Wajah Azelyn memucat mendengar tawaran Kean. Gadis itu memalingkan wajah dan mendorong tubuh pria itu agar sedikit menjauh darinya. Sikap Azelyn membuat Kean tersenyum kecil, sepertinya dia semakin tertarik dengan gadis itu.
Azelyn terdiam tak tahu harus berkata apa. Situasi yang dia hadapi benar-benar di luar perkiraannya. Dia melirik Kean yang kini sedang menopang dagu sambil menatapnya. Lelaki itu masih menunggu jawaban darinya. "Meski saya memikirkannya berkali-kali, saya benar-benar tak mengerti," ucap Azelyn kembali menatap bosnya itu. "Kenapa Anda ingin menikah dengan saya, Pak?" "Untuk apa kamu memikirkannya? Kontrak ini cukup menguntungkan untukmu, kamu bisa membalas dendam," jawab Kean dengan tersenyum simpul. Gadis berambut merah itu menyipitkan mata mendengar ucapan lelaki di hadapannya. Setelah mereka bertemu lagi di rumah sakit, Kean tiba-tiba mengajaknya tidur bersama, dan sekarang pria itu langsung mengajak dirinya untuk menjalin kontrak pernikahan? Melihat status Kean yang seorang CEO, menurut Azelyn lelaki itu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dan cantik dibanding dia, tetapi kenapa harus dirinya? "Bagaimana?" tanya Kean membuat Azelyn tersadar dari lamunannya. Azelyn terdiam sebentar. Walaupun awalnya dirinya tak memiliki niat untuk membalas dendam. Namun, melihat sikap Laura yang terus berusaha mengancurkan hidupnya, Azelyn mulai berpikir untuk memberi wanita itu pelajaran. Dengan menjadi calon istri dari Pak Kean, maka hal itu memang pasti dapat membantu dirinya dan Laura tidak akan terlalu berani menganggunya lagi. "Baik, saya setuju. Tapi, saya memiliki syarat sebagai jaminan," ujar Azelyn. Kean mengangkat sebelah alisnya tertarik untuk mendengarkan syarat yang akan diberikan Azelyn. Gadis bermanik biru itu memberikan isyarat dengan mengangkat jadi telunjuk dan tengahnya. Dia menginginkan dua syarat sebagai jaminan untuk kontrak mereka. "Pertama, kita tak perlu mencampuri urusan pribadi masing-masing. Kedua, hubungan ini hanya ada di atas kertas dan tidak melewati batas, saya ingin pernikahan ini tetap menjadi rahasia di antara kita berdua." Kean menerima syarat itu tanpa mengomentarinya sedikit pun dan menyuruh Lino - asistennya membawa berkas untuk dilengkapi dengan syarat tambahan dari Azelyn. Setelah selesai, keduanya menandatangani kontrak itu untuk membentuk kesepakatan. "Lalu, aku bisa memberikanmu pekerjaan baru jika mau-" belum selesai Kean melanjutkan ucapannya, Azelyn yang sudah tahu ke mana arah pembicaraan ini segera menggeleng. "Tidak perlu Pak, terima kasih. Saya akan tetap bekerja sebagai cleaning service," ucap Azelyn bangkit dari duduknya, sebelum lanjut berkata, "Karena sudah selesai, maka saya permisi, Pak," Kean menatap punggung Azelyn yang berjalan menuju pintu ruangan. "Tunggu!" Azelyn yang hendak membuka pintu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Kean. "Sepulang nanti, tunggu aku di depan perusahaan," perintah pria itu lalu kembali memfokuskan diri pada dokumennya. Azelyn mengangkat sebelah alisnya bingung, sedetik kemudian dia memilih untuk tak terlalu memikirkannya. Mungkin atasannya itu hanya ingin mendiskusikan tentang kontrak ini lebih lanjut. Ketika Azelyn membuka pintu, asisten Kean sudah berdiri di depan pintu hendak masuk. Dia mempersilahkan pria itu masuk lebih dulu kemudian dirinya keluar dari ruangan. Lino berjalan mendekat kemudian memberikan map berwarna coklat yang sudah selesai dia lengkapi pada atasannya. "Kamu sudah melakukan seperti yang kuminta?" Lino mengangguk sebagai jawaban. "Kerja bagus, kamu boleh keluar," lanjut Kean memeriksa berkasnya. Ketika Azelyn berjalan keluar ruangan Kean, masing-masing karyawan menatapnya dengan berbeda-beda arti pandangan. Ada yang terlihat takut, merasa terancam dan merasa tersaingi. Karyawan wanita yang menyebutnya pencuri tadi berjalan menuju Azelyn dan mencegat gadis itu. Wanita itu meminta maaf pada Azelyn karena telah menuduhnya mencuri tadi siang. Meski dia merasa gengsi dan enggan untuk meminta maaf pada orang yang memiliki jabatan di bawahnya, tetapi dia menyingkirkan gengsinya demi mempertahankan posisinya di perusahaan. Laura memandang dari kejauhan sambil menggigit ujung jarinya kesal. Laura berpikir bahwa dia berhasil merusak kebahagiaan Azelyn, tetapi lagi-lagi gadis itu justru berhasil melangkahinya. Selama ini dia mengejar Kevin hanya untuk menghancurkan rumah tangga Azelyn. Namun, pria yang sebenarnya dia inginkan adalah Kean. Siapa yang tidak ingin menjadi istri dari pria tampan yang juga seorang pewaris perusahaan raksasa? *** Suasana perusahaan kembali normal. Gosip panas yang tersebar tadi siang mulai memudar terbawa angin. Para karyawan menyibukkan diri untuk menyelesaikan pekerjaan karena sebentar lagi jam kerja berakhir. Azelyn segera merapikan dan mengunci lokernya lalu berjalan keluar perusahaan. Azelyn menghentikan langkahnya ketika sebuah mobil sport tiba-tiba berhenti di hadapannya. Kaca jendela mobil itu perlahan turun dan memperlihatkan Kean yang berada di kursi pengemudi. Kean mengangkat sebelah alisnya memberi isyarat pada Azelyn untuk masuk ke dalam mobil. Gadis itu masuk dan duduk di samping Kean. Kean langsung mengendarai mobilnya menjauh dari perusahaan. Azelyn melihat keluar jendela bertanya-tanya ke mana atasannya itu akan membawanya pergi. Tak ada percakapan di antara mereka berdua selama perjalanan. Ketika dia melirik Kean, raut wajah pria itu terlihat dingin seakan memancarkan aura yang mengintimidasi membuatnya enggan mengajak bicara. Setelah 30 menit perjalanan, Kean memarkirkan mobilnya setelah sampai di tujuan. Azelyn melihat sekeliling dan melongo melihat tulisan besar yang terpampang di gedung itu. Dia melirik Kean dengan ekspresi bertanya-tanya. Kean membawa map coklat yang sudah dipersiapkan asistennya lalu menyuruh Azelyn untuk turun dan mengikutinya masuk ke kantor catatan sipil. "Tunggu, kenapa kita ke sini, Pak?" tanya Azelyn menghentikan langkahnya. Kean melirik Azelyn dengan wajah datar. "Untuk mendaftarkan pernikahan," jawab Kean membuat Azelyn terkejut."Secepat ini?!"
Kean memarkirkan mobilnya ke sebuah apartemen yang cukup besar. Azelyn sama sekali tak sadar bahwa mereka sudah sampai ke tujuan. Gadis itu masih memandangi buku nikah yang baru saja didapatkannya. Saat menikah dengan Kevin, dia tak pernah mencatat pernikahan mereka sehingga dia tak memiliki buku nikah. Gadis itu mengelus buku nikahnya sambil menatap fotonya. Kean mengintip ke dalam mobil melihat Azelyn yang masih terduduk diam. Pria itu menyadarkan gadis itu menyuruhnya turun dari mobil. Dia menyuruh Azelyn mengikutinya masuk ke apartemen. "Ini dimana, Pak?" tanya Azelyn penuh selidik. Kean acuh tak menjawab pertanyaan gadis itu. Lelaki itu memasuki lift, tetapi Azelyn diam tak bergerak. "Kita sudah menikah, jadi kita akan tinggal bersama." "Kita menikah karena kontrak, jadi—" "Aku bilang mulai sekarang kamu harus menuruti perintahku, kan?" potong Kean sambil menunjukkan buku nikahnya membuat Azelyn seketika terdiam. Azelyn akhirnya melangkah memasuki lift. Kean meneka
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun berdiri menghadap tembok dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menahan tangisnya. Kedua kakinya tengah dipukul berkali-kali dengan sabuk oleh ibunya, dia menahan rasa sakit dan perih tanpa bersuara. "M-maafkan Kean, Ibu... Kean tak akan melakukannya lagi, Kean berjanji," gumam anak laki-laki yang bernama Kean itu, tetapi ibunya tak bergeming dan tetap memukulnya. Ibunya memberi hukuman karena Kean mendapatkan nilai 80 di satu mata pelajaran, meski dia menjadi peringkat 1 di sekolah. Anak laki-laki itu sudah sering mendapatkan penganiayaan dan tekanan dari ibunya. "Masuk!" perintah ibunya sambil membuka lemari kosong. "Jangan keluar sebelum ku suruh! Mulai besok, aku akan menambah jadwal lesmu," tegas ibunya. Kean berlutut dan menggosok kedua tangannya memohon agar tak dimasukkan ke dalam lemari. Namun, ibunya mencengkeram lengannya dengan kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lemari. Kean menangis sambil memberontak, ibuny
Kean keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. Pandangannya beralih ke dompet Azelyn yang tertinggal. Dia mengambil dompet itu lalu membawanya masuk ke perusahaan. Setelah menaiki lift, lelaki yang memiliki manik abu-abu itu berjalan menuju ruangan cleaning service. Dia mencoba membuka pintu, tetapi pintu itu terkunci dari dalam. Kean merasa heran dan mencoba mendengar suara samar dari dalam ruangan, dia merasa ada yang tak beres. Kean melangkah mundur lalu mendobrak pintu itu dengan keras. Setelah mencoba berkali-kali, pintu itu berhasil terbuka dan pandangannya langsung mengarah pada Azelyn yang sedang berada di balik punggung seorang lelaki. Tanpa pikir panjang dia berlari mendekat dan langsung memukul wajah lelaki itu membuatnya terhuyung mundur. Kean melihat baju Azelyn yang robek. Dirinya segera melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Azelyn untuk menutupi tubuhnya. "Apa maksudnya ini?" Kean menatap lelaki itu dingin seakan mengintimidasi. Setelah memperhatikan
Laura keluar dari ruangan Kean dengan pakaian berantakan membuat seisi karyawan menatapnya kaget. Saat berada di depan pintu ruangan, dia sengaja merapikan rambutnya dan kembali mengancingkan kemejanya. Beberapa karyawan wanita mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi di dalam. Mereka penasaran karena Laura berada di ruangan Kean cukup lama dan sekarang gadis itu keluar dengan berantakan. Laura hanya tersenyum malu seakan membenarkan apa yang terlintas di pikiran para karyawan itu. "Kuharap kalian merahasiakan ini, karena Pak Kean akan marah jika mendengar kalau semua orang mengetahuinya," ucap Laura menggigit jarinya sambil berekspresi melas. "Apa yang terjadi? Apa Laura tidur dengan Pak Kean? Tapi bukannya Pak Kean punya calon istri? Kemarin kan...." Beberapa karyawan berbisik setelah mendengar ucapan Laura. Sebagian tak percaya karena mereka tahu bahwa atasannya tak pernah menyentuh wanita manapun. Namun, sebagian dari mereka juga tak bisa mengelak karena melihat gadis i
Kean duduk melamun di meja restoran tempat perjanjiannya dengan Allen. Dia sudah menghabiskan sebotol wine sendirian. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, waktu perjanjiannya sudah berlalu. Dari kejauhan Allen datang dengan raut wajah bahagia. Lelaki itu duduk di depannya. "Maaf membuat Anda menunggu, Tuan Kean," ucap Allen meminta maaf sambil duduk di hadapannya. "Sepertinya Anda sedang bahagia, Tuan Allen," sindir Kean sambil memainkan gelasnya. "Ternyata terlihat sangat jelas, ya?" ungkap Allen menggaruk tengkuknya sambil tertawa kecil. Kean mengeratkan genggamannya pada gelas miliknya setelah mendengar perkataan Allen. Dia mengalihkan obrolan dengan memanggil pelayan untuk membawakan makanan mereka. Setelah itu beberapa pelayan datang membawa makanan, mereka langsung menyantap makanan itu sambil mendiskusikan tentang pekerjaan. "Urusan penting apa yang membuat Anda terlambat, Tuan Allen?" tanya Kean sambil meminum winenya. Meski perasaannya terasa terbakar, tetapi di
Azelyn mengerjapkan mata beberapa kali mencoba mencerna apa yang telah terjadi padanya. Dia melirik tubuhnya dibalik selimut, yang tak memakai sehelai benangpun. Azelyn mengalihkan pandangan ke arah Kean yang masih terlelap tidur di sampingnya. Posisi dirinya saat ini masih berada dalam pelukan hangat pria itu. Mereka berdua baru saja selesai bercinta, bahkan melakukannya beberapa kali. Meski sebenarnya itu hal yang wajar karena mereka sudah menikah, tetapi tetap saja pernikahan mereka berdasarkan kontrak bukan cinta. Azelyn merasa kecewa mendengar tuduhan yang pria itu lontarkan, bahkan juga melanggar kesepakatan kontrak mereka. Tiba-tiba ingatan saat Laura keluar dari ruangan Kean dengan pakaian berantakan terlintas di benaknya. Gadis itu mengingat kembali rumor yang tersebar di perusahaan dan membayangkan Laura dan Kean bermesraan di dalam ruangan seperti yang mereka lakukan tadi. Membayangkan itu membuat perasaan Azelyn semakin panas. Dia mendongak dan menatap tajam ke
Azelyn memberanikan diri sekali lagi untuk mengintip karena penasaran dengan pria itu. Azelyn berjalan dengan hati-hati. Dirinya mencoba mendekat agar bisa melihat wajah pria itu secara jelas. Jantung Azelyn berdegup dengan kencang menebak-nebak siapa lelaki itu. Tubuh yang kurus dan bahu kecil, sama persis seperti tubuh milik mantan suaminya. Apakah mungkin itu adalah Kevin? Azelyn menutup mulutnya melihat aktivitas mereka berdua yang masih bersemangat. Dirinya masih tak menyangka bahwa gadis yang berada di hadapannya saat ini adalah Laura yang dia kenal. Pria itu mengangkat kepalanya setelah mencapai puncak klimaks. Azelyn bisa secara jelas melihat wajah pria itu dan ternyata dia bukanlah Kevin. Ingatan Azelyn memindai ke belakang ketika Laura berselingkuh dengan suaminya, dan juga rumor gadis itu tidur dengan Kean. Sekarang Laura juga bermain dengan lelaki lain? Azelyn menahan napas merasa jijik melihat Laura yang masih berada di pelukan pria asing itu. Azelyn berjala
Setelah semua karyawan kembali ke tempat duduk masing-masing. Azelyn berniat pergi juga, tetapi langkahnya terhenti ketika tak sengaja melihat seorang karyawan wanita sedang fokus mendesain. Azelyn penasaran dan melihat desain milik karyawan wanita itu, dirinya merasa takjub. Setiap garis yang dibuat oleh wanita itu benar-benar mendetail. Meski hanya sebuah gambar, tetapi wanita itu benar-benar menaruh semua perasaannya dalam setiap goresan. Azelyn merasa kagum hingga terdiam memperhatikan, membuat wanita itu menghentikan pekerjaannya dan melirik ke arah Azelyn. "Maaf, aku mengganggumu, ya? Gambarmu benar-benar bagus, sampai membuatku terpaku," puji Azelyn dengan mata berbinar. "Sepertinya kamu lumayan tahu tentang desain, ya," ucap Wanita itu kembali fokus menggambar. Azelyn hanya tertawa kecil mendengarnya. Wanita itu terdiam sebentar. Dia mengambil sebuah buku usang dan memberikannya pada Azelyn. "Itu yang kugambar saat SMA, aku tak menyangka akan berguna untuk proyek d