Sudah satu bulan Lasmini menggunakan telepon genggam pemberian Aisyah. Dia mulai rajin melihat beberapa lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi yang dia miliki. Sampai pada suatu hari setelah makan siang, Lasmini menghampiri Aisyah yang dia lihat tidak sedang sibuk.
“Selamat siang, Bu!” sapa Lasmini sambil membungkuk sopan terhadap Aisyah.
“Siang, Mini! ada apa?” tanya Aisyah setelah dia meletakkan telepon genggamnya di atas meja. “Silahkan duduk!” ujarnya dengan ramah.
Lasmini segera duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Aisyah. Dia kemudian memperlihatkan telepon genggamnya yang terdapat lowongan pekerjaan di kota.
“Saya akan memperlihatkan ini pada Ibu dan saya meminta saran apa menurut Ibu saya bisa mengirimkan lamaran pekerjaan di perusahaan tersebut,” ujar Lasmini sambil menatap Aisyah dengan penuh harap saran dari wanita paruh baya itu.
Aisyah memperhatikan lowongan pekerjaan ya
Lasmini pergi ke kota dengan diantar oleh pamannya. Agus dengan setia mengantar Lasmini menuju perusahaan yang akan melakukan tes terhadap keponakannya itu."Paman tunggu di bawah ya, Mini." Agus hanya boleh mengantar Lasmini sampai lobby saja, selebihnya Lasmini naik ke lantai lima dengan diantar oleh salah seorang staf HRD.Lasmini berdoa semoga dirinya bisa di terima bekerja di perusahaan ini.Setelah beberapa jam, Lasmini selesai juga melakukan serangkaian tes. Dia disuruh menunggu untuk mendapatkan hasilnya."Lasmini!" panggil staf HRD itu dengan tersenyum ramah."Iya, Bu." Lasmini berdiri dan berjalan mendekati staf HRD itu.Staf HRD itu mengajak Lasmini untuk
Lasmini berangkat ke kota satu minggu sebelum dia mulai bekerja di kantor yang baru. Dia diantar oleh paman dan bibinya. Dia akhirnya mendapatkan tempat kost tidak jauh dari kantor baru-nya, hanya sekitar beberapa meter saja jaraknya sehingga dia cukup berjalan kaki apabila akan berangkat atau pulang dari kantor. “Terima kasih untuk Paman dan Bibi yang sudah mengantar aku ke sini, aku tidak akan pernah melupakan kebaikan kalian,” ucap Lasmini sambil memeluk bibinya dengan erat. Mereka akan kembali ke desa setelah dilihatnya Lasmini sudah mendapatkan tempat tinggal di lingkungan yang baik. “Kamu sudah kami anggap sebagai anak kandung kami sendiri, Mini. Jadi menjaga kamu merupakan kewajiban kami juga,” ujar Agus sambil menepuk pelan pundak Lasmini. “Iya, Mini. Kamu tidak usah sungkan apabila meminta bantuan dari kami. Kami orangtua kamu juga, ya,” sahut Titik sambil mencium pipi mulus Lasmini bergantian kiri dan kanan. Lasmini menganggukkan kep
"Wow! Bagus sekali kamu punya niat untuk sekolah lagi, apalagi kamu akan melanjutkan ke akademi sekretaris. Saya setuju Lasmini, saya dukung rencana kamu itu. Nanti kalau sudah selesai sekolahnya, beritahu saya. Nanti akan saya bantu kamu untuk mendapatkan promosi di perusahaan ini," janji Susan yang membuat Lasmini tersenyum sumringah. Hal itu juga membuat Lasmini lebih bersemangat lagi."Tapi mungkin tidak dalam waktu dekat ini saya akan sekolah lagi, Bu. Karena tabungan saya belum cukup." Lasmini tertunduk menatap meja kerja Susan.Susan menatap Lasmini dengan prihatin. Dia kemudian menepuk pelan pundak Lasmini."Kamu cari sekolahnya dari sekarang, ya. Soal biaya akan ibu bayarkan dulu. Nanti saat kamu sudah dipromosikan dan gaji kamu naik, kamu bisa bayar kembali uang saya. Bagaimana? Kamu setuju?" tanya Susan."I-iya, Bu. Saya setuju. Terima kasih, Bu." Lasmini kemudian menghampiri Susan dan mencium punggung tangan wanita itu."K
Lasmini masih terpaku di tempatnya. Dia bingung harus menjawab apa pada Bayu, atasan barunya. Dia sebenarnya ingin menolak ajakan bos-nya itu, tetapi bingung cara menyampaikannya agar ucapannya tidak menyinggung pria itu.“Lasmini?” tanya Bayu lagi karena Lasmini belum juga menjawab tawarannya untuk makan siang bersama dengannya.“Eh iya, Pak. Maaf saya...saya tidak bisa makan siang bersama dengan Bapak. Saya merasa tidak enak sebagai sekretaris baru tapi sudah makan siang bersama dengan atasannya. Apa kata orang nanti?” Lasmini menjelaskan dengan perlahan, dia khawatir kalau ucapannya akan menyinggung Bayu.Bayu tersenyum mendengar ucapan Lasmini yang terdengar polos, “Jadi kalau sudah lama jadi sekretaris, kamu mau makan siang bersama dengan saya?”Lasmini sontak terkejut saat Bayu membalikkan ucapannya tadi.“Bukan seperti itu, Pak. Tapi maksud saya sebagai sekretaris baru, saya tidak mau menjadi pergunj
Satu tahun kemudian."Wah, bagus sekali rumah kamu ini, Mini. Alhamdulillah rejeki kamu lancar, nak." Sulastri menatap rumah Lasmini dengan tatapan takjub."Alhamdulillah, Bu. Ini juga karena doa Ibu untuk saya. Biasanya doa orangtua itu manjur, Bu." Lasmini tersenyum menatap wajah ibunya. Dia juga bahagia bisa bersama lagi dengan ibu dan anaknya yang kini telah berusia dua tahun.Bima terlihat anteng berada dalam gendongan Lasmini. Rupanya balita itu rindu dengan pelukan ibunya yang selama setahun lebih berpisah dengannya. Lasmini hanya pulang ke desa satu bulan sekali. Waktu yang singkat untuk bisa bercengkrama dengan buah hatinya. Kini dengan doa dan perjuangan yang gigih akhirnya Lasmini dapat memboyong ibu dan anaknya tinggal bersama dia di kota.Semua itu berawal dari pengunduran diri Susan sebagai sekr
Lasmini tertegun saat dia baru saja mendapatkan kabar kalau dua bulan lagi Arief pensiun. Dan itu tandanya kalau dia akan bertemu kembali dengan Ario.Dia tidak tahu apakah akan senang atau sedih. Walaupun di hatinya masih tersimpan nama pria yang menjadi ayah anaknya, tapi dia enggan untuk bertemu kembali dengan pria yang sudah menorehkan luka yang cukup dalam di hatinya."Salah satu cara adalah bersikap profesional. Berpura-pura tidak kenal mungkin itu lebih baik." Ucap Lasmini bermonolog.Disaat dirinya dilanda kegalauan hati, tiba-tiba telepon di mejanya berdering nyaring. Dilihatnya nomor Arief terpampang di sana. Lasmini segera menekan tombol untuk mengangkat panggilan telepon tersebut."Halo."[Lasmini, k
"Lasmini," desis Ario saat melihat Lasmini keluar dari balik barisan karyawan lain, yang berdiri di pinggir jalan di depan gedung auditorium."Ario, ini Lasmini. Dia sekretaris Ayah sekarang. Nanti kalau Ayah sudah pensiun, otomatis akan menjadi sekretaris kamu." Arief memperkenalkan Lasmini pada anaknya.Ario tersenyum memandang wanita yang selama ini dia rindukan.Sementara itu, Lasmini hanya tersenyum sekilas kemudian dia mengalihkan pandangan ke arah lain. Jantung Lasmini berdegup kencang. Ingin rasanya dia berlari sejauh mungkin, dan tidak kembali lagi ke tempat di mana ada orang yang sangat ingin dia hindari.Ario tidak terkejut dengan respon Lasmini yang tidak bersahabat dengannya. Dia paham kalau Lasmini saat ini membencinya. Itu hal yang wajar setelah yang dia lakukan terhadap gadis itu. Ario ingin berbicara pada gadis itu dan meminta maaf atas kesalahannya. Dia ingin menjelaskan semua yang terjadi, sehingga dia tidak datang lagi ke
Lasmini melangkah keluar ruangannya sambil bersenandung dengan suara yang pelan. Dia akan memulai lembaran baru dalam hidupnya dan membuka hatinya untuk pria lain yang menaruh hati padanya. Dia akan mencoba terus terang kepada Bayu malam ini tentang latar belakangnya. Apabila Bayu menerima dirinya apa adanya, maka hubungannya akan diteruskan. Tetapi kalau Bayu tidak menerima maka hubungannya cukup sampai malam ini saja, selebihnya menjadi hubungan pertemanan.Tiba-tiba langkah Lasmini terhenti saat dia baru saja lima langkah berjalan keluar ruangannya. Dia melihat sosok Ario yang tengah berjalan ke arahnya. Lasmini terpaku menatap sosok yang begitu sering memenuhi pikirannya belakangan ini, semenjak pria itu datang ke perusahaan tempatnya bekerja dan sebentar lagi akan menjadi atasannya.“Mau pulang, Mini?” tanya Ario lembut yang membuat hati Lasmini bertalu-talu. Suara itu sama sekali tidak berubah. Apalagi Ario kini memanggilnya dengan nama panggilan masa