Share

Bab 10. Godaan dan Fitnah

Kean keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya. Pandangannya beralih ke dompet Azelyn yang tertinggal. Dia mengambil dompet itu lalu membawanya masuk ke perusahaan.

Setelah menaiki lift, lelaki yang memiliki manik abu-abu itu berjalan menuju ruangan cleaning service. Dia mencoba membuka pintu, tetapi pintu itu terkunci dari dalam.

Kean merasa heran dan mencoba mendengar suara samar dari dalam ruangan, dia merasa ada yang tak beres.

Kean melangkah mundur lalu mendobrak pintu itu dengan keras. Setelah mencoba berkali-kali, pintu itu berhasil terbuka dan pandangannya langsung mengarah pada Azelyn yang sedang berada di balik punggung seorang lelaki.

Tanpa pikir panjang dia berlari mendekat dan langsung memukul wajah lelaki itu membuatnya terhuyung mundur.

Kean melihat baju Azelyn yang robek. Dirinya segera melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Azelyn untuk menutupi tubuhnya.

"Apa maksudnya ini?" Kean menatap lelaki itu dingin seakan mengintimidasi.

Setelah memperhatikan wajah pria itu, Kean sadar bahwa dia adalah salah satu karyawannya, Kevin dari divisi 1.

Kevin berdecak kesal lalu segera bangkit. Dia menunduk hormat memberi salam pada atasannya.

"Apa kamu tidak dengar ucapanku kemarin bahwa dia adalah calon istriku? Berani sekali kamu menyentuhnya!" tegas Kean menatap Kevin dengan tajam.

Kevin melirik sebentar ke arah Azelyn yang berdiri menunduk di samping Kean sambil memegang lehernya. Lelaki itu tersenyum kecil ketika sebuah pikiran terlintas di benaknya.

Kevin segera mengubah ekspresinya menjadi kaget dan mengalihkan pandangan ke atasannya.

"Maaf, Pak Kean, saya memang mendengar tentang calon istri Anda, tapi saya tak menyangka bahwa wanita yang di maksud adalah dia," ucap Kevin berbohong. Padahal jelas-jelas dia sudah tahu karena berada di kerumunan saat itu. Lelaki itu kembali melirik ke arah Azelyn dan melanjutkan kalimat, "Apa Anda yakin untuk menikahinya? Apa Anda sudah mengenalnya, Pak?"

Kean mengangkat sebelah alisnya bingung dengan pertanyaan Kevin. Dirinya bertanya-tanya maksud di balik perkataan pria itu.

"Ini sebuah kesalahpahaman, Pak. Wanita itu yang menggoda saya lebih dulu dan mengunci pintu ruangan," fitnah Kevin yang langsung membuat Azelyn melotot. Kevin tersenyum dalam hati melihat ekspresi gadis itu. Dia melanjutkan, "Saya mengatakan ini agar Anda tidak menyesal, Pak, tapi wanita itu sudah pernah tidur dengan saya."

Amarah Kean memuncak setelah mendengar perkataan Kevin. Dia mengepalkan tangan bersiap untuk memukul wajah pria itu.

Namun, ingatan ketika dia dan Azelyn bercinta di hotel tiba-tiba terlintas. Dirinya mengingat kembali ketika berhubungan dengan Azelyn, secara jelas gadis itu menyebut nama 'Kevin'. Apakah nama itu adalah milik pria yang sedang berdiri di hadapannya sekarang?

Kean mengalihkan pandangan dan menatap wajah Azelyn yang terlihat ketakutan. Dia melemaskan genggamannya dan mengurungkan niat untuk memukul Kevin. Melihat ekspresi gadis itu, sepertinya ucapan pria itu benar adanya.

Setelah mengatakan kalimat itu, Kevin meminta maaf dan segera mengundurkan diri dari hadapan Kean. Dia pergi dengan perasaan puas karena berhasil mempermalukan mantan istrinya itu.

"Apa hubunganmu dengannya?" tanya Kean sambil menatap Azelyn dingin.

"Bukankah kita sudah setuju untuk tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing," kata Azelyn menunduk sambil menutupi lehernya dengan tangan dan rambutnya.

Kean melirik ke arah leher Azelyn yang sedari tadi berusaha untuk ditutupi. Dia bisa melihat sekilas bekas dari celah jari gadis itu.

Kean mengepalkan tangan menahan emosinya karena mengira bahwa bekas itu adalah bekas kecupan dari Kevin, padahal sebenarnya itu adalah bekas cekikan dari pria jahat itu.

"Aku—"

Ucapan Azelyn terpotong ketika Kean berjalan keluar ruangan meninggalkan dirinya begitu saja. Dia hanya berdiri mematung melihat punggung pria itu yang menghilang dari balik pintu.

***

Kean memasuki ruangannya dan langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya. Tepat saat itu Lino masuk sebentar untuk memberikannya dokumen yang dia minta.

Kean mengambil dokumen itu dan membacanya dengan teliti. Sebelumnya dia menyuruh Lino untuk mencari tahu tentang Laura, dan sekarang dirinya mengetahui bahwa Laura dan Azelyn adalah teman semasa sekolah.

Tiba-tiba pintu ruangan diketuk dan Laura muncul dari balik pintu. Kean melirik dingin sambil memasukkan dokumen Laura ke dalam loker mejanya. Gadis itu berjalan dengan tersenyum manis menghampiri Kean.

"Ini beberapa desain yang sudah selesai dikerjakan. Silahkan Pak Kean memilih desain yang mana yang akan digunakan untuk proyek nanti," ucap Laura dengan senyum menggoda.

Laura mencondongkan tubuh dengan polos, dua kancing kemeja atasnya terbuka sehingga belahan dadanya sedikit terlihat. Ia seakan sengaja menunjukkannya untuk menggoda atasannya.

Kean mengambil berkas itu tanpa memedulikan Laura yang mencoba menarik perhatiannya.

Ketika Kean sedang memeriksa desain itu, tiba-tiba Laura berjalan ke samping dan seakan ingin memeluknya sambil menyentuh tangannya yang sedang memegang berkas.

Kean langsung merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Dia mendorong Laura sehingga membuat gadis itu terjatuh dan menabrak tembok.

"Apa yang kamu lakukan?!" Kean bangkit dari duduknya sambil memegang kepalanya yang berdenyut sakit.

Laura menggigit bibir bawahnya kesal. Padahal Azelyn dengan leluasa bisa menyentuh Kean, tetapi dirinya justru ditolak dengan kasar seperti ini.

"Saya hanya ingin menyarankan desain untuk dipilih, Pak," ucap Laura dengan suara lemah.

Laura segera bangkit, dia kembali mencoba mendekati Kean sekali lagi.

"Jangan mendekat!" sentak Kean sambil menjaga jarak.

Melihat sikap atasannya itu membuat Laura kehilangan kesabaran. Padahal selama ini gadis itu benar-benar mencoba menjaga sikap di hadapannya.

Kean berjalan menuju sofa dan merebahkan tubuhnya yang masih terasa sakit. "Kamu sudah kelewatan, Laura." Kean melirik dingin ke arah Laura. Gadis itu seketika membeku, tetapi dia mendekati Kean dan berlutut di hadapan lelaki itu.

"Maaf Pak. Saya juga hanya ingin memberitahu bahwa Anda sama sekali tak mengenal Azelyn, saya satu sekolah dengan Azelyn, dan saya sangat tahu dia wanita seperti apa, Pak," kata Laura dengan wajah sedih.

Laura sudah mendengar berita Kean yang memergoki Kevin dan Azelyn berduaan di ruangan. Ini kesempatan dirinya untuk memanfaatkannya dan menjelekkan nama gadis itu.

Kean terdiam saat mendengar ucapan Laura. Dia mengingat kembali perkataan Kevin padanya tadi.

"Saya sangat menghormati Anda, Pak. Saya hanya tak mau Anda salah memilih orang dan menyesal. Sejak sekolah Azelyn selalu tidur dengan pria sembarangan. Dia bahkan pernah hamil dan melakukan aborsi. Dia tidak pantas bersanding dengan Anda, Pak," kata Laura mencoba membuat Azelyn buruk di pandangan Kean. "Apalagi Anda tak tahu soal ini karena dia pasti menutupinya demi merayu Pak Kean. Sebenarnya Azelyn itu seorang jan—"

"Diam!" potong Kean menatap rendah ke arah Laura. "Aku tak pernah mengizinkanmu untuk bicara. Keluar!"

Laura melirik jam tangannya lalu segera bangkit dari hadapan Kean. Dia membungkuk hormat dan berjalan menuju pintu ruangan. Gadis itu membuka kancing jasnya dan meremas kemejanya agar terlihat kusut. Terakhir dia mengacak-acak rambutnya sebelum membuka pintu.

"Setidaknya rencanaku akan berjalan lancar sekarang," gumam Laura tersenyum licik.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eulis siti Nengsih
Laura udah nga punya malu kamu ya....bikin saya emosi bacanya .ha .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status