"T-tidak, Pak, ini hanya kesalahpahaman," ucap salah satu karyawan. Mereka saling berbisik dan satu per satu mulai segera pergi dari tempat meninggalkan Laura sendirian.
"Bagaimana denganmu?" tanya Kean dingin menatap tajam pada Laura.
Laura hanya terdiam menunduk sambil menyembunyikan rasa kesal serta terkejutnya. Dia masih tidak habis pikir, mengapa Azelyn bisa mengenal dan bahkan disebut sebagai calon istri CEO-nya.
"Tidak ada, Pak, sepertinya saya yang lupa menaruh kalung saya," jawab Laura menggigit bibir bawahnya menahan emosi. Dia tak menyangka bahwa Azelyn ternyata dekat dengan Kean.
Meskipun Laura memang selama ini terlihat mendekati Kevin, namun itu semua hanya untuk merusak rumah tangga Azelyn dan membuat wanita itu menderita. Yang sesungguhnya dia inginkan adalah, Kean yang sudah dia incar sejak lama. Siapa yang tidak ingin menikah dengan pewaris kaya dan tampan seperti Kean?
"Baiklah, kalau begitu maka kamu bisa kembali bekerja." Tatapan Kean masih nampak mengintimidasi, membuat Laura akhirnya bergegas pergi dari sana.
Di sisi lain, Kevin yang sempat ikut melihat kejadian itu juga tak kalah terkejut. Pasalnya, dirinya belum lama bercerai dari Azelyn, lalu mengapa sekarang wanita itu sekarang disebut menjadi calon istri Pak Kean.
Dirinya menduga bahwa Azelyn memang wanita serakah dan pasti menjual tubuhnya ke pria - pria lain yang dianggap lebih kaya, termasuk kepada Pak Kean. Dalam hatinya, Kevin merasa kesal. Ia menatap tajam ke arah Azelyn sebelum ikut pergi dari sana.
Azelyn ingin menyampaikan rasa terima kasihnya pada Kean. Namun, pria itu sudah lebih dulu menggandeng tangan Azelyn untuk mengikutinya.
Tidak ingin kembali membuat keributan, Azelyn pasrah untuk dibawa Kean ke ruangannya. Lagi pula Azelyn juga masih harus menanyakan kembali perihal ucapan Kean tadi di depan para karyawan.
***
Kean duduk di kursi kerjanya setelah mempersilahkan Azelyn untuk duduk di hadapannya. Mata lelaki itu masih menatap dirinya dengan cukup dalam, membuat Azelyn menelan ludah gugup. Takut jika Kean akan memperhitungkan soal dirinya yang terakhir kali menampar Kean dan bahkan menginjak kakinya dengan keras.
"Maaf mengenai pukulan saya waktu itu dan terima kasih telah membantu saya tadi, Pak Kean," ucap Azelyn memecah keheningan di antara mereka.
Tidak merasa bahwa Kean akan menjawab ucapannya, Azelyn kembali lanjut berkata dengan tegas, "Kemudian sepertinya ada kesalahpahaman di antara kita, Pak. Sejak kapan saya menjadi calon istri anda?"
Bukannya menjawab pertanyaan Azelyn. Kean mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. Setelah panggilan berakhir, tiba-tiba pintu ruangannya diketuk.
Asisten Kean masuk dengan membawa map bewarna coklat. Setelah menyerahkan map itu ke tangan Kean, ia kembali keluar dari ruangan.
Kean meletakkan map di depan Azelyn dan berkata dengan nada serius, "Bacalah."
Azelyn awalnya sedikit ragu, tetapi dia meraih map dan membaca lembaran demi lembaran kertas di dalam map itu. Melihat isi yang tertulis membuat Azelyn tercengang.
"Ini..apa maksudnya?" Dirinya melirik ke arah Kean seakan meminta penjelasan.
Kean memperhatikan setiap raut wajah yang diekspresikan oleh gadis bermata biru itu. Tanpa sadar untuk pertama kalinya lelaki itu tersenyum tipis.
"Bukankah sudah cukup jelas? Itu adalah kontrak pernikahan kita," jawab Kean yang membuat Azelyn secara spontan bangkit berdiri dari tempat duduknya.
Azelyn mencoba mengatur pikirannya untuk mengerti situasi yang sedang dia hadapi. Bagaimanapun ini baru kali ketiga mereka bertemu, tetapi atasannya ini secara tidak masuk akal mengajaknya untuk menjalin kontrak pernikahan dan akan memberikannya nominal yang cukup besar.
"Apa anda masih menganggap saya wanita bayaran? Saya tekankan sekali lagi, bahwa saya bukanlah wanita bayaran seperti yang Anda pikirkan, Pak. Malam itu adalah sebuah kesalahan."
Kean mengangkat alisnya, Sebenarnya jika mengingat malam itu, Kean juga curiga bahwa wanita di hadapannya ini bukan wanita bayaran yang dikirimkan oleh temannya untuk membantunya yang sedang dalam jebakan obat perangsang.
Karena setahu Kean, wanita bayaran akan memakai pakaian minim dan terbuka serta berusaha keras menggodanya, sedangkan Azelyn saat itu menggunakan pakaian sederhana dan tampak mabuk.
Namun, meskipun demikan Kean enggan untuk melepaskan Azelyn. Dirinya memerlukan wanita itu untuk berada di sampingnya. Karena untuk pertama kalinya dia bisa menyentuh seorang wanita tanpa merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
Maka dari itu, Kean kemudian memikirkan hal lain untuk membuat wanita di depannya ini menerima penawarannya. Jika memang wanita itu tidak tertarik dengan jumlah uang yang ditawarkan, maka ia akan memberikan penawaran lainnya...
Kean bangkit dari kursinya dan menghampiri Azelyn. Kean mempersempit jarak mereka berdua dan tersenyum membuat Azelyn waspada.
"Apa kamu ingin membalas dendam pada wanita yang telah menuduhmu tadi?" Azelyn mengernyitkan kening semakin tidak mengerti dengan ucapan Kean.
Lelaki itu memutar komputer kerjanya dan menyuruh Azelyn untuk melihat rekaman CCTV yang diputar di layar itu. Mata Azelyn menatap marah begitu melihat sosok Laura sedang menaruh kalungnya sendiri di loker Azelyn.
Tangannya mengepal dengan keras, berusaha menahan amarah yang bergejolak.
Walaupun Azelyn sudah sempat menduga bahwa tuduhan pada dirinya adalah jebakan Laura, namun melihat hal ini di depan matanya kembali membuat Azelyn merasa kecewa dan murka.
Setelah mencoba menghancurkan rumah tangganya, Laura juga berniat menghancurkan pekerjaannya, sejauh apa sebenarnya Laura ingin menghancurkan hidupnya...
Kean tentu dapat merasakan perubahan ekspresi di wajah Azelyn. Lelaki itu berucap dengan lembut di telinga Azelyn, "Aku bisa membantumu membalas dendam, Azelyn Valerie. Akan tetapi, sebagai gantinya, menikahlah denganku."
Wajah Azelyn memucat mendengar tawaran Kean. Gadis itu memalingkan wajah dan mendorong tubuh pria itu agar sedikit menjauh darinya. Sikap Azelyn membuat Kean tersenyum kecil, sepertinya dia semakin tertarik dengan gadis itu. Azelyn terdiam tak tahu harus berkata apa. Situasi yang dia hadapi benar-benar di luar perkiraannya. Dia melirik Kean yang kini sedang menopang dagu sambil menatapnya. Lelaki itu masih menunggu jawaban darinya. "Meski saya memikirkannya berkali-kali, saya benar-benar tak mengerti," ucap Azelyn kembali menatap bosnya itu. "Kenapa Anda ingin menikah dengan saya, Pak?" "Untuk apa kamu memikirkannya? Kontrak ini cukup menguntungkan untukmu, kamu bisa membalas dendam," jawab Kean dengan tersenyum simpul. Gadis berambut merah itu menyipitkan mata mendengar ucapan lelaki di hadapannya. Setelah mereka bertemu lagi di rumah sakit, Kean tiba-tiba mengajaknya tidur bersama, dan sekarang pria itu langsung mengajak dirinya untuk menjalin kontrak pernikahan? Melihat s
Kean memarkirkan mobilnya ke sebuah apartemen yang cukup besar. Azelyn sama sekali tak sadar bahwa mereka sudah sampai ke tujuan. Gadis itu masih memandangi buku nikah yang baru saja didapatkannya. Saat menikah dengan Kevin, dia tak pernah mencatat pernikahan mereka sehingga dia tak memiliki buku nikah. Gadis itu mengelus buku nikahnya sambil menatap fotonya. Kean mengintip ke dalam mobil melihat Azelyn yang masih terduduk diam. Pria itu menyadarkan gadis itu menyuruhnya turun dari mobil. Dia menyuruh Azelyn mengikutinya masuk ke apartemen. "Ini dimana, Pak?" tanya Azelyn penuh selidik. Kean acuh tak menjawab pertanyaan gadis itu. Lelaki itu memasuki lift, tetapi Azelyn diam tak bergerak. "Kita sudah menikah, jadi kita akan tinggal bersama." "Kita menikah karena kontrak, jadi—" "Aku bilang mulai sekarang kamu harus menuruti perintahku, kan?" potong Kean sambil menunjukkan buku nikahnya membuat Azelyn seketika terdiam. Azelyn akhirnya melangkah memasuki lift. Kean meneka
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun berdiri menghadap tembok dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menahan tangisnya. Kedua kakinya tengah dipukul berkali-kali dengan sabuk oleh ibunya, dia menahan rasa sakit dan perih tanpa bersuara. "M-maafkan Kean, Ibu... Kean tak akan melakukannya lagi, Kean berjanji," gumam anak laki-laki yang bernama Kean itu, tetapi ibunya tak bergeming dan tetap memukulnya. Ibunya memberi hukuman karena Kean mendapatkan nilai 80 di satu mata pelajaran, meski dia menjadi peringkat 1 di sekolah. Anak laki-laki itu sudah sering mendapatkan penganiayaan dan tekanan dari ibunya. "Masuk!" perintah ibunya sambil membuka lemari kosong. "Jangan keluar sebelum ku suruh! Mulai besok, aku akan menambah jadwal lesmu," tegas ibunya. Kean berlutut dan menggosok kedua tangannya memohon agar tak dimasukkan ke dalam lemari. Namun, ibunya mencengkeram lengannya dengan kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lemari. Kean menangis sambil memberontak, ibuny
Kean keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. Pandangannya beralih ke dompet Azelyn yang tertinggal. Dia mengambil dompet itu lalu membawanya masuk ke perusahaan. Setelah menaiki lift, lelaki yang memiliki manik abu-abu itu berjalan menuju ruangan cleaning service. Dia mencoba membuka pintu, tetapi pintu itu terkunci dari dalam. Kean merasa heran dan mencoba mendengar suara samar dari dalam ruangan, dia merasa ada yang tak beres. Kean melangkah mundur lalu mendobrak pintu itu dengan keras. Setelah mencoba berkali-kali, pintu itu berhasil terbuka dan pandangannya langsung mengarah pada Azelyn yang sedang berada di balik punggung seorang lelaki. Tanpa pikir panjang dia berlari mendekat dan langsung memukul wajah lelaki itu membuatnya terhuyung mundur. Kean melihat baju Azelyn yang robek. Dirinya segera melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Azelyn untuk menutupi tubuhnya. "Apa maksudnya ini?" Kean menatap lelaki itu dingin seakan mengintimidasi. Setelah memperhatikan
Laura keluar dari ruangan Kean dengan pakaian berantakan membuat seisi karyawan menatapnya kaget. Saat berada di depan pintu ruangan, dia sengaja merapikan rambutnya dan kembali mengancingkan kemejanya. Beberapa karyawan wanita mendekatinya dan menanyakan apa yang terjadi di dalam. Mereka penasaran karena Laura berada di ruangan Kean cukup lama dan sekarang gadis itu keluar dengan berantakan. Laura hanya tersenyum malu seakan membenarkan apa yang terlintas di pikiran para karyawan itu. "Kuharap kalian merahasiakan ini, karena Pak Kean akan marah jika mendengar kalau semua orang mengetahuinya," ucap Laura menggigit jarinya sambil berekspresi melas. "Apa yang terjadi? Apa Laura tidur dengan Pak Kean? Tapi bukannya Pak Kean punya calon istri? Kemarin kan...." Beberapa karyawan berbisik setelah mendengar ucapan Laura. Sebagian tak percaya karena mereka tahu bahwa atasannya tak pernah menyentuh wanita manapun. Namun, sebagian dari mereka juga tak bisa mengelak karena melihat gadis i
Kean duduk melamun di meja restoran tempat perjanjiannya dengan Allen. Dia sudah menghabiskan sebotol wine sendirian. Jam menunjukkan pukul sepuluh malam, waktu perjanjiannya sudah berlalu. Dari kejauhan Allen datang dengan raut wajah bahagia. Lelaki itu duduk di depannya. "Maaf membuat Anda menunggu, Tuan Kean," ucap Allen meminta maaf sambil duduk di hadapannya. "Sepertinya Anda sedang bahagia, Tuan Allen," sindir Kean sambil memainkan gelasnya. "Ternyata terlihat sangat jelas, ya?" ungkap Allen menggaruk tengkuknya sambil tertawa kecil. Kean mengeratkan genggamannya pada gelas miliknya setelah mendengar perkataan Allen. Dia mengalihkan obrolan dengan memanggil pelayan untuk membawakan makanan mereka. Setelah itu beberapa pelayan datang membawa makanan, mereka langsung menyantap makanan itu sambil mendiskusikan tentang pekerjaan. "Urusan penting apa yang membuat Anda terlambat, Tuan Allen?" tanya Kean sambil meminum winenya. Meski perasaannya terasa terbakar, tetapi di
Azelyn mengerjapkan mata beberapa kali mencoba mencerna apa yang telah terjadi padanya. Dia melirik tubuhnya dibalik selimut, yang tak memakai sehelai benangpun. Azelyn mengalihkan pandangan ke arah Kean yang masih terlelap tidur di sampingnya. Posisi dirinya saat ini masih berada dalam pelukan hangat pria itu. Mereka berdua baru saja selesai bercinta, bahkan melakukannya beberapa kali. Meski sebenarnya itu hal yang wajar karena mereka sudah menikah, tetapi tetap saja pernikahan mereka berdasarkan kontrak bukan cinta. Azelyn merasa kecewa mendengar tuduhan yang pria itu lontarkan, bahkan juga melanggar kesepakatan kontrak mereka. Tiba-tiba ingatan saat Laura keluar dari ruangan Kean dengan pakaian berantakan terlintas di benaknya. Gadis itu mengingat kembali rumor yang tersebar di perusahaan dan membayangkan Laura dan Kean bermesraan di dalam ruangan seperti yang mereka lakukan tadi. Membayangkan itu membuat perasaan Azelyn semakin panas. Dia mendongak dan menatap tajam ke
Azelyn memberanikan diri sekali lagi untuk mengintip karena penasaran dengan pria itu. Azelyn berjalan dengan hati-hati. Dirinya mencoba mendekat agar bisa melihat wajah pria itu secara jelas. Jantung Azelyn berdegup dengan kencang menebak-nebak siapa lelaki itu. Tubuh yang kurus dan bahu kecil, sama persis seperti tubuh milik mantan suaminya. Apakah mungkin itu adalah Kevin? Azelyn menutup mulutnya melihat aktivitas mereka berdua yang masih bersemangat. Dirinya masih tak menyangka bahwa gadis yang berada di hadapannya saat ini adalah Laura yang dia kenal. Pria itu mengangkat kepalanya setelah mencapai puncak klimaks. Azelyn bisa secara jelas melihat wajah pria itu dan ternyata dia bukanlah Kevin. Ingatan Azelyn memindai ke belakang ketika Laura berselingkuh dengan suaminya, dan juga rumor gadis itu tidur dengan Kean. Sekarang Laura juga bermain dengan lelaki lain? Azelyn menahan napas merasa jijik melihat Laura yang masih berada di pelukan pria asing itu. Azelyn berjala