Amelia menatap Hp sejenak. Perasaanya tidak enak, ada sesuatu yang menganjal. Entah apa itu. ia mencoba berpikir positif.
'Aah ... mungkin ini hanya perasaanku saja' batin Amelia. Segera ia melanjutkan kembali kerjaan. Saat ini untuk mengalihkan pikiranya Amelia menyetrika baju. Setelah itu ia masukan di lemari. Ada Buku kecil terselip di antara pojokan baju Ryan. Note kecil warna hitam.
'Ini buku apa ya?' Tangan Amelia berusaha menyibak lembaran kertas. Nama client, juga nama temen ada di situ. Amelia mengembalikan ke tempat semula.
Di kediaman Tania.
Tania menginjakan kaki di rumahnya, memanggil Ibunya dengan suara lantang.
"Mama ...." panggil Tania. Tapi tak kunjung muncul mamanya.
Bi ijah datang muncul mendengar suara Majikanya.
"Ibu Arisan Non, mungkin sebentar lagi pulang Non," ucap Bi Ijah berdiri tak jauh dari Tania.
"Ya udah Bi, makasih. Aku tunggu Mama aja di sini."
"Baik Non,"
"Bi, tolong buatkan jus Alpukat dong,"
"Baik Non." Bi Ijah segera berlalu dari hadapan Tania. Segera membuat Jus Alpukat. Telat dikit bisa marah- marah.
Tak lama kemudian Mama Tania datang.
"Halo Nak, udah pulang sayang?"
"Udah Ma, baru aja."
"Ma, Tania ada kabar bagus!"
"Apa itu? Tanya Mama Tania penasaran.
"Akhirnya Mama dan Tante Lia bisa jadi besan!"
"Waiiit, maksudmu mereka akan melamarmu?!"
Tania menganguk cepat. "Apa Ryan akan segera menceraikan istrinya?"
"Belum sih Ma, tapi aku pastikan Ryan akan menceraikan si gadis kampung itu !" ucap Tania kesel.
"Apa yang kau lakukan hingga Ryan mau menikahimu, Mama lihat selama ini Ia dingin padamu?"
"Aku menjebaknya Ma, sebelum Ryan tidur aku memberi obat tidur, seakan dia memperkosaku,"
"Astaga Tania, Tapi kamu tidak di perkosa beneran kan?"
"Nggak Ma, tapi ...."
"Tapi kenapa Tania?
"Takut kalau Ryan tau aku menjebaknya malah dia semakin membenciku," ucap Tania sendu.
"Tak usah takut, yang penting kamu bisa mendapatkan Ryan, Mama selalu ada untukmu," ucap Mama Tania. Mereka pun berpelukan bahagia keinginannya tercapai.
"Tapi Ma, bagaimana kalau Papa sampai tahu Ryan belum berpisah dengan Istrinya?"
"Bilang aja bahwa kamu sudah di Nodai Ryan," ucap Mama Tania enteng.
Ketika Papa Tania di beri tahu keadaan Tania. Papa Tania geram. Ryan yang terlihat sopan, baik, serta berwibawa bisa melakukan perbuatan Iblis itu. Tak pernah menyangka anak gadisnya akan menjadi kebejatan moral Ryan. Sementara Papa Tania tidak tau kelakuan Tania. Ia sangat percaya pada Tania seratus persen.
Keluarga Ryan menepati janji untuk melamar Tania. Sebenarnya Papa Tania tidak setuju Ryan menjadi menantunya. Karena statusnya masih suami orang juga dia telah di nodai Ryan. Tak ada lagi yang akan menerima Tania. Terpaksa ia menerima lamaran Ryan.
Wajah Ryan pucat, tak ada semangat yang mengebu. Semua ia wakilkan pada Ayahnya.pikiranya saat ini hanya Amelia.
Belahan jiwanya yang sedang menunggu kepulanganya. Jiwanya akan patah seperti pecahan kaca. Seharusnya dia mengengam hati Amelia tapi ia sendiri yang mematahkanya. Menangis sendiri dalam diam. Tangan satunya mengusap air mata yang terjun bebas ke bawah. Segera di usap, agar tak ada yang penderitaanya.
'Aku takut kehilanganmu Amel' batin Ryan sedih.
Tanggal pernikahan dengan Tania di tetapkan. Mereka akan melangsungkan pernikahan minggu depan. Ryan matanya membulat sempurna tapi ia tak bisa berbuat banyak. Di pikiranya hanya ingin pulang ke Singapore menemui Istrinya.
Bersambung..
Makasih yang udah mampir..ššš
Ryan duduk menunduk sambil mengengam hp miliknya. Tak ada kata yang ingin terucap, bibirnya kelu. 'Apa dosa di masa lalu hingga punya nasib seperti ini?' Ia mencoba menelan salivanya sendiri. Ketika Mamanya begitu heboh dengan pernikahan ini, beda dengan Papanya juga kakak lelaki satu- satunya. Semua tampak sedih. "Kenapa kalian tampak murung semua? Ayo berangkat sekarang keluarga Tania sudah menunggu !" Mendengar ocehan Mamanya yang bak meriam itu, ia beranjak. Menyeret kakinya yang terasa berat. Ingin rasanya masuk ke lubang tanah dari pada harus menjalani pernikahan yang tak di inginkan ini. Sesak di hati membayangkan wajah Amelia ketika mengetahui dirinya di madu. Ryan melangkah gontai menuju mobjl, Hendri mengusap punggung adik satu- satunya. Tanda untuk bersabar menghadapi semua ini. Mereka akhirnya sampai di rumah Tania. Tak banyak anggota keluarga yan
Ryan mengemasi pakaianya, terlihat Tania berdiri mematung di depan pintu. Menatap nanar di depanya."Sayang, kau tak mengajaku," ucap Tania sedih. Sejak menikah seminggu denganya tak sedikitpun Ryan berbasa basi denganya. Menyentuh pun tidak. Padahal dirinya menginginkan anak dari Ryan."Maaf, aku belum siap bicara sama Amelia,"'Amelia terus yang ada di pikiranmu' batin Tania."Apa aku yang harus bicara dengan Amelia, bahwa kau telah menikah denganku? Tanya Tania mencari belas kasihan dari mata teduh Ryan."Jangan Tania, biar aku sendiri yang bicara dengan Tania,"Untuk saat ini ia tak sanggup melihat air mata di wajah Amelia.'Aah, seandainya kejadian itu tak terjadi, mungkin tak meninggal rasa bersalah ini' batin Ryan. Selesai packing ia keluar kamr. Berniat pamitan dengan kedua orang tuanya.Mereka sedang sarapan pag
Pov. Ryan. Aku semakin hari merasa bersalah pada istriku, walau sebenarnya aku merasa tak melakukanya. Apa aku di jebak Tania? Aaaaggghh ...." 'Ya Tuhan, Aku masih mencintai Amelia jangan pisahkan kami' batin Ryan. Tak sanggup untuk aku kehilangan Amelia, ia sangat berharga bagiku. Menghembuskan nafas pelan, aku meraih Foto pernikahan di depan mejaku. 'Maafkan aku sayang ...' batin Ryan. ****** Tinn ...tin Amelia setengah berlari ke depan, ia memang tadi memesan dua botol susu. Alangkah kagetnya saat sosok dua orang berdiri di depan pintu. Mama mertua dan Tania. Ia menarik bibirnya dan berusaha ramah. "Silakan masuk Ma," ucap Amelia ramah. Tania mengekor di belakang Mama. Firasat Amelia tak enak saat ini. Tapi mencoba tenang. Mungkin ini hanya firasatku saja?&nbs
Amelia meletakan gawainya di atas nakas kamar tidurnya. Merebahkan diri di atas tempat tidur. Tempat memadu kasih bersama suaminya. Selama ini Suaminya masih bersikap biasa tak ada yang mencurigakan. Perhatian dan romantis seperti biasa. Tapi saat ada Tania dan Mama mertua di sini, sikapnya langsung berubah. Ada apa ya? Amelia memijit keningnya sendiri, takut apabila lelaki yang bersamanya saat ini mendua. Seandainya mendua apa aku harus melepaskan Mas Ryan? Batin Amelia. Amelia bangkit, ia berjalan menuju balkon lantai atas ingin menutup jendela dan korden. Ingatan bersama Ryan kembali hadir. Saat dia memeluk pinggangnya dari belakang dan membisikan kata cinta. Bersama menikmati keindahan kota Singapore yang sangat indah ketika malam datang. Ia menutup korden dan jendela, perasaan dari tadi tidak enak. Untuk mengusir kegundahanya ia iseng mengecek akun medsos suaminya. Tapi tak ada
Amelia shock melihat Mereka ada di depan pintu. "Mana Ryan !" Tanya Mama. "Lagi tidur Ma," Sedang di Belakang Mama, Tania sedang menangis. 'Ada drama apa ini?' Batin Amelia. "Panggil Ryan!" "Kasihan Ma, dia masih tidur," Mama danTania langsung masuk ke dalam. Mereka menghenyakan diri di sofa. "Ambilkan minum Amel, Mama haus !" Perintah Mama. Amelia segera membuat teh hangat untuk mereka berdua. "Diamlah Tania! Jangan nangis terus Mama pusing dengernya!" "Bagaimana Tania bisa diem Ma, kalau Mas Ryan menceraikanku," Tania menangis semakin menjadi. Amelia membawa dua cangkir teh. Di berikan pada mereka berdua. Tadi sempet dengar Tania menyebut nama suaminya. Tapi tak denger begitu jelas. 'Aah sudahlah, aku mau masak saja
Ryan memeluk Amelia erat, tak ingin wanita di cintainya saat ini menangis. Apalagi terpuruk. Ryan mengusap air mata Amelia. "Maafkan aku sayang," ucap Ryan mencium puncuk kepala istrinya. Amelia menangis di dada bidang suaminya. Mendengar telah menceraikan Tania. Sedikit terobati sakit hati ini. Ryan merangkul pundak Amelia. Mereka berjalan mendekati Tania dan Mamanya di ruang tamu. "Tania maafkan aku, semoga kau mendapatkan lelaki yang lebih baik dari aku," ucap Ryan tenang sambil kembali merangkul pundak Amelia. Mata Tania membelalak, menatap tajam Ryan. Luruh sudah harapan memiliki Ryan seutuhnya. Tak terima dengan keputusan Ryan secara sepihak. Amarah memuncak. Ia memukul- mukul dada Ryan. "Kamu jahat Ryan, setelah merengut kesucianku kau lempar aku tempat sampah ! Kau akan membayar semua Ryan!" Ancam Tania menuding wajah Ryan.
Amelia menata bajunya di koper, sementara ini ingin pergi sebentar dari Kehidupan suaminya. Mengetahui suaminya pernah tidur dengan tidur dengan Tania membuatnya gamang saat ini. Ia menghela nafas berat. Kembali memikirkan langkah ini. Apakah tindakanku benar? meninggalkan Ryan? Amelia berusaha memejamkan matanya. Pikiranya pusing memikirkan semua ini. "Aaah aku ingin menenangkan diri di rumah Ibu," gumam Amelia. Selesai packing ia memesan tiket lewat online. Merasa belum masak, ia membuka kulkas kemudian memasak kesukaan Ryan. Tapi pikiranya tak fokus untuk memasak. Apakah diriku penghalang bagi suamiku Tania? Tapi aku tak sanggup berbagi suami. Ryan pun lebih memilihku daripada Tania? gamang kembali menguasai hati Amelia. Selesai masak ia menata di meja. Di tutup tudung saji. Gegas mandi sebelum Ryan menghalangi dirinya pulang. **** D
Amelia di sambut Ines, Ayah dan Ibu saat kehadiranya. Mereka senang Amelia bisa mengunjunginya. Apalagi Ines langsung bergelayut manja di lenganya. Saat kakak sulungnya datang. Tak menghiraukan suami kakaknya yang berada di sampingnya. Ryan melirik istrinya yang terlihat bahagia di tengah keluarganya. Ya saat ini dia ingin ketenangan. Mendengar suaminya telah menikah lagi diam- diam membuatnya merasa di hianati walau sekarang sudah di ceraikan tapi ke depanya. Takut Ryan akan melakukan lagi di belakang Amelia. Ryan melirik istrinya sambil mengengam tangan mesra. Tapi Amelia mengangapnya biasa saja. Butuh waktu untuk menghadirkan rasa itu lagi. Suasana hangat di meja makan. Saat makan siang. Amelia sangat senang berada di tengah keluarganya. Setelah selesai makan siang. Mereka masuk kamar. Kamar Amelia saat masih gadis. Kamar itu masih rapi karena Ibunya sering membersihkanya. A