Share

Bab 02. Terbebas dan terikat lagi?

Suara mesin EKG bisa terdengar menghiasi ruangan serba putih tempat Azelyn terbaring. Wanita berwajah pucat itu sedang menatap kosong udara, kentara tidak memiliki semangat hidup lagi usai menerima hasil diagnosa dari dokter bahwa dirinya dinyatakan keguguran.

Dua tahun … dua tahun dia menikah dan berusaha begitu lama untuk menjalani program kehamilan demi mendapatkan keturunan. Dan setelah sekian lama mimpi dan doa itu terkabul, akhirnya … malah seperti ini … mati dan hilang tak tersisa!

Anakku … anakku yang malang …’ batin Azelyn selagi memeluk perutnya yang rata.

"Untuk apa menangis? Harusnya kamu bersyukur anak itu mati.”

Kalimat itu membuat mata Azelyn langsung terbuka, hati Azelyn semakin pedih. “Teganya kamu mengatakan itu, Kevin!? Anak itu adalah darah dagingmu!”

Di perjalanan menuju rumah sakit tadi, Laura memberitahu Kevin bahwa Azelyn telah berhubungan dengan pria selingkuhannya itu beberapa bulan ini. Sehingga Kevin merasa ini masuk akal. Mengapa Azelyn tiba-tiba hamil, padahal sudah dua tahun mereka menantikan anak, namun tak kunjung mendapatkannya.

"Tahu dari mana itu darah dagingku? Bisa saja itu anak pria selingkuhanmu, bukan?" tuduh Kevin sambil tertawa sinis.

Mata Azelyn membesar, tampak terkejut. Namun, detik berikutnya … dia hanya bisa menatap Kevin lemah.

Sekarang, Azelyn mengerti. Di mata pria itu, dirinya adalah wanita hina tidak bermoral yang telah berselingkuh dan mengandung anak dari pria lain yang bukan suaminya.

"Selama pernikahan kita kamu hanya menjadi beban di hidupku! Padahal ketika dulu di sekolah kamu sangat cerdas, kupikir setelah menikah kamu akan bermanfaat, tapi apa? Kau malah berselingkuh! Kalau aku tahu akhirnya begini, dulu harusnya aku memilih Laura dan menikahinya."

Tepat pada saat itu, Laura masuk ke dalam ruangan dan Kevin pun menarik pinggang wanita itu agar menempel ke tubuhnya.

“Dibandingkan dirimu, Laura lebih baik. Cantik, pandai merawat diri, bahkan dia juga bekerja dan bisa menghasilkan uang. Kalau aku tahu akhirnya begini, dulu harusnya aku memilih Laura dan menikahinya, bukan kamu. Aku menyesal menikahimu, Lyn!"

Wanita berambut coklat itu tak menyangka bahwa suaminya akan merendahkannya seperti itu. Padahal, dulu di saat Azelyn ingin mengejar cita-citanya saat mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri, Kevin melarangnya dan justru mengajaknya menikah.

Azelyn bahkan menurut ketika Kevin menyuruhnya diam di rumah untuk merawat ibunya. Azelyn tak menyangka Kevin justru menyalahkan dia atas semua pengorbanannya.

Kevin kini menyerahkan selembar surat cerai pada Azelyn, "Tanda tangani surat ini sekarang," tegas Kevin. Pria itu bahkan memaksa tangan Azelyn untuk segera menandatangani surat itu.

Senyum Kevin mengembang begitu melihat surat cerai telah di tandatangani, "Mulai kini, kita sudah resmi bercerai."

Kevin menggandeng tangan Laura dan mengajaknya keluar ruang rawat inap tanpa memperdulikan Azelyn lagi.

"Lyn, semoga kamu cepat sembuh." Laura sengaja masih bersikap seakan perduli pada Azelyn di depan Kevin, sebelum akhirnya mengikuti Kevin di belakangnya.

Sebelum sepenuhnya meninggalkan ruangan, Laura sempat menoleh untuk melirik ke arah Azelyn. Pandangan mereka bertemu, dan sebuah senyuman penuh kemenangan beserta kalimat tanpa suara dilemparkan oleh wanita itu kepada Azelyn.

Selamat tinggal, Azelyn ….

Saat pintu tertutup, Azelyn meremas sprei rumah sakit dengan kuat. Tubuhnya bergetar dan bulir air mata jatuh membasahi punggung tangannya.

Dengan ekspresi penuh kemarahan, Azelyn menyentuh perutnya dan membatin dalam hati, "Anakku… Ibu tak akan pernah memaafkan mereka. Ibu akan membalas mereka yang telah membuat Ibu kehilangan dirimu!"

**

Beberapa minggu setelah kejadian itu, keadaan Azelyn mulai membaik dan diperbolehkan untuk pulang. Selama dirawat, tak ada yang datang menjenguk karena Azelyn hidup sebatang kara setelah kematian nenek dan ibunya 8 tahun lalu.

Selama 8 tahun ini, dia hanya hidup bersama keluarga Kevin dan menganggap mereka sebagai keluarga, tetapi dirinya tak menyangka bahwa hanya dirinya yang menganggap seperti itu. Semua barang Azelyn telah dikirimkan melalui kurir oleh Kevin ke rumah sakit.

"Kemana aku harus pergi sekarang?" gumam Azelyn sambil menghela nafas berat. "Apa aku ke rumah Ayah saja? Tidak! Sudah 18 tahun berlalu, bagaimana mungkin aku tiba-tiba pulang. Ayah juga tidak pernah mencariku setelah bercerai dengan ibu...”

Setelah berpikir beberapa saat, Azelyn memutuskan untuk mencari tempat untuk dirinya sendiri. Kebetulan dia masih memiliki tabungan yang cukup untuk menyewa kamar sederhana.

Azelyn hendak kembali melanjutkan langkahnya melalui lorong rumah sakit, namun tak sengaja menabrak dada bidang seorang lelaki dengan keras.

"Maaf, saya tak melihat jalan dengan benar," ucap Azelyn sambil mengelus dahinya karena merasa kesakitan.

Azelyn sedikit membungkuk untuk meminta maaf lalu berjalan melewati lelaki itu. Namun, lelaki itu justru menarik lengan Azelyn dengan keras sehingga tubuh mungil gadis itu tertarik dan terjatuh dalam pelukannya.

Azelyn terkejut dan langsung mendongak ke arah lelaki di hadapannya. Untuk sesaat Azelyn terpaku karena merasa wajah lelaki itu nampak familiar. Rahangnya yang tegas dan sorot mata yang tajam, serta punggungnya yang lebar.

Mereka berdua berdiri mematung sambil saling menatap cukup lama.

"Kau... wanita malam itu...," ucap Lelaki dengan raut wajah terkejut.

Azelyn melebarkan matanya, ia sekarang ingat bahwa lelaki di hadapannya ini adalah lelaki yang tidur dengannya pada malam kejadian saat Laura menjebaknya.

"Kau kan-"

"Aku akan membayarmu dua kali lipat. Malam ini, tidurlah denganku lagi," potong Lelaki itu sambil menarik tubuh Azelyn lebih mendekat padanya.

"Apa?!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Susilawati Sufyandin
sngt menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status