Lasmini mengikuti langkah gurunya yang membawa dia ke ruang guru untuk dimintai keterangan akibat ulahnya yang dinilai tidak sopan.
“Bu Nita, saya mohon maaf kalau perbuatan saya tadi tidak sopan. Saya menyesal bu, mohon maafkan saya.” Ucap Lasmini dengan wajah sendu.
“Kamu sudah bukan anak kecil lagi, Lasmini, tentunya kamu sudah tahu mana yang baik dan mana yang tidak. Jadi tidak sepantasnya kamu berbuat seperti tadi terhadap guru kamu. Dan lagi saya sebenarnya ingin menanyakan sesuatu sama kamu.” Bu Nita diam sejenak untuk mencari kata-kata yang tepat untuk dia ajukan kepada Lasmini.
“Ada apa, Bu?” tanya Lasmini takut.
“Saya perhatikan ada perubahan pada diri kamu, lebih tepatnya pada tubuh kamu.” Ucap Bu Nita sambil memperhatikan Lasmini dengan seksama.
‘Ya Tuhan, tolong aku’ ucap Lasmini dalam hati.
“Ma-maksud Ibu, ba-bagaimana?” tanya Lasmini ketakutan karena sepertinya gurunya itu curiga padanya.
“Apa kamu sedang hamil?” tanya Bu Nita dengan berbisik agar tidak ada yang mendengar ucapannya.
Lasmini seketika menangis karena gurunya itu sudah mengetahui tentang kehamilannya dan dia merasa dunia seakan runtuh dan dia tertimbun didalamnya.
“Sudah hapus air mata kamu! kita ke ruangan lain agar tidak ada yang mendengar pembicaraan kita.” Ucap Bu Nita kemudian berdiri sambil menggandeng tangan Lasmini.
Lasmini ikut berdiri sambil menghapus air matanya yang menetes di pipi.
Mereka berjalan beriringan menuju salah satu ruangan yang kosong. Bu Nita kemudian memilih kursi yang terletak di pojok ruangan agar nantinya pembicaraan mereka tidak terdengar oleh orang lain.
“Sekarang kamu ceritakan dengan jujur jangan ada yang ditutupi!” tegas Bu Nita.
Lasmini kemudian dengan takut-takut menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Mulai dari Ario yang tidak bertanggung jawab akan perbuatan yang diperbuat pada dirinya, sampai usaha dia dan keluarganya menutupi kehamilannya demi dia bisa tetap sekolah dan lulus dengan baik.
Bu Nita merasa terharu mendengar cerita anak muridnya itu yang tetap memiliki tekad yang tinggi agar tetap bersekolah walaupun sedang hamil.
“Baiklah, Ibu akan rahasiakan tentang kehamilan kamu karena sayang juga kalau sampai kamu dikeluarkan dari sekolah sedangkan ujian sekolah tinggal dua minggu lagi. Sekarang kamu belajar yang serius agar bisa lulus dengan nilai yang bagus sehingga nanti bisa bekerja untuk membiayai anak kamu. Dan pesan Ibu, hati-hati kalau berjalan jangan ceroboh seperti tadi karena kehamilan kamu masih muda dan rentan dari segala goncangan, ya.” Ucap Bu Nita sambil mengelus rambut Lasmini dengan sayang.
“Terima kasih banyak, Bu Nita.” Ucap Lasmini sambil terisak haru dan mencium punggung tangan gurunya yang kini tengah tersenyum dan menganggukkan kepalanya memberikan semangat untuk Lasmini.
“Iya, sekarang kamu bisa pulang dan sekali lagi pesan Ibu, agar kamu berhati-hati dalam bertindak jangan sampai ada yang tahu kamu sedang hamil. Karena sayang waktu tinggal dua minggu lagi jangan sampai terbuang percuma.” Pesan Bu Nita lagi yang kemudian merangkul pundak Lasmini dan mengajaknya keluar ruangan.
Mereka kemudian berpisah setelah sampai luar ruangan. Bu Nita kembali ke ruang guru sedangkan Lasmini melangkah ke arah pintu gerbang sekolah.
Lasmini melihat ibunya sudah berdiri di depan pintu gerbang sekolah untuk menjemputnya pulang.
***
“Mini, kenapa tadi kamu lama keluarnya?” tanya Sulastri setelah mereka sampai di rumah.
“Tadi aku dipanggil oleh Bu Nita, Bu.” Jawab Lasmini sambil melepas seragam sekolahnya.
“Ada apa? Apa kamu punya masalah di sekolah?” tanya Sulastri penasaran.
“Tidak, Bu. Tadi itu aku dipanggil oleh Bu Nita karena beliau sudah curiga kalau aku sedang hamil dan minta supaya aku cerita dengan jujur. Aku ceritakan semuanya tanpa aku kurangi dan lebihkan, aku semula takut kalau Bu Nita akan melaporkan aku dan aku dikeluarkan dari sekolah, tapi ternyata Bu Nita justru kasihan sama aku dan dia akan merahasiakan kehamilan aku ini.” Jelas Lasmini sambil tersenyum kearah ibunya yang wajahnya seketika pucat pasi.
“Kenapa wajah Ibu pucat? Aku tidak apa-apa kok, justru Bu Nita kasih aku semangat supaya aku rajin belajar karena ujian dua minggu lagi.” Ucap Lasmini sambil memeluk ibunya.
“Apa guru kamu itu bisa dipercaya, Mini?” tanya Sulastri masih kurang yakin.
“Bisa kok, Bu.” Ujar Lasmini sambil membelai pipi ibunya dan mencium pipi kanan dan kirinya.
“Yakin?” tanya Sulastri dengan bibir yang bergetar karena takut anaknya kena sanksi dan dikeluarkan dari sekolah padahal ujian sekolah sudah didepan mata.
“Yakin, Bu. Tenang saja Bu Nita bisa dipercaya kok, dia sudah janji akan merahasiakan kehamilan aku ini dan memberi nasehat supaya aku jaga kondisi kehamilan aku, jangan sampai ceroboh yang bisa membahayakan aku dan bayiku.” Jelas Lasmini meyakinkan ibunya.
“Syukur kalau begitu, ibu jadi lega sekarang.” ucap Sulastri akhirnya dapat tersenyum kembali.
***
Dua minggu kemudian.
Hari yang dinanti oleh Lasmini dan teman-temannya akhirnya tiba.
Mereka kini bersiap diri untuk melakukan ujian sekolah yang akan menentukan nasib mereka kedepannya, apakah akan lulus dengan nilai baik atau harus mengulang satu tahun lagi untuk dapat lulus dari sekolah itu.
“Siap untuk ujian, Lasmini?” tanya Bu Nita yang berdiri dihadapannya sambil tersenyum.
“Siap, Bu, semoga hasilnya sesuai dengan yang saya harapkan.” Sahut Lasmini dengan senyuman manisnya.
“Syukurlah kalau begitu, Ibu ikut senang semoga sukses, ya.” ucap Bu Nita memberikan semangat.
Setelah berkata, Bu Nita berlalu karena ujian akan segera dimulai. Lasmini dan teman-temannya melangkah kearah meja yang sudah ditentukan oleh pihak sekolah.
Lasmini segera berdoa agar diberikan kelancaran oleh Tuhan dalam mengerjakan soal-soal ujian. Dia mengerjakan soal-soal ujian dengan teliti dan menjawab sesuai dengan yang dia pelajari sebelumnya.
Akhirnya dia dapat mengerjakan semua soal ujian tanpa satu pun yang terlewat, dan mengenai hasilnya dia pasrahkan seperti apa nantinya yang terpenting dia sudah belajar dengan giat agar sukses mengerjakan soal-soal ujian tersebut.
***
Tiga minggu kemudian.
Lasmini dengan khidmat mendengarkan pengarahan dari wali kelasnya agar setelah pengumuman kelulusan ini, jangan sampai ada yang melakukan tindakan coret-coret di baju atau di beberapa atribut.
Setelah pengarahan dari wali kelasnya, pengumuman kelulusan pun segera dikeluarkan yang hasilnya semua murid kelas 12 tahun ini lulus dengan nilai yang baik.
Lasmini seketika menangis karena terharu, karena dia bisa lulus dengan nilai yang baik dan kedepannya dia akan mencari pekerjaan agar bisa membantu ibunya dan juga membiayai bayinya kelak.
Lasmini pulang dengan perasaan yang gembira karena apa yang dia perjuangkan selama ini tidak sia-sia. Dia bersenandung selama di perjalanan sampai tidak menyadari kalau ada yang memperhatikannya dari jarak yang tidak terlalu jauh.
“Mau pulang, Mini? Aku antar, ya!” sahut seseorang mengagetkan Lasmini.
Lasmini menengok ke arah sumber suara, dan dia sangat terkejut saat melihat orang yang sudah memanggilnya. Jantungnya berdegub kencang karena Suparman, orang yang sangat ingin dia hindari sudah ada di belakangnya. “Terima kasih, Mas Parman, tapi saya biasa pulang di jemput oleh ibu. Kini ibu sedang dalam perjalanan menuju kemari,” sahut Lasmini beralasan agar Suparman mengurungkan niatnya untuk mengantar pulang. Dia tidak ingin orang desa tempat dia dulu tinggal mengetahui tempat tinggalnya yang baru sehingga mereka mengetahui kehamilannya. “Kamu kenapa tiba-tiba pindah rumah? Aku cari kamu lho selama ini, kangen aku tidak melihat kamu, Mini.” Suparman dengan senyuman penuh arti berusaha untuk merayu Lasmini. Lasmini merasa takut dan gugup saat Suparman sudah turun dari motornya dan melangkah menghampirinya. Dia mundur dua langkah berusaha menjauhi pria beristri itu. “Mini, maaf Ibu terlambat datang!” seru Sulastri yang tiba-tiba datang dan segera men
Enam bulan kemudian."Mini, ini ada lowongan pekerjaan di pabrik gula sebagai administrasi. Kalau kamu sudah siap bekerja coba melamar pekerjaan di situ," ucap pamannya ketika mengunjungi rumahnya."Iya Paman, aku siap. Aku sudah mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan," sahut Lasmini dengan senyum sumringah."Baik kalau begitu besok kamu Paman antar kesana untuk melakukan wawancara, karena mereka memang lagi butuh karyawan untuk posisi administrasi ini. Kalau kamu lulus seleksi wawancara ini besok bisa langsung bekerja," ucap pamannya. "Besok Paman datang jam delapan dan itu kamu sudah harus siap agar kita bisa langsung berangkat.""Baik, Paman. Aku janji sebelum Paman datang, aku sudah siap," ucap Lasmini dengan penuh semangat.
Sudah seminggu Lasmini bekerja di pabrik gula sebagai staf administrasi kantor. Dia bekerja dengan tekun dan mudah mengerti apa yang diarahkan oleh Aisyah, sehingga dalam waktu satu minggu Lasmini sudah mahir mengerjakan tugasnya.Aisyah pun senang dan puas dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Lasmini. Dia diam-diam mempunyai rencana untuk menaikkan gaji Lasmini apabila sudah selesai masa percobaan dan diangkat sebagai pegawai tetap di kantor itu.Selain tekun bekerja dan berhasil mengerjakan tugas dengan baik, Lasmini juga seorang wanita yang mudah bergaul sehingga dalam waktu yang relatif singkat sudah memiliki teman di kantor itu. Dari sekian orang di kantor itu, ada seseorang yang diam-diam selalu memperhatikan Lasmini dan mencoba untuk mengenal Lasmini lebih dekat lagi.“Lagi sibuk, Mini?” tanya pemuda itu sambil tersenyum.“Eh, Mas Yudi. Biasa saja sih tidak terlalu sibuk,” sahut Lasmini balas tersenyum ke arah Yudi yang memb
Keesokan harinya, Lasmini berangkat kerja dengan perasaan yang tidak enak. Dia merasa bersalah terhadap Yudi, yang dia tolak keinginannya secara halus yang ingin mampir ke rumah Lasmini.Tatapan Lasmini bertemu dengan tatapan Yudi saat gadis itu tiba di kantor. Lasmini tersenyum ramah dan menganggukkan kepalanya kepada Yudi yang juga tersenyum ramah terhadapnya.“Pagi, Mini!” sapa Yudi yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Meja kerja Lasmini.“Pagi, Mas Yudi!” balas Lasmini sambil menatap Yudi dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia ingin menghindar dari pria ini namun rasanya sulit karena Yudi seperti mengikutinya. Lasmini ingin menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan Yudi. Dia sadar dirinya bukan wanita yang seperti Yudi bayangkan, dia takut kalau Yudi akan kecewa setelah tahu kalau dirinya sudah memiliki seorang anak.“Nanti makan siang bareng yuk, Mini!” ajak Yudi sambil tersenyum ramah dan berharap kalau g
Sudah tujuh bulan Lasmini bekerja di pabrik gula itu sebagai staf administrasi kantor. Dan dia selalu bekerja dengan baik yang membuat Aisyah sebagai pimpinannya sangat puas dengan pekerjaannya yang rapi dan tepat waktu. Karena itu Aisyah berniat untuk mengikutsertakan Lasmini kursus Bahasa Inggris yang diadakan oleh perusahaannya.“Lasmini! Kemari sebentar!” seru Aisyah yang memanggil Lasmini melalui panggilan telepon.Lasmini segera beranjak dari tempat duduknya menuju ke meja kerja Aisyah. Dengan langkah tergesa gadis itu menuju ke meja Aisyah yang sudah menunggunya.“Pagi, Bu.” Lasmini menyapa dengan sopan atasannya setelah dia sampai di meja kerja wanita paruh baya itu.“Begini, kantor ini akan mengadakan kursus Bahasa Inggris bagi karyawannya yang sudah bekerja dengan baik. Dan saya mendaftarkan kamu untuk ikut di kursus itu karena kamu sudah bekerja dengan baik selama ini. Jadi mulai hari senin depan kamu akan mulai ku
Sudah satu bulan Lasmini menggunakan telepon genggam pemberian Aisyah. Dia mulai rajin melihat beberapa lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi yang dia miliki. Sampai pada suatu hari setelah makan siang, Lasmini menghampiri Aisyah yang dia lihat tidak sedang sibuk.“Selamat siang, Bu!” sapa Lasmini sambil membungkuk sopan terhadap Aisyah.“Siang, Mini! ada apa?” tanya Aisyah setelah dia meletakkan telepon genggamnya di atas meja. “Silahkan duduk!” ujarnya dengan ramah.Lasmini segera duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Aisyah. Dia kemudian memperlihatkan telepon genggamnya yang terdapat lowongan pekerjaan di kota.“Saya akan memperlihatkan ini pada Ibu dan saya meminta saran apa menurut Ibu saya bisa mengirimkan lamaran pekerjaan di perusahaan tersebut,” ujar Lasmini sambil menatap Aisyah dengan penuh harap saran dari wanita paruh baya itu.Aisyah memperhatikan lowongan pekerjaan ya
Lasmini pergi ke kota dengan diantar oleh pamannya. Agus dengan setia mengantar Lasmini menuju perusahaan yang akan melakukan tes terhadap keponakannya itu."Paman tunggu di bawah ya, Mini." Agus hanya boleh mengantar Lasmini sampai lobby saja, selebihnya Lasmini naik ke lantai lima dengan diantar oleh salah seorang staf HRD.Lasmini berdoa semoga dirinya bisa di terima bekerja di perusahaan ini.Setelah beberapa jam, Lasmini selesai juga melakukan serangkaian tes. Dia disuruh menunggu untuk mendapatkan hasilnya."Lasmini!" panggil staf HRD itu dengan tersenyum ramah."Iya, Bu." Lasmini berdiri dan berjalan mendekati staf HRD itu.Staf HRD itu mengajak Lasmini untuk
Lasmini berangkat ke kota satu minggu sebelum dia mulai bekerja di kantor yang baru. Dia diantar oleh paman dan bibinya. Dia akhirnya mendapatkan tempat kost tidak jauh dari kantor baru-nya, hanya sekitar beberapa meter saja jaraknya sehingga dia cukup berjalan kaki apabila akan berangkat atau pulang dari kantor. “Terima kasih untuk Paman dan Bibi yang sudah mengantar aku ke sini, aku tidak akan pernah melupakan kebaikan kalian,” ucap Lasmini sambil memeluk bibinya dengan erat. Mereka akan kembali ke desa setelah dilihatnya Lasmini sudah mendapatkan tempat tinggal di lingkungan yang baik. “Kamu sudah kami anggap sebagai anak kandung kami sendiri, Mini. Jadi menjaga kamu merupakan kewajiban kami juga,” ujar Agus sambil menepuk pelan pundak Lasmini. “Iya, Mini. Kamu tidak usah sungkan apabila meminta bantuan dari kami. Kami orangtua kamu juga, ya,” sahut Titik sambil mencium pipi mulus Lasmini bergantian kiri dan kanan. Lasmini menganggukkan kep