Kean memarkirkan mobilnya ke sebuah apartemen yang cukup besar. Azelyn sama sekali tak sadar bahwa mereka sudah sampai ke tujuan. Gadis itu masih memandangi buku nikah yang baru saja didapatkannya.
Saat menikah dengan Kevin, dia tak pernah mencatat pernikahan mereka sehingga dia tak memiliki buku nikah. Gadis itu mengelus buku nikahnya sambil menatap fotonya. Kean mengintip ke dalam mobil melihat Azelyn yang masih terduduk diam. Pria itu menyadarkan gadis itu menyuruhnya turun dari mobil. Dia menyuruh Azelyn mengikutinya masuk ke apartemen. "Ini dimana, Pak?" tanya Azelyn penuh selidik. Kean acuh tak menjawab pertanyaan gadis itu. Lelaki itu memasuki lift, tetapi Azelyn diam tak bergerak. "Kita sudah menikah, jadi kita akan tinggal bersama." "Kita menikah karena kontrak, jadi—" "Aku bilang mulai sekarang kamu harus menuruti perintahku, kan?" potong Kean sambil menunjukkan buku nikahnya membuat Azelyn seketika terdiam. Azelyn akhirnya melangkah memasuki lift. Kean menekan tombol menuju lantai 10. Setelah keluar dari lift, Kean menuntun Azelyn menuju kamar 105. Lelaki itu menyerahkan kartu kamar untuk Azelyn agar gadis itu bisa masuk kapan pun meski dirinya tak ada. "Lalu bagaimana dengan barang-barang saya, Pak?" tanya Azelyn menatap punggung Kean yang berjalan di depannya. "Sebentar lagi sampai," ucap Kean sambil melirik jam tangannya. "Apa? Bagaimana mereka bisa masuk? Pintu kontrakan saya kan terkunci. Dan bagaimana Anda tahu alamat saya, Pak?!" tanya Azelyn bertubi-tubi membuat pria itu mengelus kupingnya kesal. "Cukup ikuti saja perintahku dan jangan banyak tanya lagi," jawab Kean dingin. Azelyn ingin berbicara lagi, tetapi tiba-tiba Kean menghentikan langkahnya membuatnya menabrak punggung pria itu. Kean berbalik dan menunduk memandangi Azelyn yang setinggi dadanya. "Dan berhenti berbicara formal, aku kesal mendengarnya. Mulai sekarang kamu bisa berbicara santai padaku." "Tapi—" "Berhenti membantah!" sentak Kean membuat gadis itu langsung terdiam. Kean mengantar Azelyn menuju kamarnya setelah itu dia langsung memasuki kamar yang berada di sebelah kamar gadis itu. Pria itu menjatuhkan tubuhnya di ranjang dan langsung memejamkan mata. Setelah menaruh tasnya, Azelyn memilih berjalan keluar kamar dan melihat sekeliling apartemen yang terlihat cukup luas. Tiba-tiba bel pintu apartemen berbunyi. Dia berjalan dan melihat dari celah pintu, ternyata barang-barangnya benar-benar datang. Azelyn mengambil barang-barangnya dan mengangkatnya masuk ke dalam kamar. Terlalu banyak barang yang harus dia pindahkan sehingga dia harus kehilangan banyak tenaga untuk memindahkannya. Setelah selesai memindahkan barang-barang itu, dia berniat untuk membereskannya besok karena malam ini tenaganya sudah terkuras habis. Azelyn berjalan mencari dapur, dia mengambil minuman yang tersedia di kulkas dan meneguknya habis untuk menghilangkan dahaganya. Ketika kembali ke kamar, Azelyn tak sengaja mengintip ke dalam kamar Kean yang tak terkunci. Dia bisa melihat pria itu tengah terbaring di ranjangnya. Pakaian Kean masih sama, sepertinya saat sampai pria itu langsung membaringkan tubuhnya. Azelyn berjalan masuk untuk memastikan apakah pria itu sudah tertidur atau belum. "Maafkan aku... Maafkan aku... Ibu...," gumam Kean. Tubuhnya berkeringat, raut wajahnya terlihat ketakutan seakan sedang bermimpi buruk. Azelyn duduk di tepi ranjang lalu mencoba membangunkan Kean dari mimpi buruknya. Saat memegang lengan kekar Kean, tubuh pria itu terasa panas. "Sepertinya dia demam, apa dia kelelahan?" Azelyn bangkit berniat kembali ke dapur untuk mengambil air panas, tetapi Kean menggenggam tangannya erat. "Jangan pergi... tolong tetap di sampingku... jangan pergi...," gumam Kean lagi lalu menarik dan memeluk lengan Azelyn Azelyn kikuk ketika Kean tiba-tiba memeluk lengannya. Dia mencoba menarik lengannya, tetapi pria itu benar-benar mendekap lengannya erat sehingga dirinya tak bisa bergerak. Azelyn akhirnya menyerah dan memilih duduk di samping ranjang pria itu. Dengan canggung dia menepuk-nepuk lengan pria itu agar tenang. "Tenang, aku tak akan pergi," lirih Azelyn pelan kemudian membersihkan keringat Kean dengan lengan bajunya. Azelyn mengatur tubuhnya agar posisi duduknya sedikit nyaman. Gadis bermata biru itu menopang dagu dengan tangan kirinya sambil menatap wajah Kean yang perlahan mulai terlihat tenang. "Sebenarnya mimpi buruk seperti apa yang mendatangimu sampai raut wajahmu terlihat ketakutan begitu?"Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun berdiri menghadap tembok dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menahan tangisnya. Kedua kakinya tengah dipukul berkali-kali dengan sabuk oleh ibunya, dia menahan rasa sakit dan perih tanpa bersuara. "M-maafkan Kean, Ibu... Kean tak akan melakukannya lagi, Kean berjanji," gumam anak laki-laki yang bernama Kean itu, tetapi ibunya tak bergeming dan tetap memukulnya. Ibunya memberi hukuman karena Kean mendapatkan nilai 80 di satu mata pelajaran, meski dia menjadi peringkat 1 di sekolah. Anak laki-laki itu sudah sering mendapatkan penganiayaan dan tekanan dari ibunya. "Masuk!" perintah ibunya sambil membuka lemari kosong. "Jangan keluar sebelum ku suruh! Mulai besok, aku akan menambah jadwal lesmu," tegas ibunya. Kean berlutut dan menggosok kedua tangannya memohon agar tak dimasukkan ke dalam lemari. Namun, ibunya mencengkeram lengannya dengan kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lemari. Kean menangis sambil memberontak, ibuny
Kean keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. Pandangannya beralih ke dompet Azelyn yang tertinggal. Dia mengambil dompet itu lalu membawanya masuk ke perusahaan. Setelah menaiki lift, lelaki yang memiliki manik abu-abu itu berjalan menuju ruangan cleaning service. Dia mencoba membuka pintu, tetapi pintu itu terkunci dari dalam. Kean merasa heran dan mencoba mendengar suara samar dari dalam ruangan, dia merasa ada yang tak beres. Kean melangkah mundur lalu mendobrak pintu itu dengan keras. Setelah mencoba berkali-kali, pintu itu berhasil terbuka dan pandangannya langsung mengarah pada Azelyn yang sedang berada di balik punggung seorang lelaki. Tanpa pikir panjang dia berlari mendekat dan langsung memukul wajah lelaki itu membuatnya terhuyung mundur. Kean melihat baju Azelyn yang robek. Dirinya segera melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Azelyn untuk menutupi tubuhnya. "Apa maksudnya ini?" Kean menatap lelaki itu dingin seakan mengintimidasi. Setelah memperhatikan
Laura keluar dari ruangan Kean dengan pakaian berantakan membuat seisi karyawan menatapnya kaget. Saat berada di depan pintu ruangan, dia sengaja merapikan rambutnya dan kembali mengancingkan kemejanya. Beberapa karyawan wanita mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi di dalam. Mereka penasaran karena Laura berada di ruangan Kean cukup lama dan sekarang gadis itu keluar dengan berantakan. Laura hanya tersenyum malu seakan membenarkan apa yang terlintas di pikiran para karyawan itu. "Kuharap kalian merahasiakan ini, karena Pak Kean akan marah jika mendengar kalau semua orang mengetahuinya," ucap Laura menggigit jarinya sambil berekspresi melas. "Apa yang terjadi? Apa Laura tidur dengan Pak Kean? Tapi bukannya Pak Kean punya calon istri? Kemarin kan...." Beberapa karyawan berbisik setelah mendengar ucapan Laura. Sebagian tak percaya karena mereka tahu bahwa atasannya tak pernah menyentuh wanita manapun. Namun, sebagian dari mereka juga tak bisa mengelak karena melihat gadis i
Kean duduk melamun di meja restoran tempat perjanjiannya dengan Allen. Dia sudah menghabiskan sebotol wine sendirian. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, waktu perjanjiannya sudah berlalu. Dari kejauhan Allen datang dengan raut wajah bahagia. Lelaki itu duduk di depannya. "Maaf membuat Anda menunggu, Tuan Kean," ucap Allen meminta maaf sambil duduk di hadapannya. "Sepertinya Anda sedang bahagia, Tuan Allen," sindir Kean sambil memainkan gelasnya. "Ternyata terlihat sangat jelas, ya?" ungkap Allen menggaruk tengkuknya sambil tertawa kecil. Kean mengeratkan genggamannya pada gelas miliknya setelah mendengar perkataan Allen. Dia mengalihkan obrolan dengan memanggil pelayan untuk membawakan makanan mereka. Setelah itu beberapa pelayan datang membawa makanan, mereka langsung menyantap makanan itu sambil mendiskusikan tentang pekerjaan. "Urusan penting apa yang membuat Anda terlambat, Tuan Allen?" tanya Kean sambil meminum winenya. Meski perasaannya terasa terbakar, tetapi di
Azelyn mengerjapkan mata beberapa kali mencoba mencerna apa yang telah terjadi padanya. Dia melirik tubuhnya dibalik selimut, yang tak memakai sehelai benangpun. Azelyn mengalihkan pandangan ke arah Kean yang masih terlelap tidur di sampingnya. Posisi dirinya saat ini masih berada dalam pelukan hangat pria itu. Mereka berdua baru saja selesai bercinta, bahkan melakukannya beberapa kali. Meski sebenarnya itu hal yang wajar karena mereka sudah menikah, tetapi tetap saja pernikahan mereka berdasarkan kontrak bukan cinta. Azelyn merasa kecewa mendengar tuduhan yang pria itu lontarkan, bahkan juga melanggar kesepakatan kontrak mereka. Tiba-tiba ingatan saat Laura keluar dari ruangan Kean dengan pakaian berantakan terlintas di benaknya. Gadis itu mengingat kembali rumor yang tersebar di perusahaan dan membayangkan Laura dan Kean bermesraan di dalam ruangan seperti yang mereka lakukan tadi. Membayangkan itu membuat perasaan Azelyn semakin panas. Dia mendongak dan menatap tajam ke
Azelyn memberanikan diri sekali lagi untuk mengintip karena penasaran dengan pria itu. Azelyn berjalan dengan hati-hati. Dirinya mencoba mendekat agar bisa melihat wajah pria itu secara jelas. Jantung Azelyn berdegup dengan kencang menebak-nebak siapa lelaki itu. Tubuh yang kurus dan bahu kecil, sama persis seperti tubuh milik mantan suaminya. Apakah mungkin itu adalah Kevin? Azelyn menutup mulutnya melihat aktivitas mereka berdua yang masih bersemangat. Dirinya masih tak menyangka bahwa gadis yang berada di hadapannya saat ini adalah Laura yang dia kenal. Pria itu mengangkat kepalanya setelah mencapai puncak klimaks. Azelyn bisa secara jelas melihat wajah pria itu dan ternyata dia bukanlah Kevin. Ingatan Azelyn memindai ke belakang ketika Laura berselingkuh dengan suaminya, dan juga rumor gadis itu tidur dengan Kean. Sekarang Laura juga bermain dengan lelaki lain? Azelyn menahan napas merasa jijik melihat Laura yang masih berada di pelukan pria asing itu. Azelyn berjala
Setelah semua karyawan kembali ke tempat duduk masing-masing. Azelyn berniat pergi juga, tetapi langkahnya terhenti ketika tak sengaja melihat seorang karyawan wanita sedang fokus mendesain. Azelyn penasaran dan melihat desain milik karyawan wanita itu, dirinya merasa takjub. Setiap garis yang dibuat oleh wanita itu benar-benar mendetail. Meski hanya sebuah gambar, tetapi wanita itu benar-benar menaruh semua perasaannya dalam setiap goresan. Azelyn merasa kagum hingga terdiam memperhatikan, membuat wanita itu menghentikan pekerjaannya dan melirik ke arah Azelyn. "Maaf, aku mengganggumu, ya? Gambarmu benar-benar bagus, sampai membuatku terpaku," puji Azelyn dengan mata berbinar. "Sepertinya kamu lumayan tahu tentang desain, ya," ucap Wanita itu kembali fokus menggambar. Azelyn hanya tertawa kecil mendengarnya. Wanita itu terdiam sebentar. Dia mengambil sebuah buku usang dan memberikannya pada Azelyn. "Itu yang kugambar saat SMA, aku tak menyangka akan berguna untuk proyek d
Azelyn langsung menggeleng cepat menjawab pertanyaan atasannya itu. Pria itu berjalan masuk ke dalam lift masih menatap dingin padanya. "Semoga dia tak mendengar pembicaraanku di telepon tadi," batin Azelyn sambil menggenggam erat ponselnya setelah mematikan panggilan secara mendadak. Azelyn menggeser posisinya mencoba menjaga jarak pada Kean. Dia tak ingin berada dekat dengan pria yang secara sembarangan menyentuhnya. Apalagi Kean adalah pria yang menyebut dirinya murahan. Kean melirik tingkah laku Azelyn yang bersikap aneh dan menjaga jarak dengannya. "Ada apa denganmu?" tanya Kean melirik pada Azelyn yang bergeser sedikit demi sedikit menjauh darinya. Kean merasa terganggu dengan tingkah wanita itu. Dia langsung mempersempit jarak membuat Azelyn terpojok. Dirinya menempatkan tangannya di samping kepala Azelyn dan membungkuk. "Apa kamu mencoba menantangku?" kata Kean sambil menatap Azelyn tajam.Azelyn melebarkan matanya saat Kean secara perlahan mendekatkan wajahnya s