Beranda / Romansa / Terjerat Cinta Sipir Penjara / Tragedi Berdarah Malam Itu

Share

Tragedi Berdarah Malam Itu

Penulis: mitchan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-18 08:55:03

“Argh!” teriak Rendra sambil memegangi pelipisnya yang terasa sakit akibat pukulan dari Hazel.

Saat Rendra lengah, Hazel langsung menjejakkan kakinya bersamaan dengan kedua tangan yang mendorong tubuh pria itu. Beruntung kali ini usaha Hazel berhasil. Pria itu terjungkal ke belakang akibat tubuhnya tidak dalam posisi siaga.

Hazel segera menyingkir dari atas kasur seraya merapikan penampilannya yang awut-awutan itu. Ketika Hazel bangun, tubuhnya terasa sakit dan nyeri. Dengan terseok-seok, Hazel segera berlari ke pintu kamar itu untuk kabur. Kurang satu langkah lagi Hazel berhasil keluar dari kamar itu. Namun, lagi-lagi Rendra berhasil meraih gaun Hazel dan menarik tubuh perempuan itu ke arahnya.

“Kau benar-benar tidak tahu diri!” bentak Rendra.

Awalnya Rendra memang menarik tubuh Hazel agar mendekat. Akan tetapi, ketika tangan kiri Rendra berhasil menarik rambut panjang Hazel untuk kedua kalinya, pria itu langsung mendorongnya ke sebelah kanan, tepat ke arah meja rias yang ada di kamar itu.

Bruak!

Rendra mendorong kepala Hazel dengan kuat ke arah cermin hingga cermin itu pecah dan beberapa pecahannya berserakan di meja rias tersebut.

“Kau memang tidak pernah belajar, Hazel! Oh, atau kau ingin melakukannya lagi dengan posisi seperti ini?” tanya Rendra.

"Dengan senang hati aku akan memuaskan calon istri keduaku ini,” bisik seduktif Rendra tepat di telinga Hazel.

Senyum mengejek kembali terukir di wajah tegas Rendra. Pria itu kembali melancarkan aksinya dengan posisi seperti itu.

Tidak ada yang bisa dilakukan Hazel. Tubuhnya semakin lemas, apalagi setelah Rendra membenturkan kepalanya di cermin itu dengan sangat keras. Hazel hanya bisa menangis keras sebab ia merasa semakin jijik terhadap tubuhnya. Ia tidak banyak memberontak, sebab kepalanya saat ini masih ditekan di depan cermin yang telah rusak itu. Rasa nyeri kian bertambah di area sekitar wajah bagian kanannya akibat pecahan cermin itu

“Oh, shit! Jika kau bersedia menerima lamaranku waktu itu, aku tidak akan memaksamu untuk memuaskan hasratku.” Sambil terus melancarkan aksinya yang kasar itu, Rendra bergumam di belakang Hazel.

“Hidupmu akan bahagia ketika menjadi Nyonya Rendra, percayalah,” Pria itu terus merancau keenakan.

Tak tahan dengan pelecehan yang dilakukan oleh Rendra, akhirnya perempuan itu memilih cara terakhir. Tangan kanan yang selama ini Hazel gunakan untuk memegangi kepalanya yang didorong oleh Rendra kini ia gunakan untuk meraih pecahan kaca yang paling besar di dekatnya. Tanpa berpikir panjang lagi, Hazel langsung menggoresnya pecahan kaca itu di tangan Rendra yang sejak tadi menahan kepalanya untuk tetap diam di depan cermin.

“Argh!”

Mau tidak mau Rendra melepaskan diri dari penyatuannya. Ia menjerit sambil memegangi tangan kirinya yang mengucurkan darah segar akibat pecahan kaca itu.

Setelah terbebas dari jeratan Rendra, perempuan itu tidak segera pergi. Ia kembali menggoreskan pecahan kaca itu di wajah Rendra ketika tubuhnya sudah berbalik.

Slash!

“Argh!” Lagi-lagi Rendra menjerit kesakitan karena Hazel tak sengaja melukai mata kirinya.

Rendra kehilangan keseimbangannya. Pria itu terjatuh ke belakang hingga ia terduduk di lantai. Awalnya Rendra fokus pada tangannya yang terluka, tetapi kini ia sibuk memegangi matanya yang mengeluarkan banyak darah.

Hazel langsung menerjang tubuh Rendra. Kini gantian ia yang berada di atas. Saat tubuh Rendra berhasil terdorong ke lantai, Hazel lagi-lagi melukai wajah Rendra. Namun, kali ini tidak sekedar menggoreskan pecahan kaca itu, melainkan menancapkannya di mulut Rendra.

“Argphh!” Rendra mengaduh sebab mulutnya sobek akibat ulah Hazel.

Sebelum Rendra mendorong tubuh Hazel, ia kembali menancapkan pecahan kaca itu di perut Rendra.

“H-Hazel....” Rendra merintih dan menyebut nama Hazel dengan lemah saat perutnya kembali ditusuk dengan pecahan kaca itu.

“H-Hen... tikan.... A-Aku... mohon.” Dengan kesadaran yang hampir lenyap, Rendra memohon agar Hazel berhenti merobek perutnya dengan pecahan kaca itu.

Sambil menangis Hazel terus menusuk-nusuk perut Rendra. Ia tidak begitu peduli ketika darah segar Rendra menciprat di wajahnya.

“Salahmu... kenapa kau tidak berhenti saat aku memohon?” tanya Hazel sambil terus menusuk Rendra, tetapi tidak di perutnya lagi, melainkan di dadanya.

Rendra tidak lagi merespons. Kedua matanya terbelalak dan tangannya tergeletak di lantai. Pria itu sudah tidak bernapas lagi. Dengan berlumuran darah, Hazel perlahan bangun dari tubuh Rendra yang sudah tak bernyawa itu. Perlahan pecahan kaca di genggamnya terlepas.

Hazel memandangi tubuh Rendra yang mengenaskan itu tanpa berekspresi sedikitpun, bahkan tak ada lagi air mata yang keluar. Tidak ada tangisan yang pantas bagi orang jahat yang telah merusak masa depannya.

Setelah lumayan lama memandangi jasad Rendra, akhirnya Hazel keluar dari rumah itu. Seperti malam-malam biasanya, jalan yang biasanya dilalui oleh Hazel untuk sampai ke rumahnya tampak sepi. Tidak ada seorang pun yang melihat penampilan Hazel yang berantakan dan berlumuran darah itu.

Sesampainya di depan rumah, Hazel mengetuk pintu dengan tangannya yang lemah dan gemetar. Cukup sekali mengetuk, pintu itu terbuka perlahan.

“Ya Tuhan, apa yang terjadi? H-Hazel?!” Citra –Ibu Hazel– sangat terkejut saat ia melihat penampilan Hazel yang berantakan itu.

Citra segera meraih tangan Hazel dan menuntunnya perlahan untuk masuk ke dalam rumah sebelum orang lain melihat penampilan putri semata wayangnya itu. Setelah Hazel duduk, Citra segera mengunci kembali pintu rumahnya itu.

“Ya Tuhan....” Citra kehilangan kata-katanya saat ia mengamati penampilan Hazel untuk kedua kalinya.

“Tunggulah di sini, ibu akan panggil ayah dulu,” ucap Citra sebelum ia meninggalkan Hazel sendirian di ruang tamu.

Setelah Citra memanggil suaminya, kedua orang tua itu mendesak Hazel untuk bicara. Awalnya Hazel menolak untuk bicara. Hazel hanya menangis, tetapi setelah bentakan keluar dari mulut ayahnya, ia terpaksa menceritakan pelecehan yang ia terima. Kedua orang tua Hazel terkejut dan hampir tidak percaya. Namun, saat mereka melihat penampilan putrinya itu, mau tidak mau mereka harus percaya.

“Besok aku akan menyerahkan diri ke kantor polisi,” ujar Hazel.

“Kau gila?!” Ayah Hazel langsung menoyor kepala Hazel.

“Kenapa kau begitu bodoh?! Kau merusak semuanya. Apa kau tidak takut membusuk di penjara, hah?” cecar ayahnya murka setelah mendengar keputusan Hazel.

"Hidup kita sudah lebih baik! Beruntung ibumu yang cacat ini mendapatkan pekerjaan di kedai milik Rendra! Lalu kenapa kau malah mengacaukannya?” Kemarahan Ayah Hazel akhirnya pecah. Sudah sejak tadi pria paruh baya itu menahan diri.

“Apa katamu tadi? Kau membunuh Rendra? Apa kau sadar dengan yang kau lakukan itu?!” bentak Ayah Hazel sambil berkali-kali menoyor kepala putrinya.

"Dia adalah satu-satunya pria kaya yang mau menikahi perempuan miskin seperti dirimu! Kenapa kau menolak dan malah menghabisi nyawanya?!” murka Ayah Hazel sambil mencengkeram dagu putrinya itu.

Heri –Ayah Hazel– memaksa putrinya itu untuk menatap dirinya yang sedang berdiri di depannya. Selama ini Heri memang berpihak kepada Rendra karena baginya bos istrinya itu selalu bersikap baik. Renda-lah yang menawarkan pekerjaan kepada istrinya yang pincang itu. Di tempat lain, Citra selalu ditolak karena dianggap hanya menghambat pekerjaan saja.

Selain itu, hanya Rendra yang bersedia meminjamkan uang kepadanya setiap kali ia meminta. Namun, Rendra tidak melakukan kebaikan itu secara cuma-cuma. Rendra mau membantu Heri asalkan pria itu terus berusaha untuk membujuk Hazel agar mau dinikahi olehnya. Hanya Heri yang setuju dengan lamaran Rendra. Berulang kali Heri membujuk Hazel untuk menerima lamaran Rendra. Heri melakukan itu karena ia sudah bosan hidup susah. Menurutnya, Rendra adalah satu-satunya harapan hidup baginya. Namun sayang, Hazel telah menghancurkannya.

"Cepat bersihkan tubuhmu itu lalu tidur! Biar kami yang mencari solusinya!” Heri menarik tangan Hazel dan memaksanya untuk bangun.

Setelah itu Heri mendorong tubuh Hazel ke arah kamar mandi seperti perintah yang diucapkannya tadi. Dengan terpaksa Hazel mengikuti perintah ayahnya itu. Ia berjalan perlahan ke arah kamar mandi. Sesampainya di sana, ia langsung jatuh terduduk di lantai keramik yang dingin itu. Ia kembali menangis sejadi-jadinya.

"Ini menjijikan!” teriak Hazel sambil mengusap kasar kulit tubuhnya.

Hazel berharap rasa jijik akan hilang. Ia tidak mau mengingat pelecehan yang dilakukan oleh Rendra, tetapi otaknya terus merekam kejadian itu.

"Kasihan sekali putri kita," ucap Citra saat ia mendengar tangis putrinya di dalam kamar mandi.

"Salah dia! Jika dia tidak menolak saat Rendra melamarnya, ini semua tidak akan terjadi! Aku sudah pernah bilang, ‘kan, kepadamu? Tetapi kau sama bodohnya dengan putrimu itu!”

Heri tak berhenti marah-marah. Pria itu langsung duduk di kursi rotan sambil memijat pelipisnya yang terasa nyut-nyutan. Citra hanya diam. Ini bukan sekali atau dua kali ia dibentak oleh suaminya. Heri selalu marah-marah dan menyalakan dirinya ataupun Hazel atas kesialan yang menimpa keluarganya itu.

"Lalu... bagaimana solusinya?" tanya Citra.

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Dituduh Telah Membunuh

    Saat ditanya, Heri hanya diam."Bagaimana jika kita melaporkan tindak pelecehan ini lebih dulu sebelum orang lain melaporkan putri kita? Dengan begitu putri kita tidak bersalah, ‘kan?" usul wanita paruh baya itu.“Aku tidak mau terlibat dengan polisi. Kita ini orang miskin! Hukum di negara ini tidak pernah memihak kita!” sembur Heri setelah mendengar usulan dari Citra. Citra tersentak. Air matanya sejak tadi sudah deras mengalir membasahi pipi, apalagi setelah Heri membentaknya dengan lantang. Hatinya semakin bertambah sakit saat Heri tidak menyetujui usulannya itu. “Lalu bagaimana? Apa kita hanya akan berdiam diri sampai anak kita dilaporkan? Putri kita baru saja dilecehkan! Masa depannya telah hancur! Apa kau tidak memikirkan perasaannya?!” cecar Citra. Citra sudah tidak mampu menahan dirinya ketika melihat sikap Heri yang begitu acuh. Suaminya itu sama sekali tidak mengambil tindakan setelah mengetahui anaknya dilecehkan. Bahkan, respons pertama Heri kepada Hazel sangatlah tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Skenario Pembunuhan

    Setelah menuduh, wanita itu langsung berlari ke arah Hazel. Bersamaan dengan langkah kakinya itu, ia merogoh saku belakang celananya untuk mengambil sesuatu. Rupanya wanita itu menyimpan sebuah gunting kain lalu menodongkannya ke arah Hazel. “Hei!” teriak Handika sambil berlari ke arah Hazel. Di waktu yang bersamaan, satu-satunya polisi yang berjaga di sana langsung berlari ke arah wanita itu. Ia hendak mencegah wanita itu sebelum bertindak nekat, sementara itu Handika berusaha melindungi Hazel. “Ough!” pekik Handika. Handika memang berhasil mengamankan Hazel dengan cara menarik wanita itu ke belakang tubuhnya, tetapi ia terpaksa harus mengorbankan dirinya sendiri. Wanita yang tiba-tiba datang tadi terlanjur menghunuskan guntingnya hingga melukai lengan bawah Handika. Gunting itu cukup tajam, jadi ketika wanita itu menusukkannya dengan kuat, benda tajam itu sanggup merobek kulit lengan Handika. “Bersembunyi di belakangku,” perintah Handika sembari berdiri di depan Hazel agar tubuh

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Hukum Tak Memihak Si Miskin

    Ketika mendengar perintah penahanan itu, Hanzel langsung meloncat turun dari tempat tidurnya. Ia sangat terkejut. Bagaimana bisa seorang korban pelecehan yang hendak melaporkan kasusnya malah ditahan atas tuduhan pembunuhan? Ia korban, bukan pelaku! “Aku tidak melakukan apapun! K-Kalian tidak berhak menahanku!” seru Hazel. Melihat Hazel terlihat panik, Handika langsung berdiri dari kursinya. Pria itu menatap ke arah Hazel. Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya ketika seorang polisi membawa surat penahanan yang sah. “Kami sudah memeriksa TKP. Kami menemukan sebuah surat yang dapat dijadikan bukti bahwa anda terlihat dalam kasus pembunuhan korban R!” jelas polisi itu. Dua orang polisi lainnya langsung berlari ke arah Hazel. Mereka melakukan hal yang sama seperti Casey tadi, yaitu memborgol kedua tangan Hazel dengan plastic handcuffs.Dua orang itu langsung mendorong tubuh Hazel dan memaksanya untuk keluar dari ruangan itu. Mereka hendak membawa Hazel ke mobil polisi mereka untuk memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Uang Sogokan Demi Memenangkan Kasus

    “Nona! Anda mendengarkan saya atau tidak?” tanya pengacara itu sambil menggebrak meja.“Jika anda tidak mau berbicara, maka kasus ini sudah jelas akan dimenangkan oleh keluarga korban! Asal anda tahu, jika kasus ini terbukti benar, maka sesuai dalam pasal 338 KUHP, anda akan terjerat hukuman maksimal pidana mati!" tegas pengacara itu.Pengacara itu terpancing emosi saat melihat Hazel masih saja diam sambil menundukkan kepalanya.Gertakan itu akhirnya membuat Hazel menegakkan kembali kepalanya secara perlahan. Untuk pertama kalinya sepasang mata Hazel bertemu pandang dengan mata pengacara yang penuh kilat amarah itu.Kenapa sekarang jadi Hazel yang bersalah? Ia korban di sini, tetapi orang-orang seolah yakin jika ia adalah pembunuhnya. Bahkan sedikit pun tidak ada perlakuan baik dari pihak yang berwenang untuknya.“Tapi aku benar-benar tidak membunuhnya! Aku berani bersumpah!” teriak Hazel.Tak betah dengan desakan itu, akhirnya Hazel menceritakan kronologis kejadian malam itu, mulai da

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-17
  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Keduanya Memiliki Hubungan

    Polisi itu tidak memberikan kesempatan bagi Hazel untuk berbicara. Ia langsung menarik paksa Hazel, lalu membawa wanita itu keluar dari ruangan tersebut.Tentunya sebelum membawa Hazel ke rumah tahanan, ia memastikan bahwa borgol di tangan Hazel masih aman. Ia tidak mau Hazel kabur, meskipun hal tersebut tidak mungkin terjadi. “Izinkan saya bertemu dengan ibu saya terlebih dahulu. Ada yang ingin saya sampaikan,” pinta Hazel saat polisi itu mendorong tubuhnya ke arah pintu keluar kantor kepolisian.“Tidak ada hak istimewa bagi anda, Nona!” tolak polisi itu.Meskipun sudah ditolak, Hazel tetap memohon-mohon agar ia diizinkan untuk menemui ibunya. Sayangnya, untuk kesekian kalinya Hazel ditolak, bahkan polisi itu sempat membentak dan mendorongnya dengan kasar karena permintaannya itu.Saat kaki Hazel baru saja menginjak teras depan kantor kepolisian, ia langsung disambut dengan banyak cahaya lampu kamera yang ditujukan ke arahnya. Rupanya sudah ada puluhan wartawan yang siap memburu beri

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-18
  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Awal Penderitaan Dimulai

    Gio kembali menarik tangan Handika. Pria itu membawa temannya semakin masuk ke TKP. Mereka berhenti tepat di tengah-tengah halaman rumah Rendra. Karena Handika bersama dengan Gio, pria itu bebas masuk ke TKP asalkan tidak menyentuh apapun dan tidak mengganggu penyelidikan.“Aku tidak tahu, tetapi aku curiga jika ini bukan pembunuhan yang disengaja. Masa' iya seorang wanita muda tega membunuh pria yang umurnya jauh di atasnya? Dunia sudah beneran rusak dong,” ujar Gio mencoba menerka kasus yang ia tangani itu.Handika mengangguk setuju dengan pendapat Gio. Ia sedikit tahu sifat korban, jadi ia setuju jika kasus ini bukan murni pembunuhan, melainkan ada faktor lain yang membuat tersangka —Hazel— berani melakukan tindak kriminal yang begitu menggegerkan.“By the way, kamu kenal pengacara di sekitar sini tidak? Yang lumayan murah gitu, jangan yang mahal-mahal, aku tidak mampu," tanya Handika tiba-tiba.“Hah? Kamu kenapa tiba-tiba ingin mencari pengacara? Memangnya kamu terlibat kasus apa?

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-19
  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Putusan Hakim

    Akhirnya seorang polisi datang, tepat saat jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam. Ia membawa nampan dari stainless yang berisi makan malam untuk Hazel. Ia meletakkan nampan itu tepat di depan pintu sel sebelum akhirnya ia menguncinya kembali. “Besok pagi anda baru bisa pergi untuk menemui pengacara yang baru,” ucap polisi itu. Hazel terbelalak. Ia tidak salah dengar jika polisi tadi baru saja mengatakan bahwa Hazel akan bertemu dengan pengacara yang baru. Apakah artinya Hazel memiliki kesempatan untuk membela dirinya lebih baik daripada sebelumnya? Tak terasa pagi telah tiba. Samar-samar Hazel mendengar suara aktivitas dari ruangan di depannya. Tak lama setelahnya, seorang polisi datang dan langsung membuka pintu sel itu. “Nona, ikut kami!” katanya. Seperti yang sudah disepakati kemarin malam, pagi ini Hazel akan menemui pengacaranya yang baru. Ia kembali dibawa ke gedung utama. Ia ditinggal disatu ruangan kecil yang nantinya menjadi tempat pertemuan dengan pengacara baru itu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Pertemuan Kedua Handika dan Hazel

    “Dan tolong sampaikan terima kasih untuknya, Pak,” lanjut Hazel sebagai penutup dari obrolannya siang itu. Tak ada yang bisa dilakukan oleh Haris jika kliennya menolak untuk mengajukan banding. Namun, Haris dan Hazel masih memiliki waktu selama 7 hari. Jika selama 7 hari Hazel berubah pikiran, maka ia bisa mengajukan banding. Akan tetapi, jika banding tetap tidak diajukan dalam waktu 7 hari sejak vonis, maka terdakwa dianggap sudah menerima keputusan hakim sebagai mana yang telah disebutkan dalam persidangan.“Saya tetap akan menemui anda selama 7 hari ke depan. Mohon dipertimbangkan,” ucap Haris sebelum ia pamit undur diri dari ruangan itu.Setelah kepergian pengacaranya itu, Hazel diminta untuk menunggu hingga petugas dari lapas menjemputnya. Ia meminta agar polisi mengizinkannya menunggu di ruangan itu, bukan di sel-nya yang dingin.Sebenarnya Citra sejak tadi memohon-mohon agar diperbolehkan menemui Hazel, tetapi pihak kepolisian melarangnya. Mereka mengatakan kepada Citra jika Ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-21

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Mengapa Begitu Peduli?

    Tidak seperti kebanyakan sipir yang bertugas di lapas itu, nada bicara Handika saat ia memberi perintah kepada Hazel tidak kasar. Meskipun demikian, jika didengar baik-baik, Handika berbicara dengan nada dinginnya. Sejujurnya itu lebih menyeramkan daripada bentakan, tetapi Hazel mengabaikannya. Apa yang bisa diharapkan dengan kehidupan di lapas? Ia bukan siapa-siapa dan hanyalah seorang tahanan, wajar saja jika sipir bersikap semena-mena dengannya. Perintah singkat itu langsung dituruti oleh Hazel meskipun dengan setengah hati ia melakukannya. Pikirnya daripada Hazel harus berdebat, lebih baik ia melaksanakan perintah itu. Hazel sadar diri dengan posisinya. Jika ia melawan perintah seorang sipir, mungkin ia bisa kena marah lagi seperti yang dilakukan Emma. Ya, meskipun sejauh ini Handika tidak pernah bersikap kasar kepadanya. Satu-satunya sipir yang bersikap baik kepada Hazel di lapas itu adalah Handika. Setelah memastikan Hazel sudah duduk, Handika segera bergegas mengambil jatah m

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Hidup Serasa di Neraka

    “Berhenti membuatku muak dan mencari perhatian orang-orang di sini! Kau mencoba menarik simpati dengan bersikap lemah seperti ini, hah? Kau cuma perempuan kasar yang gila harta milik suami orang, jadi lebih baik kau pahami batasanmu,” cecar Emma. Emma melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Hazel. Hazel merasa lega karena Emma tidak lagi menahannya. Ia tidak lagi merasakan sakit akibat dari cengkeraman tangan Emma. Namun, ternyata Hazel salah. Emma kembali menyakiti Hazel dengan menjambak rambut panjangnya hingga kepala wanita itu sedikit terdongak. Sekarang Hazel bisa melihat langit-langit kantin di atasnya.“Ouch!” pekik Hazel kesakitan.Jambakan itu mengingatkan Hazel dengan kejadian buruk yang menimpanya. Ia teringat saat Rendra menarik rambut panjangnya dan ia didorong hingga wajahnya membentur cermin meja rias hingga pecah. Bahkan bekas lukanya masih belum terlalu kering karena ia tidak mendapatkan pengobatan yang layak. Saat Hazel ditahan, ia hanya mendapatkan perawa

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Keputusan Handika

    “Jadi... pelaku pelecehan Hazel adalah kakakmu?" Dokter Lee tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, tetapi sebisa mungkin ia menjaga cara bicaranya agar tidak terlalu keras.Dokter relawan itu sempat mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia memastikan jika tidak ada orang selain mereka di lorong itu.Handika mengangguk dengan lemah. Ada perasaan lega meskipun hanya sedikit setelah ia membagi rahasianya itu. Setidaknya ia tidak harus menanggung beban itu seorang diri. Namun, tidak bisa dipungkiri jika perasaan bersalah akan selalu singgah di hatinya.“Jadi ini alasannya kenapa kau terlihat begitu peduli dengannya? Handika, ini terlalu berbahaya," kata Dokter Lee.Dokter Lee menanggalkan panggilan ‘Pak’ untuk Handika sebab ia merasa pria itu telah membuka hubungan lebih jauh dari sekedar rekan kerja. Mungkin teman, karena teman selalu berbagi rahasia.“Orang-orang mulai membicarakanmu di kantor. Aku tahu itu karena aku tidak sengaja menguping pembicaraan mereka. Mungkin setelah ini

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Kabar Kehamilan

    “Bagaimana liburanmu? Masih ingin berbuat onar lagi?" cibir Emma.Emma tersenyum puas saat melihat penampilan Hazel yang berantakan. Di sel tikus, seorang tahanan tidak bisa mandi karena hanya ada satu closet duduk saja. Tak ada cermin ataupun wastafel yang menjadi sumber sanitasi bagi tahanan. Wajar saja jika penampilan Hazel sangat kumal. “Jika kau berbuat onar lagi, maka hukuman bisa ditambah menjadi 14 hari. Paham tidak?" Emma langsung mendorong Hazel dan menyuruh wanita itu untuk keluar dari sel tikus.Berbeda dengan Emma yang terlihat puas dengan kondisi Hazel, Handika justru menatap iba ke arah wanita itu. Berada di dalam ruangan sempit dengan banyak lampu yang amat terang membuat sepasang mata Hazel mengering. Rambut panjangnya kusut dan sedikit basah karena keringat, serta bibir dan kulitnya sangat kering —tampak sedikit pecah-pecah. Tubuh Hazel juga semakin kurus karena setiap Handika memberinya jatah makan, wanita itu tidak pernah menghabiskannya. Hanya beberapa sendok saja

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   “Menemanimu”

    Seperti yang tertulis di peraturan, sel tikus memang diperuntukkan bagi para tahanan yang membuat pelanggaran. Jadi, sel tersebut memang didesain khusus untuk memberi efek jera, salah satunya adalah membiarkan sel tersebut dalam kondisi sangat terang selama 24 jam. Tidak ada celah apapun. Ruangan itu benar-benar tertutup rapat. Untuk sirkulasi udaranya, ruangan itu hanya mengandalkan satu blower kecil di langit-langit atap. Sedangkan lampunya ada banyak dan semua menyala dengan terang dengan tombol yang ada di luar agar para tahanan yang sedang dihukum tidak bisa mematikannya.“Hazel...,” panggil Handika karena tidak ada balasan dari wanita itu.Semua kepedulian Handika itu adalah bentuk belas kasihannya. Ia tidak tega ketika melihat seseorang harus menanggung konsekuensi atas ulah yang tidak pernah dilakukannya.“Jawab aku,” pinta Handika.Hazel bisa mendengar suara Handika dengan jelas meskipun pria itu sedang berbicara dengan pelan dan sedikit lembut. Itu karena posisi Hazel masih

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Sel Tikus

    “Kau bisa membawanya setelah dia diobati. Kau bisa lihat sendiri, ‘kan? Kondisinya begitu berantakan,” jelas Handika. Handika menatap iba ke arah Hazel. Wanita itu menundukkan kepalanya dalam-dalam. Karena ia menunduk, tetesan darah segar dari hidung lebih mudah jatuh membasahi pakaiannya. Handika bermaksud memutar otak untuk mencari alasan lain agar Emma tidak jadi membawa Hazel ke sel tikus. “Loe makin hari makin enggak masuk akal, Han. Aturannya kita baru bisa mengobati tahanan setelah mereka menjalani masa hukuman di sel tikus. Di lapas pria juga begitu, ‘kan? Jangan pura-pura lupa!” Saat sudah kesal seperti ini Emma tidak lagi berbicara dengan bahasa formal seperti kesehariannya di tempat kerja. “Sudah, mending loe diem aja, Han! Loe cuma pendatang di sini!” Emma sedikit menyentak tangan Hazel sebelum ia melanjutkan langkah kakinya. Ia mengabaikan Handika meskipun pria itu berulang kali memangil namanya. “Emma!” Handika tak menyerah. Sekali lagi ia memanggil Emma dengan sua

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Awal Konflik di Lapas

    “Sekarang kelihatan, 'kan, loe itu emang brutal kayak setan!" amuk Farah saat melihat temannya ditonjok oleh Hazel. Saat Farah sedang memisahkan Hazel dan Dita, Lela berlari ke arah pintu dan langsung mengulurkan tangan kanannya di sela-sela pintu besi sel tersebut. Wanita itu mulai berteriak meminta bantuan. “Ibu Polisi! Tolong! Tahanan nomor 1308 menggila!” teriak Lela. “Cepat, teman saya bisa mati kayak pengusaha tajir itu!" teriaknya lagi. Saat Lela sedang sibuk mencari bantuan dengan cara berteriak di sela pintu sel, Farah berniat membalas perbuatan Hazel. Dengan sekuat tenaga, Farah menjambak rambut Hazel dan membenturkan kepalanya ke tembok sel dengan keras. “Ugh!" Seketika telinga Hazel berdengung sesaat setelah kepalanya membentur tembok. Pusing! Itulah yang ia rasakan saat ini. Farah tidak main-main saat membenturkan kepala Hazel. Ia seolah tidak takut dengan segala kemungkinan yang akan terjadi kepada Hazel. Kalau mati? Ia tidak peduli dan mengabaikan itu. “Loe gila!

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Ledakan Amarah

    Mendengar pernyataan itu, tubuh Hazel seketika menegang. Sejenak ia melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan siapa saja yang mendengar pernyataan itu. Konyol! Setelah pengacara itu, sekarang hadirlah sosok Handika yang berusaha meyakinkannya untuk tetap berjuang. Pikiran Hazel berkecamuk. Jika boleh jujur, ia merasa senang sekaligus sedih. Senang rasanya ketika ada orang lain yang masih berusaha untuk mengembalikan kepercayaannya. Akan tetapi, perasaan sedih masih betah singgah di hatinya. Ia sedih karena semakin ia mencoba untuk percaya, maka memori kelam itu kembali terlintas di otaknya. “Lupakan soal obrolan tadi. Sekarang anda harus membawa saya kembali ke sel segera.”Bukannya menanggapi pernyataan Handika beberapa menit yang lalu, Hazel malah mengalihkan pembicaraan. Ia bahkan mengubah gaya bicaranya kembali formal seperti sebelumnya.Tangan Handika masih mengepal. Saat ini ia benar-benar membutuhkan pelampiasan. Namun, ia berusaha menahan diri untuk tidak memukul apapun

  • Terjerat Cinta Sipir Penjara   Teman?

    “Aku memang bodoh.”Kalimat sederhana itu mampu membuat Handika tersadar dari lamunannya. Ia sedikit terperanjat, tetapi detik berikutnya ia bisa menguasai diri.“Eh... apa...?” tanya Handika.Satu kata yang terucap dari mulut Handika tadi mampu memicu traumanya. Sebelumnya Hazel tidak sadar jika ia telah meluapkan emosinya di hadapan Handika. Kata 'tertipu' membuat Hazel teringat dengan alasannya mendekam di lapas itu. Karena tertipu ide busuk Rendra, ia berakhir di sel tahanan yang dingin itu.“Seharusnya, anda tidak melakukan ini,” kata Hazel.Meskipun tidak mengatakannya secara gamblang, Handika tahu jika yang dimaksud wanita itu adalah sikapnya saat ini. Sepasang mata indah Hazel menatap lekat ke arah tangannya yang masih digenggam oleh Handika. Sikap wanita itu menyiratkan satu pesan yang seolah mengatakan jika ia tidak suka saat Handika menyentuhnya.“A... ya. Ini salah. Maaf,” balas Handika.Dengan berat hati Handika melepaskan genggamannya itu.”Segera obati lukamu, setelah i

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status