tangan yang mendorong tubuh pria itu. Beruntung kali ini usaha Hazel berhasil. Pria itu terjungkal ke belakang akibat tubuhnya tidak dalam posisi siaga. Hazel segera menyingkir dari atas kasur seraya merapikan penampilannya yang awut-awutan itu. Ketika Hazel bangun, tubuhnya terasa sakit dan nyeri. Dengan terseok-seok, Hazel segera berlari ke pintu kamar itu untuk kabur. Kurang satu langkah lagi Hazel berhasil keluar dari kamar itu. Namun, lagi-lagi Rendra berhasil meraih gaun Hazel dan menarik tubuh perempuan itu ke arahnya. “Kau benar-benar tidak tahu diri!” bentak Rendra. Awalnya Rendra memang menarik tubuh Hazel agar mendekat. Akan tetapi, ketika tangan kiri Rendra berhasil menarik rambut panjang Hazel untuk kedua kalinya, pria itu langsung mendorongnya ke sebelah kanan, tepat ke arah meja rias yang ada di k
Baca selengkapnya

Dituduh Telah Membunuh

Saat ditanya, Heri hanya diam."Bagaimana jika kita melaporkan tindak pelecehan ini lebih dulu sebelum orang lain melaporkan putri kita? Dengan begitu putri kita tidak bersalah, ‘kan?" usul wanita paruh baya itu.“Aku tidak mau terlibat dengan polisi. Kita ini orang miskin! Hukum di negara ini tidak pernah memihak kita!” sembur Heri setelah mendengar usulan dari Citra. Citra tersentak. Air matanya sejak tadi sudah deras mengalir membasahi pipi, apalagi setelah Heri membentaknya dengan lantang. Hatinya semakin bertambah sakit saat Heri tidak menyetujui usulannya itu. “Lalu bagaimana? Apa kita hanya akan berdiam diri sampai anak kita dilaporkan? Putri kita baru saja dilecehkan! Masa depannya telah hancur! Apa kau tidak memikirkan perasaannya?!” cecar Citra. Citra sudah tidak mampu menahan dirinya ketika melihat sikap Heri yang begitu acuh. Suaminya itu sama sekali tidak mengambil tindakan setelah mengetahui anaknya dilecehkan. Bahkan, respons pertama Heri kepada Hazel sangatlah tidak
Baca selengkapnya

Skenario Pembunuhan

Setelah menuduh, wanita itu langsung berlari ke arah Hazel. Bersamaan dengan langkah kakinya itu, ia merogoh saku belakang celananya untuk mengambil sesuatu. Rupanya wanita itu menyimpan sebuah gunting kain lalu menodongkannya ke arah Hazel. “Hei!” teriak Handika sambil berlari ke arah Hazel. Di waktu yang bersamaan, satu-satunya polisi yang berjaga di sana langsung berlari ke arah wanita itu. Ia hendak mencegah wanita itu sebelum bertindak nekat, sementara itu Handika berusaha melindungi Hazel. “Ough!” pekik Handika. Handika memang berhasil mengamankan Hazel dengan cara menarik wanita itu ke belakang tubuhnya, tetapi ia terpaksa harus mengorbankan dirinya sendiri. Wanita yang tiba-tiba datang tadi terlanjur menghunuskan guntingnya hingga melukai lengan bawah Handika. Gunting itu cukup tajam, jadi ketika wanita itu menusukkannya dengan kuat, benda tajam itu sanggup merobek kulit lengan Handika. “Bersembunyi di belakangku,” perintah Handika sembari berdiri di depan Hazel agar tubuh
Baca selengkapnya

Hukum Tak Memihak Si Miskin

Ketika mendengar perintah penahanan itu, Hanzel langsung meloncat turun dari tempat tidurnya. Ia sangat terkejut. Bagaimana bisa seorang korban pelecehan yang hendak melaporkan kasusnya malah ditahan atas tuduhan pembunuhan? Ia korban, bukan pelaku! “Aku tidak melakukan apapun! K-Kalian tidak berhak menahanku!” seru Hazel. Melihat Hazel terlihat panik, Handika langsung berdiri dari kursinya. Pria itu menatap ke arah Hazel. Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya ketika seorang polisi membawa surat penahanan yang sah. “Kami sudah memeriksa TKP. Kami menemukan sebuah surat yang dapat dijadikan bukti bahwa anda terlihat dalam kasus pembunuhan korban R!” jelas polisi itu. Dua orang polisi lainnya langsung berlari ke arah Hazel. Mereka melakukan hal yang sama seperti Casey tadi, yaitu memborgol kedua tangan Hazel dengan plastic handcuffs.Dua orang itu langsung mendorong tubuh Hazel dan memaksanya untuk keluar dari ruangan itu. Mereka hendak membawa Hazel ke mobil polisi mereka untuk memb
Baca selengkapnya

Uang Sogokan Demi Memenangkan Kasus

“Nona! Anda mendengarkan saya atau tidak?” tanya pengacara itu sambil menggebrak meja.“Jika anda tidak mau berbicara, maka kasus ini sudah jelas akan dimenangkan oleh keluarga korban! Asal anda tahu, jika kasus ini terbukti benar, maka sesuai dalam pasal 338 KUHP, anda akan terjerat hukuman maksimal pidana mati!" tegas pengacara itu.Pengacara itu terpancing emosi saat melihat Hazel masih saja diam sambil menundukkan kepalanya.Gertakan itu akhirnya membuat Hazel menegakkan kembali kepalanya secara perlahan. Untuk pertama kalinya sepasang mata Hazel bertemu pandang dengan mata pengacara yang penuh kilat amarah itu.Kenapa sekarang jadi Hazel yang bersalah? Ia korban di sini, tetapi orang-orang seolah yakin jika ia adalah pembunuhnya. Bahkan sedikit pun tidak ada perlakuan baik dari pihak yang berwenang untuknya.“Tapi aku benar-benar tidak membunuhnya! Aku berani bersumpah!” teriak Hazel.Tak betah dengan desakan itu, akhirnya Hazel menceritakan kronologis kejadian malam itu, mulai da
Baca selengkapnya

Keduanya Memiliki Hubungan

Polisi itu tidak memberikan kesempatan bagi Hazel untuk berbicara. Ia langsung menarik paksa Hazel, lalu membawa wanita itu keluar dari ruangan tersebut.Tentunya sebelum membawa Hazel ke rumah tahanan, ia memastikan bahwa borgol di tangan Hazel masih aman. Ia tidak mau Hazel kabur, meskipun hal tersebut tidak mungkin terjadi. “Izinkan saya bertemu dengan ibu saya terlebih dahulu. Ada yang ingin saya sampaikan,” pinta Hazel saat polisi itu mendorong tubuhnya ke arah pintu keluar kantor kepolisian.“Tidak ada hak istimewa bagi anda, Nona!” tolak polisi itu.Meskipun sudah ditolak, Hazel tetap memohon-mohon agar ia diizinkan untuk menemui ibunya. Sayangnya, untuk kesekian kalinya Hazel ditolak, bahkan polisi itu sempat membentak dan mendorongnya dengan kasar karena permintaannya itu.Saat kaki Hazel baru saja menginjak teras depan kantor kepolisian, ia langsung disambut dengan banyak cahaya lampu kamera yang ditujukan ke arahnya. Rupanya sudah ada puluhan wartawan yang siap memburu beri
Baca selengkapnya

Awal Penderitaan Dimulai

Gio kembali menarik tangan Handika. Pria itu membawa temannya semakin masuk ke TKP. Mereka berhenti tepat di tengah-tengah halaman rumah Rendra. Karena Handika bersama dengan Gio, pria itu bebas masuk ke TKP asalkan tidak menyentuh apapun dan tidak mengganggu penyelidikan.“Aku tidak tahu, tetapi aku curiga jika ini bukan pembunuhan yang disengaja. Masa' iya seorang wanita muda tega membunuh pria yang umurnya jauh di atasnya? Dunia sudah beneran rusak dong,” ujar Gio mencoba menerka kasus yang ia tangani itu.Handika mengangguk setuju dengan pendapat Gio. Ia sedikit tahu sifat korban, jadi ia setuju jika kasus ini bukan murni pembunuhan, melainkan ada faktor lain yang membuat tersangka —Hazel— berani melakukan tindak kriminal yang begitu menggegerkan.“By the way, kamu kenal pengacara di sekitar sini tidak? Yang lumayan murah gitu, jangan yang mahal-mahal, aku tidak mampu," tanya Handika tiba-tiba.“Hah? Kamu kenapa tiba-tiba ingin mencari pengacara? Memangnya kamu terlibat kasus apa?
Baca selengkapnya

Putusan Hakim

Akhirnya seorang polisi datang, tepat saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam. Ia membawa nampan dari stainless yang berisi makan malam untuk Hazel. Ia meletakkan nampan itu tepat di depan pintu sel sebelum akhirnya ia menguncinya kembali. “Besok pagi anda baru bisa pergi untuk menemui pengacara yang baru,” ucap polisi itu. Hazel terbelalak. Ia tidak salah dengar jika polisi tadi baru saja mengatakan bahwa Hazel akan bertemu dengan pengacara yang baru. Apakah artinya Hazel memiliki kesempatan untuk membela dirinya lebih baik daripada sebelumnya? Tak terasa pagi telah tiba. Samar-samar Hazel mendengar suara aktivitas dari ruangan di depannya. Tak lama setelahnya, seorang polisi datang dan langsung membuka pintu sel itu. “Nona, ikut kami!” katanya. Seperti yang sudah disepakati kemarin malam, pagi ini Hazel akan menemui pengacaranya yang baru. Ia kembali dibawa ke gedung utama. Ia ditinggal disatu ruangan kecil yang nantinya menjadi tempat pertemuan dengan pengacara baru itu.
Baca selengkapnya

Pertemuan Kedua Handika dan Hazel

“Dan tolong sampaikan terima kasih untuknya, Pak,” lanjut Hazel sebagai penutup dari obrolannya siang itu. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Haris jika kliennya menolak untuk mengajukan banding. Namun, Haris dan Hazel masih memiliki waktu selama 7 hari. Jika selama 7 hari Hazel berubah pikiran, maka ia bisa mengajukan banding. Akan tetapi, jika banding tetap tidak diajukan dalam waktu 7 hari sejak vonis, maka terdakwa dianggap sudah menerima keputusan hakim sebagai mana yang telah disebutkan dalam persidangan.“Saya tetap akan menemui anda selama 7 hari ke depan. Mohon dipertimbangkan,” ucap Haris sebelum ia pamit undur diri dari ruangan itu.Setelah kepergian pengacaranya itu, Hazel diminta untuk menunggu hingga petugas dari lapas menjemputnya. Ia meminta agar polisi mengizinkannya menunggu di ruangan itu, bukan di sel-nya yang dingin.Sebenarnya Citra sejak tadi memohon-mohon agar diperbolehkan menemui Hazel, tetapi pihak kepolisian melarangnya. Mereka mengatakan kepada Citra jika Ha
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status