Beranda / CEO / Terikat Cinta CEO Posesif / Bab 03. Langkah pertama

Share

Bab 03. Langkah pertama

PLAK!

Azelyn terkejut mendengar ucapan lelaki itu sehingga tanpa sadar tangannya bergerak dan menampar pipi lelaki itu.

Wanita bermata biru itu segera melepaskan diri dari pelukan lelaki tersebut lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan karena kaget.

"M-maaf atas perilaku saya, Tuan, tapi perkataan Anda terdengar begitu tidak sopan," ucap Azelyn terlihat khawatir melihat rona merah di pipi lelaki itu.

Lelaki itu semakin menatap tajam pada Azelyn lalu membuang napasnya kasar.

"Kamu wanita yang dibayar temanku, kan? Berapa dia membayarmu? Aku akan membayar dua kali lipat, jadi malam ini tidurlah lagi denganku," jelas lelaki itu sekali lagi.

"Membayarku?" Melihat sikap lelaki ini dan perkataan yang seakan menggambarkan dirinya sebagai seorang wanita bayaran membuat Azelyn berpikir bahwa lelaki yang memiliki mata berwarna abu ini pasti bekerja sama dengan Laura untuk menjebaknya.

"Jawab perkataanku dengan jujur! Malam itu, kalian menjebakku, kan?" tanya Azelyn dengan tatapan mengintimidasi.

Lelaki itu terkejut dengan perilaku Azelyn, tetapi seketika raut keterkejutan itu berubah menjadi senyuman kecil.

"Menarik," gumam Lelaki itu sambil mengangkat sudut bibirnya.

Lelaki itu memegang pipi kiri Azelyn. "Aku tidak tahu jebakan apa yang kau bicarakan, tapi ... aku memiliki keyakinan mengenai satu hal." Manik pria itu menatap lurus Azelyn, seakan menyanderanya. "Malam itu, bukankah kamu juga menikmatinya?"

Pertanyaan yang diiringi tatapan tajam sang pria membuat Azelyn bergidik ngeri. Nalurinya seakan berkata bahwa dia harus segera menjauhkan diri dari lelaki ini!

Namun, Azelyn tak mau dipandang lemah olehnya, sehingga dia mencoba mengumpulkan tenaga untuk kemudian--

"Rasakan ini!" Azelyn berseru seraya menginjak kaki lelaki itu dengan sekuat tenaga sebelum kemudian membenturkan kepalanya pada bawah dagu sang lelaki dengan keras.

“Ugh!”

Melihat sang pria merintih kesakitan, wanita berambut coklat itu tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia segera kabur berlari meninggalkan tempat tersebut.

"Berhenti!" teriak lelaki itu sambil berjalan pincang mencoba mengejar Azelyn, tapi wanita itu sudah terlebih dahulu menghilang dari ujung koridor rumah sakit.

Bersamaan dengan itu, dua bawahan lelaki tersebut yang melihat 'adegan kecil tadi langsung menghampiri. "T-Tuan! Anda baik-baik saja?"

 

**

Azelyn tersenyum puas melihat kamar sederhana yang sekarang menjadi tempat tinggal barunya. Betapa beruntungnya dia bisa mendapatkan kamar ini dengan harga yang masih terjangkau dan lokasi yang tidak jauh dari tempat kerja barunya nanti.

Ya, Azelyn memutuskan untuk kembali mencoba melamar pekerjaan karena kini dia harus mulai menata hidupnya kembali. Meskipun dirinya hanya diterima bekerja sebagai cleaning service, namun Azelyn tetap merasa bersyukur karena bisa mendapatkan pekerjaan ini, mengingat dirinya hanya memiliki ijazah SMA dan tidak punya pengalaman bekerja sama sekali.

Walaupun Azelyn sedikit menyesali karena perusahaan outsourcing yang memperkerjakannya menugaskannya untuk bekerja di perusahaan Adhlino. Yaitu, perusahaan dimana Kevin dan Laura juga bekerja di sana.

Meskipun demikian, Azelyn tidak mau membuang kesempatan ini. Ia menatap gedung tinggi Adhlino dan menghela nafas berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa meskipun dirinya nanti bertemu dengan Kevin dan Laura. Maka dia akan menunjukan bahwa dia bukanlah Azelyn yang lama lagi dan tidak akan membiarkan dirinya ditindas.

Azelyn memasuki gedung dengan langkah percaya diri dan menaiki lift menuju lantai 5 lalu berjalan lurus melewati beberapa ruangan dan sampai di ruangan berbataskan kaca. Hingga akhirnya bertemu dengan supervisornya - Zura.

Wanita yang terlihat berumur 30 tahun itu memberikan beberapa penjelasan terlebih dahulu. Apa yang harus Azelyn kerjakan, ruangan mana yang harus dibersihkan, dan sikap bagaimana yang harus dia tunjukkan pada karyawan di perusahaan.

"Kamu sudah paham dengan penjelasanku?" tanya Zura sambil mengajak Azelyn berkeliling untuk melihat dan beradaptasi dengan perusahaan.

Azelyn mengangguk mengerti. Lalu, Zura segera memerintahkannya untuk memulai tugas pertama Azelyn yaitu membersihkan kaca-kaca di ruang karyawan.

Tak sengaja, Azelyn menemukan sosok Kevin yang terlihat sibuk dengan beberapa berkasnya. Lelaki itu kini ikut menatap Azelyn dengan raut wajah terkejut. Bahkan sempat beberapa kali mengerjapkan matanya untuk memastikan apa yang ia lihat sebelum akhirnya berjalan mendekati Azelyn.

"Kupikir aku salah lihat, ternyata ini beneran kamu, Lyn. Kenapa kamu ada di sini?" Kevin melirik mantan istrinya itu dari atas sampai bawah. Ekspresi datar, warna rambut yang berubah, dan pakaian cleaning service.

Kevin tersenyum kecil, "Padahal rambut coklatmu adalah satu-satunya yang menarik darimu, tapi kamu mengubahnya dengan warna merah, warna yang kubenci. Apa kamu mencoba menggodaku lagi?" Kevin memegang rambut Azelyn dan memperhatikan warnanya.

Azelyn memang sengaja mengubah warna rambutnya sebagai tanda dirinya memulai hidup baru. Namun, tidak pernah ada di benaknya bahwa ia sengaja merubah warna rambut hanya untuk menggoda mantan suaminya itu lagi.

"Jangan menyentuhku sembarangan," ketus Azelyn dengan ekspresi jijik. “Aku di sini untuk bekerja, tak ada sangkut-pautnya denganmu.”

“Hah!” Kevin tertawa dingin. “Bekerja? Kamu pikir aku orang bodoh yang semudah itu dibohongi?” tanyanya dengan nada meremehkan. “Dari semua kantor yang bisa kamu pilih, kebetulan sekali kamu memilih kantor tempatku bekerja? Kalau bukan untuk menggodaku, untuk apa lagi? Sudahlah, jangan berbohong lagi, Lyn! Aku tahu kamu masih belum rela diceraikan olehku!”

Kevin menekan tangannya ke tembok, berusaha mengunci pergerakan Azelyn. Kemudian, pria itu berkata, “Kalau memang rindu, katakan saja. Mungkin aku akan bersedia menghabiskan satu malam denganmu hari ini.”

Mendengar kalimat Kevin yang begitu percaya diri, Azelyn merasa amarah menyelimuti dirinya. Sehingga dirinya tertawa mencemooh dan membuat senyuman lelaki itu menghilang.

"Dengar Kevin, sepertinya kamu terlalu percaya diri. Meski sekarang kamu berlutut dan memohon di depanku, aku tak akan mau kembali padamu, perasaanku padamu benar-benar sudah hilang." Azelyn tersenyum mengejek sebelum lanjut berkata, “Hanya dengan kata ‘rindu’, aku bisa menghabiskan malam denganmu? Sepertinya harga dirimu lebih murah dibandingkan pria yang tidur denganku malam itu.”

“Kamu—!”

“Sshh,” Azelyn menempelkan telunjuknya di bibir Kevin, membungkam pria tersebut, “Jangan berisik, Kevin. Memangnya kamu mau orang lain tahu mengenai hubungan kita?" ancam Azelyn membuat wajah Kevin memucat.

Melihat hal itu, Azelyn tertawa rendah meremehkan sebelum melanjutkan, “Sudahlah, jangan ungkit hubungan kita lagi. Kamu bisa habiskan malam-malammu dengan Laura dan aku tidak lagi peduli. Di kantor ini, anggap saja kita tidak saling mengenal, oke?” Kemudian, Azelyn pun pergi meninggalkan Kevin di tempat tersebut.

Kevin menatap Azelyn dengan wajah terkejut. Dia seperti tidak mengenali wanita tersebut.

Apa ini sungguh masih wanita yang mencintainya secara tulus dua tahun belakangan ini?! Kenapa dia seperti merasa tidak sudi untuk sekadar kenal dengannya!?

Lelaki dengan potongan rambut undercut itu merasa bingung dengan perubahan mantan istrinya. Cara bicara Azelyn sudah tak lemah lembut seperti dulu.

"Apa yang sebenarnya wanita itu coba rencanakan? Apa pria selingkuhannya tidak menginginkan dia lagi, sehingga kini dia berniat untuk mencoba mendekatiku lagi dengan berlagak jual mahal?" Kevin memandang kepergian Azelyn sambil tersenyum licik.

Di sisi lain, Azelyn yang meninggalkan Kevin berakhir bersembunyi di balik tembok salah satu ruangan kosong. Jantungnya berdebar kencang, tidak menduga akan bertemu mantan suaminya secepat ini.

Dengan wajah menggelap, Azelyn pun bergumam, “Kenapa ... harus bertemu secepat ini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status