Share

Bab 09. Tragedi Masa Lalu

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun berdiri menghadap tembok dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menahan tangisnya. Kedua kakinya tengah dipukul berkali-kali dengan sabuk oleh ibunya, dia menahan rasa sakit dan perih tanpa bersuara.

"M-maafkan Kean, Ibu... Kean tak akan melakukannya lagi, Kean berjanji," gumam anak laki-laki yang bernama Kean itu, tetapi ibunya tak bergeming dan tetap memukulnya.

Ibunya memberi hukuman karena Kean mendapatkan nilai 80 di satu mata pelajaran, meski dia menjadi peringkat 1 di sekolah. Anak laki-laki itu sudah sering mendapatkan penganiayaan dan tekanan dari ibunya.

"Masuk!" perintah ibunya sambil membuka lemari kosong. "Jangan keluar sebelum ku suruh! Mulai besok, aku akan menambah jadwal lesmu," tegas ibunya.

Kean berlutut dan menggosok kedua tangannya memohon agar tak dimasukkan ke dalam lemari. Namun, ibunya mencengkeram lengannya dengan kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lemari.

Kean menangis sambil memberontak, ibunya langsung menggendong tubuh mungil itu dan melemparnya ke dalam lemari.

Kean menarik lengan baju ibunya memohon agar tidak ditinggalkan sendiri. Ibunya menepis kasar tangannya dan menampar pipinya beberapa kali tanpa perasaan. Ibu Kean menutup lemari dan menguncinya dari luar.

Kean menangis memukul lemari itu dari dalam sampai tangannya terluka. Dia ketakutan sambil memeluk tubuhnya yang terasa panas.

Meski sudah terbiasa dikurung, dia tetap merasa takut saat berada di dalam lemari yang begitu gelap. Kean berharap waktu cepat berlalu agar dia bisa keluar dari sana.

Ingatan itu mulai terasa samar-samar. Secara perlahan mulai menghilang dan menjadi kosong tak ada bayangan.

***

Kean mengerjapkan mata berkali-kali saat sinar matahari menembus masuk dari sela-sela tirai kamarnya. Ketika bangkit, dia melirik Azelyn yang duduk sambil menidurkan kepalanya di sisi kasur. Pandangannya beralih ke tangan Azelyn yang menggenggam tangannya erat.

"Kenapa dia di sini?" gumam Kean memegang kepalanya yang terasa berdenyut.

Kean menarik tangannya dari tubuh Azelyn membuat gadis itu tersentak. Azelyn membuka kedua matanya dan perlahan bangkit. Dia mengusap kedua matanya mencoba mengembalikan fokus.

Pandangan Azelyn langsung bertemu dengan pandangan Kean yang kini sedang menatapnya dingin.

"Bagaimana keadaan Anda, Pak? Eh... maksud sa—aku, bagaimana keadaanmu? Tubuhmu terasa panas semalaman," tanya Azelyn terbata-bata karena belum terbiasa menggunakan panggilan aku-kamu. Dia merasa tak sopan jika berbicara santai mengingat Kean adalah atasannya.

"Di mana sarapanku?" tanya Kean sambil turun dari ranjang. Dirinya mengacuhkan pertanyaan gadis itu.

"Apa? Sarapan?" tanya Azelyn sedikit bingung.

"Apa kamu ingin tinggal di sini hanya untuk menumpang tidur? Bukankah sebagai istri kamu juga harus merawatku?" timpal Kean dengan suara berat.

Azelyn tersenyum kesal mendengar perkataan pria itu. Padahal dia tak pernah mengatakan ingin tinggal di sini, justru Kean yang secara tiba-tiba membawanya ke sini. Dan pernikahan mereka hanya tertulis di atas kertas, lalu kenapa dirinya harus melakukan rutinitas sebagai istrinya?

**

Kean dan Azelyn berangkat bersama menuju perusahaan. Suasana di dalam mobil terasa hening karena tak ada yang memulai pembicaraan.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, mereka sampai di depan perusahaan Adhlino. Azelyn keluar dari mobil sedangkan Kean pergi memarkirkan mobilnya. Tanpa menunggu Kean, gadis itu langsung memasuki perusahaan dan menaiki lift menuju ruangannya.

Beberapa karyawan sudah mulai sibuk dengan pekerjaan mereka. Azelyn berjalan menuju ruangan cleaning service sambil sesekali menyapa karyawan yang berpapasan dengannya. Gadis itu pergi mengganti pakaian dan menaruh barang-barangnya di loker sebelum mulai bekerja.

Pekerja cleaning service yang lain belum datang sehingga hanya dia sendirian di sana. Tiba-tiba pintu ruangan terdengar terbuka lalu disusul suara pintu terkunci dari dalam. Azelyn merasa waspada, sepertinya ada orang yang diam-diam memasuki ruangan.

Azelyn perlahan mencoba mengambil sesuatu di dalam loker sebagai penjagaan, tetapi sebuah tangan menarik lengannya dengan kasar dan mengunci pergerakannya. Tangan lelaki yang satunya segera menutup mulut Azelyn agar gadis itu tak berteriak.

Azelyn membulatkan matanya saat melihat lelaki yang berada di hadapannya sekarang adalah Kevin.

"Apa kamu merindukanku, Lyn?" tanya Kevin sambil menyeringai.

Azelyn mencoba melepas bungkaman mulutnya dengan tangan kirinya, tetapi Kevin justru semakin mengeratkan genggamannya pada lengan kanan gadis itu hingga meninggalkan bekas lembam.

"Diamlah! Kamu ingin aku menyakitimu?!" bentak Kevin dengan suara pelan agar tak terdengar sampai luar.

Azelyn merasa takut melihat raut wajah Kevin yang terlihat menyeramkan. Dia menurunkan tangannya yang berniat membuka bungkaman. Itu membuat Kevin tersenyum puas.

"Lyn, sepertinya aku salah menilaimu, kamu itu benar-benar jalang, ya?" Kevin semakin mengeratkan genggaman tangannya. "Saat kita menikah kamu berselingkuh dengan pria lain, dan sekarang saat kita baru bercerai kamu ingin menikah. Bahkan calonmu adalah atasanku. Apa kamu tak bisa hidup sehari saja tanpa pria? Hah?" sentak Kevin penuh emosi.

Azelyn mengerjapkan matanya beberapa kali menahan sakit karena Kevin semakin mengeratkan genggaman pada tangan kanannya. Meski dia mencoba melepaskan dengan tangan satunya, tenaga lelaki itu lebih besar dari pada dirinya.

"Apa kamu melakukan ini demi menggodaku? Apa kamu ingin membuatku marah dan cemburu?"

Kevin melepaskan genggaman tangan dan bungkaman pada mulut Azelyn. Dia kemudian memegang kepala Azelyn dengan kedua tangannya sembari mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir gadis itu.

Azelyn memberontak mendorong tubuh Kevin agar menjauh, tetapi tenaga lelaki itu lebih besar. Azelyn masih berusaha menghalangi Kevin agar tak bisa menciumnya dengan cara menggerakkan kepalanya ke sana kemari.

"Apa kamu ingin semua orang tahu!" teriak Azelyn memberontak. Gadis itu dengan susah payah meraba ke dalam lokernya dengan tangan kirinya mengambil sebuah foto. "Apa kamu ingin ini tersebar?" ancam Azelyn sambil menunjukkan foto pernikahan mereka.

Melihat foto itu membuat Kevin menghentikan perlakuannya. Rahang lelaki itu mengeras melihat foto itu. "Apa kamu mencoba mengancamku? Apa kamu pikir aku akan takut?"

Azelyn mengangkat sudut bibirnya. Meski lelaki di hadapannya mencoba menyembunyikan ekspresi takutnya, tetapi dia tahu bahwa pria munafik di hadapannya ini pasti tak mau status sebagai duda tersebar karena itu bisa merusak citra 'lajang yang sukses' miliknya.

"Kamu pikir karena tak ada buku nikah, aku tak bisa memberikan bukti bahwa kamu adalah pria yang sudah pernah menikah?"

Kevin merampas foto pernikahan itu lalu merobeknya menjadi bagian-bagian kecil.

"Kamu pikir itu bisa menghilangkan bukti? Tentu saja aku gak gegabah dan masih menyimpan banyak foto di penyimpanan lain." Azelyn tersenyum puas melihat ekspresi Kevin yang menahan emosi. "Menurutmu apa yang dipikirkan orang lain jika mereka tahu bahwa kamu sudah menikah? Bahkan menikah dengan wanita yang hanya lulusan SMA dan menjadi pekerja sebagai cleaning service... Ugh—"

"Diam!" pekik Kevin sambil membenturkan tubuh Azelyn ke loker membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Kamu melakukan ini karena ingin bercinta denganku, kan? Apa kamu begitu mencintaiku sampai kamu berani mengancamku seperti ini?"

Kevin mencoba membuka kancing baju Azelyn. Gadis itu kembali memberontak, tetapi dengan kasar dan sekuat tenaga Kevin menarik baju Azelyn hingga robek.

Azelyn mencoba memberontak dengan sisa tenaganya. Kevin merasa kesal dengan gadis itu yang tak bisa diam. Lelaki itu mencekik leher Azelyn membuat gadis itu sulit bernapas.

"Kamu tahu persis apa yang akan terjadi ketika kamu berani membuatku marah!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status