Laura berjalan menuju ruangan karyawan dengan perasaan gembira. Dia merasa bahwa mendekati Allen adalah pilihan yang tepat. Dirinya merasa pria itu lebih mudah daripada Kean.Laura mulai menyapu dan memunguti sampah-sampah kertas yang berserakan di lantai. Dia merasa enggan memungut itu, seharusnya posisinya sebagai karyawan yang memiliki meja kerja, bukan yang membersihkan seperti ini.Laura terpaksa melakukan tugas itu karena hal yang dia pikirkan adalah bertahan di perusahaan ini sampai dirinya berhasil mendapatkan Allen."Ambilin aku minum dong," ucap salah satu karyawan wanita pada Laura sambil masih fokus mengetik pada komputernya.Laura menoleh ke sana kemari mencoba mencari tahu kepada siapa wanita itu berbicara. Melihat tak ada orang di sekitarnya, dia lebih memilih untuk melanjutkan membersihkan lantai.Wanita itu merasa kesal ketika Laura mengabaikan perintahnya begitu saja. Dia kemudian menggebrak meja dengan keras membuat sekeliling menatapnya, begitu juga dengan Laura."
"Aaaah..."Di tengah kesadarannya, Azelyn mendesah saat merasakan sentuhan hangat sang suami merambat perlahan di kulitnya.Ketika merasakan pria itu melucuti pakaiannya satu per satu, Azelyn tak elak kembali berbisik, "Eunggg, Kevin …." Dia menggigit bibir bawah dengan mata terpejam, merasakan sentuhan suaminya semakin berani menyusuri tiap inci tubuhnya. "Kevin, kamu—"Tiba-tiba, kalimat Azelyn terpotong akibat ciuman panas yang membungkam bibirnya. Kening Azelyn berkerut; ada yang aneh. Bukan hanya cara Kevin bereaksi ketika namanya disebut, tapi juga sensasi tak biasa ketika tangannya menyentuh lengan pria itu. Azelyn tercekat—lengan itu terasa lebih keras, lebih berotot, seolah bukan milik Kevin.Seketika perasaan waspada menyelinap, tapi di saat yang sama, pria di atasnya itu menyatukan tubuh mereka, membuat Azelyn tersentak dan terbuai ke dalam malam panas yang bergelora.Paginya, Azelyn terbangun dengan tubuh yang terasa remuk dan perut yang seperti diaduk-aduk. Dia memijit
Suara mesin EKG bisa terdengar menghiasi ruangan serba putih tempat Azelyn terbaring. Wanita berwajah pucat itu sedang menatap kosong udara, kentara tidak memiliki semangat hidup lagi usai menerima hasil diagnosa dari dokter bahwa dirinya dinyatakan keguguran.Dua tahun … dua tahun dia menikah dan berusaha begitu lama untuk menjalani program kehamilan demi mendapatkan keturunan. Dan setelah sekian lama mimpi dan doa itu terkabul, akhirnya … malah seperti ini … mati dan hilang tak tersisa!‘Anakku … anakku yang malang …’ batin Azelyn selagi memeluk perutnya yang rata."Untuk apa menangis? Harusnya kamu bersyukur anak itu mati.”Kalimat itu membuat mata Azelyn langsung terbuka, hati Azelyn semakin pedih. “Teganya kamu mengatakan itu, Kevin!? Anak itu adalah darah dagingmu!”Di perjalanan menuju rumah sakit tadi, Laura memberitahu Kevin bahwa Azelyn telah berhubungan dengan pria selingkuhannya itu beberapa bulan ini. Sehingga Kevin merasa ini masuk akal. Mengapa Azelyn tiba-tiba hamil, p
PLAK!Azelyn terkejut mendengar ucapan lelaki itu sehingga tanpa sadar tangannya bergerak dan menampar pipi lelaki itu.Wanita bermata biru itu segera melepaskan diri dari pelukan lelaki tersebut lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan karena kaget."M-maaf atas perilaku saya, Tuan, tapi perkataan Anda terdengar begitu tidak sopan," ucap Azelyn terlihat khawatir melihat rona merah di pipi lelaki itu.Lelaki itu semakin menatap tajam pada Azelyn lalu membuang napasnya kasar."Kamu wanita yang dibayar temanku, kan? Berapa dia membayarmu? Aku akan membayar dua kali lipat, jadi malam ini tidurlah lagi denganku," jelas lelaki itu sekali lagi."Membayarku?" Melihat sikap lelaki ini dan perkataan yang seakan menggambarkan dirinya sebagai seorang wanita bayaran membuat Azelyn berpikir bahwa lelaki yang memiliki mata berwarna abu ini pasti bekerja sama dengan Laura untuk menjebaknya."Jawab perkataanku dengan jujur! Malam itu, kalian menjebakku, kan?" tanya Azelyn dengan tatapan mengintimida
Setelah bertemu dengan Kevin, Azelyn kini diminta Zura untuk membersihkan toilet wanita.Sebelumnya, supervisornya itu ternyata sempat melihat kejadian kecil dirinya dengan Kevin dan menanyakan hubungan keduanya. Lalu, dari situ Azelyn juga baru mengetahui bahwa selama ini Kevin tidak pernah mengaku dirinya sudah menikah. 'Dia adalah lelaki mapan yang memiliki jabatan tinggi di perusahaan. Di usia matang, dia bahkan masih lajang sampai saat ini. Asal kamu tahu, banyak karyawan wanita yang mengincarnya. Kamu gak akan punya kesempatan.' Lyn teringat dengan ucapan Bu Zura tadi.Dirinya juga teringat bahwa pernikahan mereka dulu memang hanya dihadiri oleh keluarga dan orang terdekat, karena Kevin mengaku terkendala biaya. Namun, Azelyn tak menyangka alasan sebenarnya dari itu adalah...agar Kevin bisa menyembunyikan statusnya sebagai pria beristri!Kini Azelyn semakin merasa benci dengan mantan suaminya itu."Azelyn? Kenapa kamu ada di sini?" Suara seorang wanita menyadarkan Azelyn dari
Azelyn menghela napas berkali-kali mencoba mengatur emosinya. Hal yang memenuhi pikirannya sekarang adalah sifat asli dari Laura."Guys, Pak Kean udah dateng, loh, ganteng banget! Aku sampe melongo saking gantengnya!" teriak salah satu karyawan sambil meloncat kegirangan."Dengar-dengar, Pak Kean juga masih perjaka, loh!""Lebih tepatnya dia gak pernah bersentuhan dengan wanita. Bahkan katanya ketika pertemuan dengan Bu Reliza, CEO dari perusahaan Qazlion, Pak Kean mengabaikan jabatan tangan Bu Elena. Dan membuat wanita itu malu setengah mati."Azelyn mencuri dengar percakapan dari beberapa karyawan wanita yang kini berkumpul di lobby."Pak Kean? Siapa itu?" tanya Azelyn penasaran.Tepat saat itu seorang lelaki dengan memakai setelan jas berwarna hitam berjalan di ikuti asistennya. Lelaki yang memiliki mata berwarna abu itu menatap tajam ke arah depan, aura intimidasi terpancar dari lelaki itu.Meski beberapa karyawan wanita menatapnya dengan penuh kekaguman, lelaki yang dipanggil Kea
"T-tidak, Pak, ini hanya kesalahpahaman," ucap salah satu karyawan. Mereka saling berbisik dan satu per satu mulai segera pergi dari tempat meninggalkan Laura sendirian."Bagaimana denganmu?" tanya Kean dingin menatap tajam pada Laura.Laura hanya terdiam menunduk sambil menyembunyikan rasa kesal serta terkejutnya. Dia masih tidak habis pikir, mengapa Azelyn bisa mengenal dan bahkan disebut sebagai calon istri CEO-nya."Tidak ada, Pak, sepertinya saya yang lupa menaruh kalung saya," jawab Laura menggigit bibir bawahnya menahan emosi. Dia tak menyangka bahwa Azelyn ternyata dekat dengan Kean.Meskipun Laura memang selama ini terlihat mendekati Kevin, namun itu semua hanya untuk merusak rumah tangga Azelyn dan membuat wanita itu menderita. Yang sesungguhnya dia inginkan adalah, Kean yang sudah dia incar sejak lama. Siapa yang tidak ingin menikah dengan pewaris kaya dan tampan seperti Kean?"Baiklah, kalau begitu maka kamu bisa kembali bekerja." Tatapan Kean masih nampak mengintimidasi,
Wajah Azelyn memucat mendengar tawaran Kean. Gadis itu memalingkan wajah dan mendorong tubuh pria itu agar sedikit menjauh darinya. Sikap Azelyn membuat Kean tersenyum kecil, sepertinya dia semakin tertarik dengan gadis itu. Azelyn terdiam tak tahu harus berkata apa. Situasi yang dia hadapi benar-benar di luar perkiraannya. Dia melirik Kean yang kini sedang menopang dagu sambil menatapnya. Lelaki itu masih menunggu jawaban darinya. "Meski saya memikirkannya berkali-kali, saya benar-benar tak mengerti," ucap Azelyn kembali menatap bosnya itu. "Kenapa Anda ingin menikah dengan saya, Pak?" "Untuk apa kamu memikirkannya? Kontrak ini cukup menguntungkan untukmu, kamu bisa membalas dendam," jawab Kean dengan tersenyum simpul. Gadis berambut merah itu menyipitkan mata mendengar ucapan lelaki di hadapannya. Setelah mereka bertemu lagi di rumah sakit, Kean tiba-tiba mengajaknya tidur bersama, dan sekarang pria itu langsung mengajak dirinya untuk menjalin kontrak pernikahan? Melihat s