Amelia meletakan gawainya di atas nakas kamar tidurnya. Merebahkan diri di atas tempat tidur. Tempat memadu kasih bersama suaminya. Selama ini Suaminya masih bersikap biasa tak ada yang mencurigakan. Perhatian dan romantis seperti biasa. Tapi saat ada Tania dan Mama mertua di sini, sikapnya langsung berubah. Ada apa ya?
Amelia memijit keningnya sendiri, takut apabila lelaki yang bersamanya saat ini mendua. Seandainya mendua apa aku harus melepaskan Mas Ryan? Batin Amelia.
Amelia bangkit, ia berjalan menuju balkon lantai atas ingin menutup jendela dan korden. Ingatan bersama Ryan kembali hadir. Saat dia memeluk pinggangnya dari belakang dan membisikan kata cinta. Bersama menikmati keindahan kota Singapore yang sangat indah ketika malam datang.
Ia menutup korden dan jendela, perasaan dari tadi tidak enak. Untuk mengusir kegundahanya ia iseng mengecek akun medsos suaminya. Tapi tak ada apa- apa di sana. Hanya foto profil terpampang di sana. Karena memang Ryan tak suka berselancar di dunia Maya.
Amelia melihat jam di dinding ternyata waktunya maghrib. Segera mengambil air wudhu, menghamparkan sajadah menghadap kiblat. Rokaat demi rokaat ia jalani dengan khusyuk, kegundahan hati yang menganggunya ia pasrahkan pada Tuhan. Amelia memohon petunjuk dengan keganjilan hari ini.
Jam demi jam Amelia menunggu kepulangan suaminya. Ia bilang akan pulang jam sepuluh malam. Amelia memutuskan untuk menunggunya. Mencoba menghubungi suaminya. Tapi hpnya tidak aktif.
Mencoba menghubungi sekertaris Mas Ryan yang baru tetep saja tidak aktif. Lelah menunggu ia pun tertidur di depan Tv.
Amelia terbangun saat pipinya di tepuk oleh Ryan.
"Sayang, kenapa tidur di sini?" Amelia mengejap beberapa kali, ia memeluk Ryan.
"Kukira kau tak pulang sayang," ucap Amelia manja sambil memeluk merasakan aroma parfum khasnya.
"Mas tetep pulang sayang," ucap Ryan mengecup kening istrinya. Kemudian membopong istrinya ke kamar.
"Aku belum menyiapkan air buat mandi Mas, ko malah di bawa ke kamar?"
"Udah biar Mas siapkan sendiri aja, kamu tidur aja sayang. Tunggu Mas ya," Ryan mengerlingkan matanya genit.
Sudah paham dengan tindakan Suaminya, ia meminta haknya. Amelia gegas turun dan membersihkan wajahnya. Tak lupa menyisir rambutnya dan mengoleskan lipstik di bibir tipisnya. Ryan suka melihat istrinya dandan natural. Bukankah menyenangkan suami di atas ranjang berbuah pahala?
Selesai melaksanakan kewajiban, Ryan tak lupa mengecup kening istrinya sudah melayani malam ini. Amelia tersenyum mendapat ucapan terima kasih dari suaminya. Ia merasa malu, mencurigai suaminya main serong di belakang. Padahal sikapnya tak pernah berubah dari dulu hingga sekarang.
Ryan tertidur, wajah tampanya sungguh indah di pandang. Karena tak tahan ia pun mencium pipinya.
"I love you, sayang."
'I love you too, sayang. Mas janji akan selalu membuatmu bahagia,' batin Ryan. Ia pura- pura tertidur tadi. Senang mendapat perhatian dari Istrinya. Berjanji dalam hati akan segera menceraikan Tania. Menurutnya Tania merupakan benalu dalam rumah tangga.
Mentari pagi menerobos masuk melalui celah jendel. Amelia mengambil jam beker di atas nakas. Waktu menunjukan pukul enam pagi. Terdengar suara ribut memanggil nama Mas Ryan.
"Siapa sih pagi- pagi udah ribut?" Gumam Amelia. Sedang Ryan masih pules di bawah selimut. Menyisir rambut sebentar memastikan tidak ada belek di kedua matanya. Ia berjalan menuju pintu. Saat membuka pintu alangkah kagetnya saat Tania dan Mama Mertua ada di depan pintu sambil berkacak pinggang.
Bersambung..
Amelia shock melihat Mereka ada di depan pintu. "Mana Ryan !" Tanya Mama. "Lagi tidur Ma," Sedang di Belakang Mama, Tania sedang menangis. 'Ada drama apa ini?' Batin Amelia. "Panggil Ryan!" "Kasihan Ma, dia masih tidur," Mama danTania langsung masuk ke dalam. Mereka menghenyakan diri di sofa. "Ambilkan minum Amel, Mama haus !" Perintah Mama. Amelia segera membuat teh hangat untuk mereka berdua. "Diamlah Tania! Jangan nangis terus Mama pusing dengernya!" "Bagaimana Tania bisa diem Ma, kalau Mas Ryan menceraikanku," Tania menangis semakin menjadi. Amelia membawa dua cangkir teh. Di berikan pada mereka berdua. Tadi sempet dengar Tania menyebut nama suaminya. Tapi tak denger begitu jelas. 'Aah sudahlah, aku mau masak saja
Ryan memeluk Amelia erat, tak ingin wanita di cintainya saat ini menangis. Apalagi terpuruk. Ryan mengusap air mata Amelia. "Maafkan aku sayang," ucap Ryan mencium puncuk kepala istrinya. Amelia menangis di dada bidang suaminya. Mendengar telah menceraikan Tania. Sedikit terobati sakit hati ini. Ryan merangkul pundak Amelia. Mereka berjalan mendekati Tania dan Mamanya di ruang tamu. "Tania maafkan aku, semoga kau mendapatkan lelaki yang lebih baik dari aku," ucap Ryan tenang sambil kembali merangkul pundak Amelia. Mata Tania membelalak, menatap tajam Ryan. Luruh sudah harapan memiliki Ryan seutuhnya. Tak terima dengan keputusan Ryan secara sepihak. Amarah memuncak. Ia memukul- mukul dada Ryan. "Kamu jahat Ryan, setelah merengut kesucianku kau lempar aku tempat sampah ! Kau akan membayar semua Ryan!" Ancam Tania menuding wajah Ryan.
Amelia menata bajunya di koper, sementara ini ingin pergi sebentar dari Kehidupan suaminya. Mengetahui suaminya pernah tidur dengan tidur dengan Tania membuatnya gamang saat ini. Ia menghela nafas berat. Kembali memikirkan langkah ini. Apakah tindakanku benar? meninggalkan Ryan? Amelia berusaha memejamkan matanya. Pikiranya pusing memikirkan semua ini. "Aaah aku ingin menenangkan diri di rumah Ibu," gumam Amelia. Selesai packing ia memesan tiket lewat online. Merasa belum masak, ia membuka kulkas kemudian memasak kesukaan Ryan. Tapi pikiranya tak fokus untuk memasak. Apakah diriku penghalang bagi suamiku Tania? Tapi aku tak sanggup berbagi suami. Ryan pun lebih memilihku daripada Tania? gamang kembali menguasai hati Amelia. Selesai masak ia menata di meja. Di tutup tudung saji. Gegas mandi sebelum Ryan menghalangi dirinya pulang. **** D
Amelia di sambut Ines, Ayah dan Ibu saat kehadiranya. Mereka senang Amelia bisa mengunjunginya. Apalagi Ines langsung bergelayut manja di lenganya. Saat kakak sulungnya datang. Tak menghiraukan suami kakaknya yang berada di sampingnya. Ryan melirik istrinya yang terlihat bahagia di tengah keluarganya. Ya saat ini dia ingin ketenangan. Mendengar suaminya telah menikah lagi diam- diam membuatnya merasa di hianati walau sekarang sudah di ceraikan tapi ke depanya. Takut Ryan akan melakukan lagi di belakang Amelia. Ryan melirik istrinya sambil mengengam tangan mesra. Tapi Amelia mengangapnya biasa saja. Butuh waktu untuk menghadirkan rasa itu lagi. Suasana hangat di meja makan. Saat makan siang. Amelia sangat senang berada di tengah keluarganya. Setelah selesai makan siang. Mereka masuk kamar. Kamar Amelia saat masih gadis. Kamar itu masih rapi karena Ibunya sering membersihkanya. A
Tania mampir ke kantor Arnold. Terpaksa merendahkan harga dirinya demi membalaskan sakit hatinya. 'Tok ... tok "Masuk ...." ucap Arnold dari dalam ruangan. Tania membuka pintu. Arnold duduk di belakang meja. Menatap tajam ke arah Tania. Setelah lelah mengejar Tania datang sendiri menghadapnya. "Halo ... sayang! Makin cantik aja! Tau aja kalau aku merindukanmu, kini di hadapanku!" Arnold tersenyum mengoda Tania. Sosok yang dicintai selama masa kuliah kini di hadapanya. Padahal dulu Tania susah di jangkau. Pendekatan dengan berbagai cara tak bisa meluluhkan hatinya. Mungkin Arnold terkenal lelaki playboy yang gemar main cewek dan tidur sama perempuan. Tania eneg melihat wajah Arnold begitu dekat denganya. Dari dulu tak berubah perangainya. "Hancurkan anak perusahaaan Chandra company. "Apa imbalanya?" Tanya Arnold tersenyum m
Arnold kembali ke meja kerjanya. Membuka laptop berselancar mencari informasi tentang cabang perusahaan Chandra Company. Dia mencari para pemegang saham dari Perusahaan Ryan. Setelah dapat, mencoba menghubungi. Tapi rata- rata dari mereka menolak mencabut Investasi dari Perusahaan Ryan dan beralih ke Perusahaan miliknya. Memang Perusahaan Milik Ryan. Loyal terhadap para investornya. Mereka selalu mendapat keuntungan yang besar tatkala Perusahaan mengalami untung besar. Arnold menghela nafas sejenak. Memikirkan langkah apa yang tepat menghancurkan perusahaan Milik Ryan. Dia juga punya dendam pribadi dengan perusahaan milik Ryan. Ia selalu menang tender darinya. Saat ini adalah waktu yang tepat menghancurkan cabang perusahaan tersebut. Arnold mencoba sekali lagi merayu para investor untuk Menarik sahamnya di perusahaan Chandra Companya. Tapi jawaban mereka sama. Menolak memcabut investasi. Hari ini Arnold
Suplier menepuk jidatnya sendiri lupa menanyakan nama orang suruhan Ryan. Ia terlalu percaya saat ada orang nyang membawa surat kuasa dari Ryan. Suplier itu terlalu percaya pada Ryan. Hingga tak menyadari telah di tipu. "Bagaimana ciri- cirinya?" Suplier itu menjelaskan cirinya. Dan Ryan merasa tak punya karyawan seperti itu. "Akbar tolong cari tau siapa yang telah sabosate bahan!" "Iya pak," "Tuan tolong kirim lagi bahan yang premium seperti biasa," "Baik tuan Ryan, maaf karena telah mempercayai orang yang salah," ucap suplier seraya menangkup kedua tanganya. "Ya nggak apa- apa Tuan, nanti lagi konfirmasi aku dulu ketika orangku memesan bahan. "Baik tuan Ryan," Suplier itu menganguk hormat. Lega Tuan Ryan tidak marah kepadanya. "Karena Tuan sudah berbaik hati, saya kasih diskon," "Oke ... makasih," ucap
Tania sudah hampir dua minggu berada di Belanda. Ia jalan- jalan menikmati kota Belanda. Tak lupa kulineran bersama Kakaknya. Sejenak melupakan Arnold yang sudah menuntut tubuhnya. Ia tak mau melakukannya sebelum perusahaan Ryan hancur berkeping. Ia rela mengorbankan tubuhnya. Tania menghela nafas sejenak. Panggilan Arnold terus menyeruak ke dalam telingga. "Itu siapa sih Dek? Telepon terus? Pacar kamu ya?" Tanya Nando, kakaknya Tania. "Bukan kak, Hanya temen." ucap Tania santai kemudian membiarkan telepon itu mati sendiri. "Ya udah kita jalan lagi, di rumah kulkasnya kosong," "Oke ...." Senyum Tania mengembang sempurna. Kini saatnya meluapkan suntuk. Berusaha mengalihkan pikiranya. Walau udah minggu jauh berada dari Ryan. Tapi pikiranya tentang Ryan tak bisa jauh dari pikiranya. ****** Di Kediaman Orang Tua Amelia.&n