Memiliki wajah yang cantik tentu akan membuat bangga bagi setiap wanita, tapi tidak bagi Lasmini. Baginya, Kecantikan yang dia miliki justru membuat dia kesulitan bahkan membawa dia pada kehancuran. Diusianya yang masih sangat muda, dia sudah merasakan pahitnya hidup karena ulah kekasihnya yang tidak bertanggung jawab. Akankah Lasmini menemukan cinta sejatinya dan hidup berbahagia? Untuk mengetahui cerita selengkapnya, yuk ikuti kisah ini! Follow ig :@setiawati_yetti
View MorePagi itu Desa Sukorejo kedatangan para mahasiswa dari kota untuk melakukan KKN di desa itu selama enam bulan.
Mereka di tempatkan di rumah penduduk yang di tunjuk oleh Kepala Desa. Mereka selama berada di desa itu, hidup membaur dengan warga desa setempat untuk dapat beradaptasi sehingga bisa melaksanakan program KKN mereka dengan baik.
Ario Saputra salah seorang dari rombongan mahasiswa tersebut, di tempatkan di salah satu rumah penduduk yang bernama Ibu Sulastri, yang memiliki seorang anak gadis yang cantik bernama Lasmini.
Lasmini seorang gadis berusia 17 tahun dan saat ini duduk di bangku SMA kelas 12. Dia gadis yang sangat cantik bahkan bisa di bilang paling cantik di desa itu. Dia memiliki hidung mancung, alis tebal dan bibir merah alami serta kulit yang putih bersih, begitu juga dengan tubuhnya, dia memiliki bentuk tubuh yang proporsional sehingga banyak pria menginginkan dirinya.
Dan saat ini dia sangat senang ada mahasiswa yang tinggal di rumahnya sehingga dia bisa berkonsultasi pelajaran sekolah. Hubungan Ario dan Lasmini seperti kakak dan adik karena usia mereka terpaut lima tahun. Ario dengan senang hati mengajari Lasmini memecahkan soal-soal sekolah yang kurang dia mengerti. Semakin lama hubungan mereka semakin akrab dan itu tidak lepas dari pengamatan Sulastri.
“Mini kamu jangan terlalu dekat dengan nak Ario, ya.” Sulastri menegur anaknya suatu malam di kamarnya.
“Kenapa, Bu? Mas Ario baik kok dia suka mengajarkan aku kalau ada soal-soal sekolah yang tidak aku mengerti,” ucap Lasmini.
“Tapi banyak perbedaan antara kita sama dia nak." ucap Sulastri tetap keukeuh pada pendiriannya.
Lasmini terdiam tidak bisa berkata apa-apa lagi kalau ibunya sudah bicara mengenai status sosial mereka.
“Terus aku harus bagaimana, Bu? masak aku harus diam dan menghindari Mas Ario sedangkan dia tinggal di rumah kita.” ucap Lasmini sambil mengerucutkan bibirnya.
“Ya tidak harus diam juga tapi kamu harus membatasi diri jangan terlalu dekat sama dia, mengerti!” tegas sulastri menekankan pada anaknya.
Lasmini menganggukkan kepalanya.
Sementara itu di ruangan lain, Ario tidak bisa memejamkan matanya walaupun dia sudah berusaha tapi tetap saja bayangan Lasmini yang ada di pikirannya, yang membuat dia kesulitan untuk tidur.
Dia teringat saat siang tadi dia ada di Balai Desa dan dia melihat Lasmini pulang sekolah berjalan perlahan, dia mengenakan seragam sekolah yang sedikit sempit sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya yang indah dan seketika Ario menelan salivanya melihat pemandangan indah yang ada di depan mata.
Dia ingin berusaha mengenal lebih jauh lagi dengan gadis itu yang sejak awal pertemuan mereka, sosoknya telah mengganggu pikirannya. Baru sekitar pukul satu dini hari Ario dapat memejamkan matanya.
***
Keesokan paginya, saat akan berangkat sekolah Lasmini belum melihat Ario keluar kamarnya sehingga dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar laki-laki itu.
Tok…tok…tok.
Karena tidak ada jawaban, Lasmini memberanikan diri membuka pintu kamar pemuda itu dan benar saja kalau saat ini Ario masih tertidur pulas di ranjangnya.
Lasmini membuka jendela kamar dengan harapan sinar matahari dapat membangunkan Ario dari tidurnya.
Dan benar saja saat sinar matahari menerobos masuk dari celah jendela, Ario membuka matanya saat sinar terang itu menerpa wajahnya.
“Selamat pagi, Mas.” Sapa Lasmini ramah.
“ Eh Mini, selamat pagi maaf aku kesiangan.” sahut Ario gugup karena gadis yang membuat dia tidak bisa tidur semalam pagi ini ada di depannya.
“Mas, ibu sudah siapkan sarapan, kalau mas Ario mau sarapan bisa langsung ambil makanan di meja ya, aku mau berangkat sekolah.” kata Lasmini sambil melangkahkan kakinya keluar kamar itu.
“Bareng saja berangkatnya aku juga mau ke Balai Desa pagi ini.” ujar Ario berusaha menahan Lasmini agar jangan pergi dulu.
“Tapi kalau menunggu Mas Ario nanti aku kesiangan dan terlambat sampai sekolah. Aku duluan saja ya, Mas.” ucap Lasmini sambil berlalu dari hadapan Ario.
Sebenarnya Lasmini bisa saja menunggu Ario untuk berangkat bersama karena jalan ke Balai Desa dan sekolahnya searah dan waktu masuk sekolah masih sekitar empat puluh menit lagi, tapi karena ibunya meminta dia untuk tidak terlalu dekat dengan Ario maka dia beralasan kalau dia sudah kesiangan.
Ario menatap punggung gadis itu tanpa semangat karena dia berharap bisa berjalan berdua dengan Lasmini pagi ini tapi ternyata harapan itu tidak kesampaian.
Lasmini pun merasakan hal yang sama dengan Ario, dia menundukkan kepala untuk menutupi kesedihannya karena dia di suruh ibunya untuk tidak terlalu dekat dengan Ario sehingga dia menghindari ajakan pemuda itu.
“Kok jalannya menunduk saja sih.” tegur seseorang tiba-tiba yang membuat Lasmini seketika mendongak.
“Eh, Mas Parman.” sahut Lasmini tersenyum menanggapi sapaan Suparman anak Kepala Desa.
“Mau berangkat sekolah? Yuk aku antar!” tawar Suparman.
“Terima kasih Mas sudah dekat kok.” sahut Lasmini mempercepat langkahnya.
‘Kenapa kamu susah sekali aku dekati Lasmini?’ batin Suparman.
Suparman putra Kepala Desa sejak setahun lalu jatuh cinta pada Lasmini, tetapi Lasmini tidak menanggapi karena Suparman sudah memiliki seorang istri. Walaupun sudah memiliki istri, Suparman masih suka mendekati perempuan lain di Desa itu sehingga membuat Lasmini takut di dekati olehnya.
***
Siang itu setelah para mahasiswa memberikan penyuluhan kepada warga desa, Bima sang ketua kelompok KKN mengumpulkan teman-temannya.
“Teman-teman hari ini saya sudah mendapat rumah kontrakan untuk kita jadikan tempat tinggal selama kita di sini, Letaknya tiga rumah dari Balai Desa sehingga akan memudahkan kita untuk kerja kelompok daripada kita tinggal terpisah, dan kita bisa mulai menempati rumah itu sore ini juga.” ucapnya sambil menatap temannya satu per satu.
“Apa ada yang ingin di tanyakan?” tanyanya kemudian setelah teman-temannya diam saja.
“ Tidak Bim, sudah cukup jelas jadi nanti aku akan pamit pada Bu Sulastri.” ucap Ario mewakili teman-temannya.
“Ok, kalau begitu kita pulang sekarang sekaligus kita pamit pada tuan rumah tempat kita tinggal selama ini, lalu kita bertemu di rumah kontrakan kita, ya.” ucap Bima yang diangguki oleh teman-temannya.
Sesampainya di rumah Sulastri, Ario langsung membenahi pakaiannya dan pamit untuk pindah dari rumah itu.
“Bu Sulastri, terima kasih banyak sudah bersedia menampung saya selama beberapa minggu di sini. Dan hari ini saya akan pindah ke rumah kontrakan bersama teman-teman saya agar bisa mempermudah kami untuk kerja sama melakukan KKN di sini.” Ucap Ario yang kemudian memberikan amplop berisi sejumlah uang kepada Sulastri.
“Nak Ario apa ini?” tanya Sulastri.
“Ini ada sejumlah uang untuk Ibu sebagai ganti biaya selama saya tinggal di sini. Mungkin uang ini tidak bisa membayar apa yang sudah ibu berikan pada saya dengan tulus, tapi saya mohon ibu terima uang ini, ya.” Ujar Ario meraih tangan Sulastri untuk menyerahkan amplop itu.
“Terima kasih banyak nak, sebenarnya tidak usah di bayar juga tidak apa-apa, ibu ikhlas.” Ucap Sulastri terharu.
“Saya juga ikhlas kok memberikan amplop ini untuk Ibu.” Balas Ario sambil tersenyum.
Lasmini yang mengetahui kalau Ario akan pindah sore ini merasa sedih dan tiba-tiba hatinya merasa kehilangan.
Setelah acara makan malam, para tamu undangan memberikan selamat kepada pasangan suami istri yang tengah berbahagia itu. “Selamat atas hari jadi pernikahannya Pak Ario, Bu Lasmini,” ucap salah seorang pria yang datang bersama istrinya . “Terima kasih atas kedatangannya di acara kami ini, Pak, Bu,” sahut Ario pada pasangan suami istri yang merupakan rekan bisnisnya. Setelah para tamu undangan mengucapkan selamat padanya dan juga istrinya secara bergantian, kini giliran Ario dan Lasmini mengucapkan sepatah dua kata di acara tersebut. “Terima kasih untuk para tamu undangan yang telah bersedia hadir di acara kami. Hari ini, satu tahun yang lalu saya telah membuat keputusan paling penting dalam hidup saya. Saya telah berjanji dengan wanita yang ada di sebelah saya ini, untuk selalu berjalan bersama di hari-hari yang terbentang di depan. Dan wanita yang ada di sebelah saya ini juga telah memberikan saya kebahagiaan. Membuat hidup saya menjadi berwarna dan dia juga telah memberikan saya d
Lima bulan kemudian.Lasmini bingung saat bangun tidur, dia tidak mendapati Ario ada di sampingnya. Biasanya suaminya itu masih tertidur pulas di jam seperti ini. Lasmini melihat waktu menunjukkan pukul lima pagi. Dia bangkit dari tidurnya dan melangkah ke arah kamar bayi yang ada di sebelah kamarnya. Dia tersenyum saat melihat Anisa masih tertidur pulas. Lasmini lalu berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan menunaikan sholat subuh.Selesai menunaikan sholat subuh, Lasmini berjalan keluar kamar. Dia berencana untuk mencari keberadaan suaminya pagi ini.“Apa Mas Ario sedang olahraga? mungkin dia sedang lari pagi di luar rumah. Aku buatkan dia kopi saja kalau begitu. Jadi saat dia pulang, Mas Ario bisa langsung minum kopinya,” gumam Lasmini bermonolog.Lasmini melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur. Di sana dia melihat asisten rumah tangganya tengah sibuk menyiapkan sarapan.
Tiga bulan kemudian.Lasmini melihat penunjuk waktu di dinding dengan perasaan kesal yang menyelimuti dirinya. Sudah jam sembilan malam tetapi Ario dan Bima belum tampak juga batang hidungnya di rumah. Saat ini Bima seharusnya sudah bersiap untuk tidur, tetapi Ario yang membawa anak sulungnya itu pergi dari tadi sore belum kembali ke rumah.Lasmini menyesal menuruti perintah Ario agar tetap berada di rumah menjaga Anisa. Ario meminta Lasmini untuk tidak ikut serta dengan mereka, karena Anisa yang rewel sepanjang sore hari tadi. Waktu terus berjalan dan Lasmini sudah bolak-balik melihat ke luar rumah tapi tidak ada tanda-tanda mereka akan datang.Dia mencoba menelepon suaminya itu untuk mengetahui keberadaan mereka saat ini. Namun, Ario sama sekali tidak mengangkat teleponnya, bahkan pesan yang dia kirim hanya dibaca saja.‘Kenapa aku telepon tidak dia angkat, ya? kemana sih mereka sampai sekarang belum pulang? awas saja nanti kalau sudah sampai di r
“Mimpi kalau aku tidak disayang lagi sama Bunda dan Ayah. Aku duduk sendiri. Ayah sama Bunda mencium Dedek Nisa.” Bima kemudian menangis kala dia mengingat mimpinya itu.Lasmini tersenyum mendengar ucapan anak sulungnya itu. Dia lalu memeluk tubuh bocah itu seraya berkata, “Itu hanya mimpi, sayang. Jangan diambil hati. Bunda sama Ayah tetap sayang sama Bima, kok, walaupun sudah ada Dedek Nisa.” Lasmini lalu mencium pipi gembil Bima dengan penuh kasih sayang.Namun, tiba-tiba saja Bima menarik wajahnya dari wajah ibunya seraya berkata, “Beneran kalau Bunda tetep sayang sama aku?” tanya Bima dengan suara perlahan menatap Lasmini lekat.Lasmini kembali tertawa dan mencolek hidung mancung anaknya. “Benar dong sayang. Masak Bunda bohong.”Lasmini lalu mencium pipi anaknya gemas. Bima rupanya merasa lega dengan jawaban ibunya. Dia terkekeh kala ibunya terus mencium wajahnya. Hingga suara tangisan Anisa menghentika
“Sayang, sudah siap belum?” tanya Ario sambil mengetuk pintu kamar mandi. Istrinya tadi pamit padanya hendak ke kamar mandi sebentar sebelum mereka mulai ‘olahraga malam’ yang sudah ditunggu oleh Ario selama dua bulan.“Sebentar, Mas. Tunggu saja di tempat tidur, nanti juga aku keluar!” jawab Lasmini dari dalam kamar mandi. Ario kemudian kembali melangkah ke arah tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar.Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Lasmini yang memakai lingerie merah. Dia berjalan perlahan mendekati suaminya yang sudah siap di atas tempat tidur. Lasmini tersenyum menggoda ke arah suaminya yang kini menatap ke arahnya dengan tatapan takjub dan tanpa berkedip sedikitpun.“Jadi ini yang membuat kamu lama di kamar mandi, hm. Dan ini lingerie merah kapan belinya?” tanya Ario mulai menggoda
“Mini, ganti baju kamu!” ujar Ario saat akan mengantar istrinya ke rumah sakit, dengan tujuan ke dokter anak karena bayinya akan melakukan imunisasi tahap awal.“Kenapa memangnya, Mas. Sepertinya baju yang aku kenakan ini sopan.” Lasmini memindai lagi pakaian yang dia kenakan hari ini. Dan dia tidak menemukan ada yang salah pada pakaiannya itu.“Itu pakaiannya menggoda iman, sayang. Aku saja tergoda apalagi orang lain. Dan aku tidak mau kalau dokter anak itu menjadi sainganku,” sungut Ario yang mulai dengan mode sebagai suami posesif.Lasmini merotasi matanya dengan malas. Dia melepas pakaiannya di depan suaminya, yang seketika membuat Ario menelan saliva, saat melihat tubuh istrinya yang semakin menggoda setelah melahirkan anaknya. Lasmini kemudian mengenakan pakaian lainnya dan memperlihatkan penampilannya kini di depan Ario untuk meminta pendapat suaminya itu.“Ba
Keesokan Harinya, Nuni datang ke kamar rawat inap Lasmini dengan senyum sumringah terbit dari bibirnya. Dia langsung membuka pintu ruang rawat inap itu. Senyumnya semakin merekah kala melihat cucunya saat ini tengah tertidur di box bayi.“Cucuku cantik sekali. Sayang sedang tidur, padahal Ibu mau menggendong dia,” ucap Nuni kala dia sudah memasuki ruang rawat inap itu dan menatap cucunya di pinggir box bayi.“Iya, Bu. Nisa baru saja selesai menyusu. Dan seperti biasanya kalau habis menyusu dia pasti tertidur.” Lasmini berkata sambil tersenyum menatap wajah ibu mertuanya.Di saat bersamaan, pintu kamar rawat Lasmini terbuka. Menampilkan sosok Aisyah dan Wahyu di ambang pintu.“Kamu sudah sampai dulu rupanya Nun. Arief mana? kamu datang sendiri kemari?” tanya Aisyah yang melangkah ke arah Lasmini. Dia lalu mengecup pipi anaknya lembut.“Mas Arief sedang main golf. Katanya, nanti langsung kemari setelah acara
“Sabar, Bu. Ini sedang kami diskusikan. Nanti kalau sudah dapat pasti akan kami beritahu,” ucap Ario.“Jangan lama-lama memberi namanya! masak nanti kalau ada yang menjenguk tidak bisa memanggil namanya. Coba sekarang kamu arahkan kamera ke wajah cucu Ibu. Ibu sepertinya Ke rumah sakitnya besok pagi. Makanya sekarang Ibu mau melihat dulu cucunya,” cetus Nuni.Ario lalu mengarahkan telepon genggamnya ke arah bayi mungil nan cantik. Nuni memekik takjub kala melihat cucu keduanya itu sudah terlihat cantik saat ini.“Cantik sekali cucu Eyang. Jadi tidak sabar untuk segera ke sana. Ario, Mini, Bagaimana kalau Ibu yang memberi nama untuk cucu Ibu yang cantik ini?” tanya Nuni.“Boleh, Bu,” sahut Ario dan Lasmini bersamaan.Nuni terdiam sesaat. Dia tersenyum sumringah sebelum akhirnya berkata, “Bagaimana kalau Anisa Muliawati? kalian
Dua bulan kemudian....Lasmini tersenyum melihat kamar bayi yang warnanya sangat ‘girly’ dan indah dilihat. Lasmini berjalan mengelilingi kamar bayi yang didominasi warna pink. Lasmini semenjak tahu bayinya berjenis kelamin perempuan, langsung berbelanja perlengkapan bayi untuk bayi perempuan. Di saat dia tengah berkeliling kamar bayi, tiba-tiba saja Lasmini meringis sambil memegang perutnya. Dia lalu duduk di tepi tempat tidur. Dia sudah mulai terbiasa dengan kontraksi dini yang kadang timbul secara tiba-tiba dan menghilang setelah beberapa menit. Namun kali ini yang dia rasakan sama sekali beda dengan yang biasanya. Kali ini rasanya lebih sakit dan terasa terus-menerus sakitnya.“Mini! kamu kenapa?” tanya Ario saat dia memasuki kamar bayi.“Perut-ku mulas, Mas. Aku merasa ada sesuatu yang mendorong ke bawah,” ucap Lasmini melirih.“Hah! jangan-jangan ka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments