Beranda / Romansa / Kembang Desa / Kabar Dari Keluarga Ario

Share

Kabar Dari Keluarga Ario

Sementara itu dirumahnya, Sulastri tampak cemas mencari Lasmini yang tadi duduk di teras rumah tapi tiba-tiba tidak ada sedangkan hari sudah semakin sore.

Setelah dia mencari ke beberapa tetangga, akhirnya dari kejauhan tampak Lasmini datang bersama sosok yang sudah dia kenal, Ario.

 “Kalian darimana saja? tidak tahu apa kalau ini sudah sore?” tanya Sulastri dengan tatapan tajam pada keduanya.

Lasmini menatap wajah ibunya dengan takut, sedangkan Ario bersikap tenang menghadapi Sulastri yang sepertinya akan meluapkan kemarahannya sekarang.

“Bisa kita bicara di dalam, Bu?” tanya Ario.

Sulastri menganggukkan kepala sambil mempersilahkan Ario masuk ke dalam rumahnya.

Setelah mereka duduk, Ario berniat akan mengutarakan maksud hatinya akan tetapi dering telepon genggamnya seketika membuatnya mengalihkan perhatian, lalu dia minta ijin sebentar pada Sulastri untuk menerima telepon yang ternyata dari Ibunya.

“Halo, ada apa, Bu?” tanya Ario.

“...”

“Apa! Baik Bu aku akan pulang sekarang juga.” Ucap Ario yang kemudian menutup teleponnya.

Ario kembali duduk dihadapan Lasmini dan Sulastri, tapi kali ini dia meminta ijin untuk pergi.

“Bu Sulastri, maaf pembicaraan kita mungkin akan kita lanjutkan lagi dikemudian hari karena hari ini saya akan kembali ke kota, kakek saya meninggal sore tadi.” Ucap Ario dengan tatapan memohon pengertian dari Sulastri.

“Innalillahi wa Innailaihi Rojiun.” ucap Sulastri dan Lasmini bersamaan.

“Tidak apa-apa nak, kita bisa melanjutkan pembicaraan kita nanti. Sekarang cepat lah kembali ke rumah keluargamu menunggumu.” ucap Sulastri tersenyum bijak.

“Terima kasih bu atas pengertiannya, saya pamit dulu.” Ucap Ario yang langsung berdiri dan berjalan keluar rumah di ikuti oleh Lasmini.

“Tunggu ya! Mas akan segera kembali.” Ucap Ario sambil menggenggam erat tangan Lasmini.

“Janji ya, Mas.” Sahut Lasmini penuh harap.

“Iya aku janji.” Ucap Ario yang setelah mengucapkan itu segera berlalu dari hadapan Lasmini.

Sesampainya di rumah kontrakan para mahasiswa, Ario segera menyiapkan keperluannya untuk pulang malam itu juga.

***

Setibanya di rumah, Ario mendapati seluruh keluarganya sudah berkumpul disana. Ibunya segera menghampirinya untuk mengajaknya masuk dan menyuruhnya membersihkan diri sebelum bergabung bersama keluarga lainnya untuk melantunkan doa bagi sang kakek.

Esok harinya setelah pemakaman kakeknya, Ario diajak kedua orangtuanya untuk berbicara di ruang keluarga.

Ario bertanya-tanya dalam hati mengenai maksud kedua orangtuanya itu, karena tidak biasanya mereka bersikap seperti ini.

“Duduk nak, kami akan bicara sesuatu yang penting sama kamu.” Ucap Ibunya sambil menepuk sofa disampingnya.

Ario menuruti apa kata ibunya itu.

“Begini Ario, Ayah dan Ibu hendak menyampaikan apa yang di pesankan oleh kakek kamu terakhir kali sebelum beliau meninggal.” ucap ayahnya setelah Ario duduk.

“Iya Ayah, aku akan dengarkan.” Ucap Ario serius.

“Kakekmu berpesan pada kami, kalau kamu akan dinikahkan dengan Rosalia, cucu dari sahabatnya.” Ucap ayahnya mantap.

“Dan kami menyetujuinya, nak,” sahut ibunya kemudian.

Ario terkejut mendengarnya, dia seketika teringat pada Lasmini yang sedang menunggunya di desa.

“Tidak bisa begitu dong, ini kan hidupku masak di atur-atur seperti ini, aku akan menikah dengan orang yang aku cintai,” tolak Ario.

“Ario dengar dulu, kami dulu juga menikah tanpa cinta tapi kami bisa saling mencintai setelah kami menjalani hidup berumah tangga. Dan kamu lihat sendiri kan kalau kehidupan rumah tangga orangtua kamu ini harmonis sampai saat ini.” Ucap ayahnya panjang lebar.

“Iya, nak, lagipula kakekmu itu tidak akan menjerumuskan kamu, kan kamu cucu kesayangannya,” sahut ibunya.

“Rosalia anak yang baik, Ayah yakin kamu akan bahagia menikah dengannya nanti.” Ayahnya meyakinkan Ario.

“Bukan masalah baik atau tidak baik Ayah, tapi aku sudah punya kekasih,” jelas Ario.

“Kan baru kekasih, bisa kamu putuskan dia. Lagipula banyak juga kalau pacaran tidak sampai menikah kok,” sanggah ayahnya.

Ario memejamkan matanya, memikirkan bagaimana caranya untuk menolak perjodohan ini karena sepertinya orangtuanya tidak terima sanggahan Ario.

“Kami berencana akan menikahkan kamu dengan Rosalia dua bulan lagi, minggu depan kita  akan ke rumah Rosalia untuk melamarnya!” tegas ayahnya.

Ario membelalakkan matanya,”apa!”

“Iya, nak, kami sudah sepakat sebelum kakekmu menutup mata,” sahut ibunya lagi.

Ario terdiam seribu bahasa, tangannya terkepal menahan amarah yang mulai menyelimutinya. Dia bingung bagaimana menyampaikan hal ini pada Sulastri dan Lasmini, bukan dia tidak ingin bertanggung jawab atas perbuatannya, tapi keluarganya sudah memutuskan dan mengatur semua tanpa sepengetahuan dirinya.

“Tapi aku belum lulus kuliah.” Ucap Ario masih berusaha bernegosiasi pada orangtuanya.

“Tidak masalah, Rosalia juga masih kuliah kok, lagipula kamu kan tinggal skripsi saja sebentar lagi juga selesai.” ucap ibunya yang diangguki oleh ayahnya.

Ario menghela napas panjang karena segala upayanya untuk mencoba menolak perjodohan itu tidak membuahkan hasil. Sekarang dia menyesal karena akibat dari nafsunya telah membuat masa depan Lasmini hancur.

***

Satu minggu kemudian.

Sudah seminggu lamanya Lasmini menunggu kedatangan Ario, tapi sampai hari ini Ario tidak kunjung datang bahkan sampai para mahasiswa sudah kembali lagi ke kota karena KKN mereka sudah selesai.

Kegiatan Lasmini sekarang hanya lah duduk diteras rumahnya apabila pekerjaan rumah sudah selesai dia kerjakan.

Begitu juga saat pulang sekolah, dia selalu menyempatkan diri untuk duduk dahulu di teras rumahnya barangkali Ario akan datang saat itu juga.

Semua yang dilakukan Lasmini tak lepas dari pengamatan Sulastri yang mulai menerka-nerka tentang hubungan anaknya dan Ario.

“Kamu menunggu Ario?” tanya Sulastri yang tiba-tiba ada dibelakang Lasmini.

“I-iya, Bu.” Sahut Lasmini tergagap.

“Sudahlah tidak usah ditunggu kalau dia niat datang nanti juga datang, memangnya hubungan kamu sama Ario bagaimana sih? Kok sampai kamu begitu berharap dia akan datang?” tanya Sulastri tepat sasaran.

Awalnya Lasmini ragu akan menjawab pertanyaan ibunya, tapi sepertinya rasa yang saat ini ada di hatinya tidak bisa dia tutupi lagi.

“Aku dan Mas Ario mempunyai hubungan khusus Bu, lebih dari sekedar teman,” jawab Lasmini.

“Sejauh mana?” tanya Sulastri mulai curiga karena gelagat Lasmini yang takut kehilangan Ario.

“Sudah cukup jauh, Bu.” Ucap Lasmini sambil menangis dan memeluk ibunya.

Sulastri yang paham akan ucapan anaknya pun hanya bisa terdiam. Dia ingin marah tapi percuma semua sudah terjadi, walaupun dia marah Ario juga tidak ada disini dan itu tidak akan mengembalikan kondisi anaknya seperti semula. Mereka hanya bisa menangis bersama dan pasrah akan nasib yang akan Lasmini alami seandainya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada diri Lasmini.

“Sekarang kamu fokus belajar saja biar dapat menyelesaikan sekolah dengan baik, soal Ario akan datang atau tidak kita serahkan pada yang Kuasa, seandainya dia jodoh kamu maka dia akan datang dan mempertanggung jawabkan perbuatannya.” Ucap Sulastri sambil membawa anaknya masuk ke dalam rumah.

Kini baik Lasmini maupun Sulastri, hanya bisa berharap Ario akan datang dan sesuai dengan janjinya pada Lasmini, akan bertanggung jawab atas perbuatannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status