Azelyn menghela napas berkali-kali mencoba mengatur emosinya. Hal yang memenuhi pikirannya sekarang adalah sifat asli dari Laura.
"Guys, Pak Kean udah dateng, loh, ganteng banget! Aku sampe melongo saking gantengnya!" teriak salah satu karyawan sambil meloncat kegirangan.
"Dengar-dengar, Pak Kean juga masih perjaka, loh!"
"Lebih tepatnya dia gak pernah bersentuhan dengan wanita. Bahkan katanya ketika pertemuan dengan Bu Reliza, CEO dari perusahaan Qazlion, Pak Kean mengabaikan jabatan tangan Bu Elena. Dan membuat wanita itu malu setengah mati."
Azelyn mencuri dengar percakapan dari beberapa karyawan wanita yang kini berkumpul di lobby.
"Pak Kean? Siapa itu?" tanya Azelyn penasaran.
Tepat saat itu seorang lelaki dengan memakai setelan jas berwarna hitam berjalan di ikuti asistennya. Lelaki yang memiliki mata berwarna abu itu menatap tajam ke arah depan, aura intimidasi terpancar dari lelaki itu.
Meski beberapa karyawan wanita menatapnya dengan penuh kekaguman, lelaki yang dipanggil Kean itu tak menyunggingkan senyum sedikit pun, wajahnya datar tanpa ekspresi.
Azelyn ikut terpaku menatap Kean, merasa tak asing dengan wajah lelaki itu, seperti dia pernah melihatnya di suatu tempat.
Tiba-tiba Azelyn ingat bahwa Kean adalah lelaki yang dia temui di rumah sakit sekaligus lelaki yang tidur dengannya. Secara spontan Azelyn langsung menyembunyikan wajahnya. Takut lelaki itu menyadari kehadirannya.
Azelyn menarik nafas lega begitu melihat Kean yang sudah menaiki lift. Azelyn tak menyangka bahwa lelaki yang tidur dengannya itu adalah atasannya sendiri!
Dirinya kemudian juga teringat akan percakapan para karyawan wanita tadi dan bergumam tak percaya, "Bohong sekali, pria itu bahkan sudah berani menyentuh dan memelukku."
***
Azelyn berjalan dengan cepat begitu diberitahu oleh salah satu teman cleaning service-nya, Reana bahwa dirinya dicari oleh Bu Zura dan diminta untuk segera kembali ke perusahaan. Padahal niatnya tadi baru saja akan mencari makan siang di sekitar tempat kerjanya.
Dalam benaknya, ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi. Seingatnya dia sudah membersihkan semua ruangan yang diminta Bu Zura, untuk ia bersihkan. Bahkan memastikan tidak ada debu lagi di sana.
Karena Azelyn memang sudah terbiasa melakukan rutinitas membersihkan seperti itu dari awal menikah. Jika ada kotoran sedikit saja, mertuanya selalu mengkritik dan mencari kesalahan dari apa yang dia kerjakan. Hal itu membuat Azelyn menjadi lebih peka dan perfeksionis dalam bersih-bersih.
"Itu dia, si gadis pencuri!" Tanpa menunggu Azelyn memahami situasi yang sedang terjadi, salah satu karyawan wanita menghempaskan tubuh Azelyn ke tengah-tengah kerumunan.
'Gadis pencuri?' Azelyn mengernyitkan keningnya merasa heran.
"Aku udah curiga saat pertama kali melihat kedatanganmu dengan warna rambut merah begitu, seperti wanita murahan!" ucap wanita lain.
"Lyn, kalungku menghilang dan ditemukan di lokermu. Jika kamu membutuhkan uang, seharusnya kamu bilang padaku saja," sela Laura sambil menatap Azelyn dengan tatapan kasihan. Hal itu semakin mengundang rasa iba karyawan lain pada Laura.
Azelyn mengepalkan kedua tangannya merasa tidak terima dengan tuduhan dan hinaan itu. Padahal dia hanya ingin bekerja untuk menata hidupnya yang baru. Namun, baru hari pertama dirinya bekerja, ia justru kembali dihadapkan pada situasi dimana dirinya dituduh melakukan apa yang tidak ia kerjakan.
Dan Azelyn dapat menduga bahwa ini pasti jebakan Laura lagi!
Dirinya tidak tahan lagi!
Namun, sebelum ia sempat mengatakan sepatah kata. Azelyn dapat merasakan tangannya ditarik dengan lembut. Azelyn menoleh dan menatap orang itu. Matanya membulat begitu menyadari lelaki yang menarik tangannya adalah Pak Kean!
"Akhirnya aku menemukanmu lagi. Kali ini aku tak akan melepaskanmu dan membiarkanmu kabur," bisik Kean lembut di telinga Azelyn. Pria itu sekilas mengangkat sudut bibirnya.
Sedetik kemudian, Kean menatap kerumunan dengan tatapan. Suara dalamnya terdengar berkata dengan nada dingin, "Dia adalah calon istriku. Berani menyentuhnya maka sama saja mencari masalah denganku!"
Akibat ucapannya, semua orang melotot tidak percaya. "Apa?! Sejak kapan Azelyn menjadi calon istri dari Pak Kean, CEO yang dikenal sebagai anti wanita?!"
Semua orang langsung berbisik dan menatap bingung pada mereka berdua. Karena ini juga pertama kalinya mereka melihat secara nyata Kean memegang tangan seorang wanita setelah rumor yang beredar selama beberapa tahun.
Namun, bukan hanya mereka yang merasa terkejut. Azelyn juga langsung membulatkan mata begitu mendengar ucapan pria ini.
'Aku...Calon Istrinya!?'
"T-tidak, Pak, ini hanya kesalahpahaman," ucap salah satu karyawan. Mereka saling berbisik dan satu per satu mulai segera pergi dari tempat meninggalkan Laura sendirian."Bagaimana denganmu?" tanya Kean dingin menatap tajam pada Laura.Laura hanya terdiam menunduk sambil menyembunyikan rasa kesal serta terkejutnya. Dia masih tidak habis pikir, mengapa Azelyn bisa mengenal dan bahkan disebut sebagai calon istri CEO-nya."Tidak ada, Pak, sepertinya saya yang lupa menaruh kalung saya," jawab Laura menggigit bibir bawahnya menahan emosi. Dia tak menyangka bahwa Azelyn ternyata dekat dengan Kean.Meskipun Laura memang selama ini terlihat mendekati Kevin, namun itu semua hanya untuk merusak rumah tangga Azelyn dan membuat wanita itu menderita. Yang sesungguhnya dia inginkan adalah, Kean yang sudah dia incar sejak lama. Siapa yang tidak ingin menikah dengan pewaris kaya dan tampan seperti Kean?"Baiklah, kalau begitu maka kamu bisa kembali bekerja." Tatapan Kean masih nampak mengintimidasi,
Wajah Azelyn memucat mendengar tawaran Kean. Gadis itu memalingkan wajah dan mendorong tubuh pria itu agar sedikit menjauh darinya. Sikap Azelyn membuat Kean tersenyum kecil, sepertinya dia semakin tertarik dengan gadis itu. Azelyn terdiam tak tahu harus berkata apa. Situasi yang dia hadapi benar-benar di luar perkiraannya. Dia melirik Kean yang kini sedang menopang dagu sambil menatapnya. Lelaki itu masih menunggu jawaban darinya. "Meski saya memikirkannya berkali-kali, saya benar-benar tak mengerti," ucap Azelyn kembali menatap bosnya itu. "Kenapa Anda ingin menikah dengan saya, Pak?" "Untuk apa kamu memikirkannya? Kontrak ini cukup menguntungkan untukmu, kamu bisa membalas dendam," jawab Kean dengan tersenyum simpul. Gadis berambut merah itu menyipitkan mata mendengar ucapan lelaki di hadapannya. Setelah mereka bertemu lagi di rumah sakit, Kean tiba-tiba mengajaknya tidur bersama, dan sekarang pria itu langsung mengajak dirinya untuk menjalin kontrak pernikahan? Melihat s
Kean memarkirkan mobilnya ke sebuah apartemen yang cukup besar. Azelyn sama sekali tak sadar bahwa mereka sudah sampai ke tujuan. Gadis itu masih memandangi buku nikah yang baru saja didapatkannya. Saat menikah dengan Kevin, dia tak pernah mencatat pernikahan mereka sehingga dia tak memiliki buku nikah. Gadis itu mengelus buku nikahnya sambil menatap fotonya. Kean mengintip ke dalam mobil melihat Azelyn yang masih terduduk diam. Pria itu menyadarkan gadis itu menyuruhnya turun dari mobil. Dia menyuruh Azelyn mengikutinya masuk ke apartemen. "Ini dimana, Pak?" tanya Azelyn penuh selidik. Kean acuh tak menjawab pertanyaan gadis itu. Lelaki itu memasuki lift, tetapi Azelyn diam tak bergerak. "Kita sudah menikah, jadi kita akan tinggal bersama." "Kita menikah karena kontrak, jadi—" "Aku bilang mulai sekarang kamu harus menuruti perintahku, kan?" potong Kean sambil menunjukkan buku nikahnya membuat Azelyn seketika terdiam. Azelyn akhirnya melangkah memasuki lift. Kean meneka
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun berdiri menghadap tembok dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menahan tangisnya. Kedua kakinya tengah dipukul berkali-kali dengan sabuk oleh ibunya, dia menahan rasa sakit dan perih tanpa bersuara. "M-maafkan Kean, Ibu... Kean tak akan melakukannya lagi, Kean berjanji," gumam anak laki-laki yang bernama Kean itu, tetapi ibunya tak bergeming dan tetap memukulnya. Ibunya memberi hukuman karena Kean mendapatkan nilai 80 di satu mata pelajaran, meski dia menjadi peringkat 1 di sekolah. Anak laki-laki itu sudah sering mendapatkan penganiayaan dan tekanan dari ibunya. "Masuk!" perintah ibunya sambil membuka lemari kosong. "Jangan keluar sebelum ku suruh! Mulai besok, aku akan menambah jadwal lesmu," tegas ibunya. Kean berlutut dan menggosok kedua tangannya memohon agar tak dimasukkan ke dalam lemari. Namun, ibunya mencengkeram lengannya dengan kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lemari. Kean menangis sambil memberontak, ibuny
Kean keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. Pandangannya beralih ke dompet Azelyn yang tertinggal. Dia mengambil dompet itu lalu membawanya masuk ke perusahaan. Setelah menaiki lift, lelaki yang memiliki manik abu-abu itu berjalan menuju ruangan cleaning service. Dia mencoba membuka pintu, tetapi pintu itu terkunci dari dalam. Kean merasa heran dan mencoba mendengar suara samar dari dalam ruangan, dia merasa ada yang tak beres. Kean melangkah mundur lalu mendobrak pintu itu dengan keras. Setelah mencoba berkali-kali, pintu itu berhasil terbuka dan pandangannya langsung mengarah pada Azelyn yang sedang berada di balik punggung seorang lelaki. Tanpa pikir panjang dia berlari mendekat dan langsung memukul wajah lelaki itu membuatnya terhuyung mundur. Kean melihat baju Azelyn yang robek. Dirinya segera melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Azelyn untuk menutupi tubuhnya. "Apa maksudnya ini?" Kean menatap lelaki itu dingin seakan mengintimidasi. Setelah memperhatikan
Laura keluar dari ruangan Kean dengan pakaian berantakan membuat seisi karyawan menatapnya kaget. Saat berada di depan pintu ruangan, dia sengaja merapikan rambutnya dan kembali mengancingkan kemejanya. Beberapa karyawan wanita mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi di dalam. Mereka penasaran karena Laura berada di ruangan Kean cukup lama dan sekarang gadis itu keluar dengan berantakan. Laura hanya tersenyum malu seakan membenarkan apa yang terlintas di pikiran para karyawan itu. "Kuharap kalian merahasiakan ini, karena Pak Kean akan marah jika mendengar kalau semua orang mengetahuinya," ucap Laura menggigit jarinya sambil berekspresi melas. "Apa yang terjadi? Apa Laura tidur dengan Pak Kean? Tapi bukannya Pak Kean punya calon istri? Kemarin kan...." Beberapa karyawan berbisik setelah mendengar ucapan Laura. Sebagian tak percaya karena mereka tahu bahwa atasannya tak pernah menyentuh wanita manapun. Namun, sebagian dari mereka juga tak bisa mengelak karena melihat gadis i
Kean duduk melamun di meja restoran tempat perjanjiannya dengan Allen. Dia sudah menghabiskan sebotol wine sendirian. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, waktu perjanjiannya sudah berlalu. Dari kejauhan Allen datang dengan raut wajah bahagia. Lelaki itu duduk di depannya. "Maaf membuat Anda menunggu, Tuan Kean," ucap Allen meminta maaf sambil duduk di hadapannya. "Sepertinya Anda sedang bahagia, Tuan Allen," sindir Kean sambil memainkan gelasnya. "Ternyata terlihat sangat jelas, ya?" ungkap Allen menggaruk tengkuknya sambil tertawa kecil. Kean mengeratkan genggamannya pada gelas miliknya setelah mendengar perkataan Allen. Dia mengalihkan obrolan dengan memanggil pelayan untuk membawakan makanan mereka. Setelah itu beberapa pelayan datang membawa makanan, mereka langsung menyantap makanan itu sambil mendiskusikan tentang pekerjaan. "Urusan penting apa yang membuat Anda terlambat, Tuan Allen?" tanya Kean sambil meminum winenya. Meski perasaannya terasa terbakar, tetapi di
Azelyn mengerjapkan mata beberapa kali mencoba mencerna apa yang telah terjadi padanya. Dia melirik tubuhnya dibalik selimut, yang tak memakai sehelai benangpun. Azelyn mengalihkan pandangan ke arah Kean yang masih terlelap tidur di sampingnya. Posisi dirinya saat ini masih berada dalam pelukan hangat pria itu. Mereka berdua baru saja selesai bercinta, bahkan melakukannya beberapa kali. Meski sebenarnya itu hal yang wajar karena mereka sudah menikah, tetapi tetap saja pernikahan mereka berdasarkan kontrak bukan cinta. Azelyn merasa kecewa mendengar tuduhan yang pria itu lontarkan, bahkan juga melanggar kesepakatan kontrak mereka. Tiba-tiba ingatan saat Laura keluar dari ruangan Kean dengan pakaian berantakan terlintas di benaknya. Gadis itu mengingat kembali rumor yang tersebar di perusahaan dan membayangkan Laura dan Kean bermesraan di dalam ruangan seperti yang mereka lakukan tadi. Membayangkan itu membuat perasaan Azelyn semakin panas. Dia mendongak dan menatap tajam ke