Share

Bab. 52.Tania Dan Arnold.

     Tania mampir ke kantor Arnold. Terpaksa merendahkan harga dirinya demi membalaskan sakit hatinya. 

'Tok ... tok 

"Masuk ...." ucap Arnold dari dalam ruangan. 

Tania membuka pintu. Arnold duduk di belakang meja. Menatap tajam ke arah Tania. Setelah lelah mengejar Tania datang sendiri menghadapnya. 

"Halo ... sayang! Makin cantik aja! Tau aja kalau aku merindukanmu, kini di hadapanku!" Arnold tersenyum mengoda Tania. Sosok yang dicintai selama masa  kuliah kini di hadapanya. Padahal dulu Tania susah di jangkau. Pendekatan dengan berbagai cara tak bisa meluluhkan hatinya. Mungkin Arnold terkenal lelaki playboy yang gemar main cewek dan tidur sama perempuan. 

Tania eneg melihat wajah Arnold begitu dekat denganya. Dari dulu tak berubah perangainya. 

"Hancurkan anak perusahaaan Chandra company. 

"Apa imbalanya?" Tanya Arnold tersenyum miring. 

"Mau berapa? Tanya Tania

"Aku tak butuh uangmu, kau tau aku punya perusahaan cukup besar untuk membiayai hidupku!" 

"Lalu kau mau apa dariku?" Tanya Tania menatap tajam manik netra milik arnold. 

"Aku butuh cinta dan tubuhmu!" ucap Arnold menyusuri pipi Tania. 

Ia  ngeri, Apalagi Ryan belum pernah menyentuhnya. Saat kejadian waktu malam itu hanya untuk menjebak Ryan supaya menikahinya. Saat ini  dirinya masih perawan. 'Haruskah ku serahkan pada Arnod? Padahal aku tak pernah menyintainya, tapi ....' batin Tania. Ia mengigit bibir bawahnya. Pilu mengiris hati. Membayangkan sesuatu yang berharga harus di ambil orang yang tak di cintai. 

Tania menelan salivanya. Ada rasa tersekat di tengorokanya. 

"Baiklah ... kalau itu maumu, aku akan datang ketika anak perusahaan Chandra company  hancur tak bersisa!" ucap Tania terasa serak seraya menatap benci pada lelaki jangkung di hadapanya. 

"Aku pergi!" Ketika Tania ingin berbalik badan. Arnold mencekal tanganya. Spontan tubuh Tania menegang. Matanya menunduk, menunggu reaksi Arnold. 

Arnold mencium pipi kiri Tania. 

'Cup'  

"Aku menunggu mu sayang ...." 

Arnold menelisik wajah mulus Tania. Tak sabar mencicipi tubuh manisnya. 

Tania geram tanganya mengepal ingin memberi bogem mentah pada lelaki mesum ini. 

Tania melangkah keluar sambil menutup pintu keras. Nafasnya naik turun menghadapi lelaki angkuh itu. Segera melangkahkan kaki menuju Bandara di sana kakaknya sudah menunggu. 

"Haloo kak, maaf nunggu lama," 

"Ayo cepat, sebentar lagi pesawat lepas landas," 

Tania mengiringi langkah lebar kakaknya. Ia tak memberi tau masalah ini pada kakaknya. Merasa malu hendak  bercerita. Tubuh dan harga dirinya sudah tergadaikan.  Mendudukkan diri di kursi pesawat. Menyandarkan kepalanya sambil memejamkan mata. 

"Kamu kenapa Dek? Ada yang di pikirkan?" 

"Enggak kak," Tania mengeleng lemah. Ketika Pramugari menawari minuman ia segera mengambilnya. Air yang mengalir ke tengorokanya. Sedikit melonggarkan sesak di dada. 

Tak lama kemudian Pesawat mendarat di Bandara. Tania dan kakaknya turun dari pesawat melangkahkan kaki menuju apartemen. 

Ruangan modern khas eropa mewarnai apartemen ini. Tania mendudukan dirinya di sofa empuk. Menghembuskan nafas pelan.

"Kamu kenapa Dek? Wajahmu pucat?" 

"Nggak apa- apa kak," 

"Ya udah, kamu masuk ke kamar istirahat," 

 "Ya kak," 

Tania beranjak menuju kamar, memejamkan mata. Bayangan wajah Arnold ingin melahap dirinya menari di pikiranya. Tapi terlanjur  sudah mengadaikan tubuhnya demi balas dendam. Omonganya tak bisa di tarik. Seandainya mengingkari janji. Arnold akan mengejar sampai ke ujung dunia.  Menyesal melakukan itu. Tapi sakit hati akibat di campakan Ryan terpaksa melakukan itu. 

Bunyi gawai bergetar nama Arnold terpampang di layar. Ia enggan mengangkatnya. Membiarkan panggilan mati sendiri. Tak lama kemudian hp  mati. Tania lega. 

Layar hp Tania kelap kelip tanda masuk pesan. 

 Arnold:"Kau jangan coba- coba menghindar dariku Tania! Nyawa taruhanmu kalau menghindar dariku!" 

Deg. 

Jantung Tania berdegup kencang. Melihat ancaman Arnold. Menelan ludah yang tiba- tiba terasa pahit. Dengan tangan gemetar ia meraih hpnya membalas pesan Arnold. 

Tania: "Iya," 

Segera meletakan hpnya di atas nakas. Memeluk guling membenamkan kepalanya. Membiarkan nasib bermain dalam hidupnya. Bayangan kehancuran Ryan sudah membutakan hati Tania. Rela mengadaikan tubuh demi sakit hati yang terbalas. 

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status