Share

Bab 08. Mulai Tinggal Bersama

Kean memarkirkan mobilnya ke sebuah apartemen yang cukup besar. Azelyn sama sekali tak sadar bahwa mereka sudah sampai ke tujuan. Gadis itu masih memandangi buku nikah yang baru saja didapatkannya.

Saat menikah dengan Kevin, dia tak pernah mencatat pernikahan mereka sehingga dia tak memiliki buku nikah. Gadis itu mengelus buku nikahnya sambil menatap fotonya.

Kean mengintip ke dalam mobil melihat Azelyn yang masih terduduk diam. Pria itu menyadarkan gadis itu menyuruhnya turun dari mobil. Dia menyuruh Azelyn mengikutinya masuk ke apartemen.

"Kenapa membawa saya ke sini, Pak?" tanya Azelyn penuh selidik. Kean acuh tak menjawab pertanyaan gadis itu. Lelaki itu memasuki lift, tetapi Azelyn diam tak bergerak.

"Kita sudah menikah, lalu apa salahnya tinggal bersama?"

"Kita menikah karena kontrak, jadi—"

"Aku bilang mulai sekarang kamu harus menuruti perintahku, kan?" potong Kean sambil menunjukkan buku nikahnya membuat Azelyn seketika terdiam.

Azelyn akhirnya melangkah memasuki lift. Kean menekan tombol menuju lantai 10. Setelah keluar dari lift, Kean menuntun Azelyn menuju kamar 105. Lelaki itu menyerahkan kartu kamar untuk Azelyn agar gadis itu bisa masuk kapan pun meski dirinya tak ada.

"Lalu bagaimana dengan barang-barang saya, Pak?" tanya Azelyn menatap punggung Kean yang berjalan di depannya.

"Sebentar lagi sampai," ucap Kean sambil melirik jam tangannya.

"Apa? Bagaimana mereka bisa masuk? Pintu kontrakan saya kan terkunci. Dan bagaimana Anda tahu alamat saya, Pak?!" tanya Azelyn bertubi-tubi membuat pria itu mengelus kupingnya kesal.

"Cukup ikuti saja perintahku dan jangan banyak tanya lagi," jawab Kean dingin.

Azelyn ingin berbicara lagi, tetapi tiba-tiba Kean menghentikan langkahnya membuatnya menabrak punggung pria itu.

Kean berbalik dan menunduk memandangi Azelyn yang setinggi dadanya. "Dan berhenti berbicara formal, aku kesal mendengarnya. Mulai sekarang kamu bisa berbicara santai padaku."

"Tapi—"

"Berhenti membantah!" sentak Kean membuat gadis itu langsung terdiam.

Kean mengantar Azelyn menuju kamarnya setelah itu dia langsung memasuki kamar yang berada di sebelah kamar gadis itu. Pria itu menjatuhkan tubuhnya di ranjang dan langsung memejamkan mata.

Setelah menaruh tasnya, Azelyn memilih berjalan keluar kamar dan melihat sekeliling apartemen yang terlihat cukup luas. Tiba-tiba bel pintu apartemen berbunyi. Dia berjalan dan melihat dari celah pintu, ternyata barang-barangnya benar-benar datang.

Azelyn mengambil barang-barangnya dan mengangkatnya masuk ke dalam kamar. Terlalu banyak barang yang harus dia pindahkan sehingga dia harus kehilangan banyak tenaga untuk memindahkannya.

Setelah selesai memindahkan barang-barang itu, dia berniat untuk membereskannya besok karena malam ini tenaganya sudah terkuras habis. Azelyn berjalan mencari dapur, dia mengambil minuman yang tersedia di kulkas dan meneguknya habis untuk menghilangkan dahaganya.

Ketika kembali ke kamar, Azelyn tak sengaja mengintip ke dalam kamar Kean yang tak terkunci. Dia bisa melihat pria itu tengah terbaring di ranjangnya. Pakaian Kean masih sama, sepertinya saat sampai pria itu langsung membaringkan tubuhnya.

Azelyn berjalan masuk untuk memastikan apakah pria itu sudah tertidur atau belum.

"Maafkan aku... Maafkan aku... Ibu...," gumam Kean. Tubuhnya berkeringat, raut wajahnya terlihat ketakutan seakan sedang bermimpi buruk.

Azelyn duduk di tepi ranjang lalu mencoba membangunkan Kean dari mimpi buruknya. Saat memegang lengan kekar Kean, tubuh pria itu terasa panas.

"Sepertinya dia demam, apa dia kelelahan?" Azelyn bangkit berniat kembali ke dapur untuk mengambil air panas, tetapi Kean menggenggam tangannya erat.

"Jangan pergi... tolong tetap di sampingku... jangan pergi...," gumam Kean lagi lalu menarik dan memeluk lengan Azelyn

Azelyn kikuk ketika Kean tiba-tiba memeluk lengannya. Dia mencoba menarik lengannya, tetapi pria itu benar-benar mendekap lengannya erat sehingga dirinya tak bisa bergerak.

Azelyn akhirnya menyerah dan memilih duduk di samping ranjang pria itu. Dengan canggung dia menepuk-nepuk lengan pria itu agar tenang.

"Tenang, aku tak akan pergi," lirih Azelyn pelan kemudian membersihkan keringat Kean dengan lengan bajunya.

Azelyn mengatur tubuhnya agar posisi duduknya sedikit nyaman. Gadis bermata biru itu menopang dagu dengan tangan kirinya sambil menatap wajah Kean yang perlahan mulai terlihat tenang.

"Sebenarnya mimpi buruk seperti apa yang mendatangimu sampai raut wajahmu terlihat ketakutan begitu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status