Satu tahun kemudian.
"Wah, bagus sekali rumah kamu ini, Mini. Alhamdulillah rejeki kamu lancar, nak." Sulastri menatap rumah Lasmini dengan tatapan takjub.
"Alhamdulillah, Bu. Ini juga karena doa Ibu untuk saya. Biasanya doa orangtua itu manjur, Bu." Lasmini tersenyum menatap wajah ibunya. Dia juga bahagia bisa bersama lagi dengan ibu dan anaknya yang kini telah berusia dua tahun.
Bima terlihat anteng berada dalam gendongan Lasmini. Rupanya balita itu rindu dengan pelukan ibunya yang selama setahun lebih berpisah dengannya. Lasmini hanya pulang ke desa satu bulan sekali. Waktu yang singkat untuk bisa bercengkrama dengan buah hatinya. Kini dengan doa dan perjuangan yang gigih akhirnya Lasmini dapat memboyong ibu dan anaknya tinggal bersama dia di kota.
Semua itu berawal dari pengunduran diri Susan sebagai sekr
Lasmini tertegun saat dia baru saja mendapatkan kabar kalau dua bulan lagi Arief pensiun. Dan itu tandanya kalau dia akan bertemu kembali dengan Ario.Dia tidak tahu apakah akan senang atau sedih. Walaupun di hatinya masih tersimpan nama pria yang menjadi ayah anaknya, tapi dia enggan untuk bertemu kembali dengan pria yang sudah menorehkan luka yang cukup dalam di hatinya."Salah satu cara adalah bersikap profesional. Berpura-pura tidak kenal mungkin itu lebih baik." Ucap Lasmini bermonolog.Disaat dirinya dilanda kegalauan hati, tiba-tiba telepon di mejanya berdering nyaring. Dilihatnya nomor Arief terpampang di sana. Lasmini segera menekan tombol untuk mengangkat panggilan telepon tersebut."Halo."[Lasmini, k
"Lasmini," desis Ario saat melihat Lasmini keluar dari balik barisan karyawan lain, yang berdiri di pinggir jalan di depan gedung auditorium."Ario, ini Lasmini. Dia sekretaris Ayah sekarang. Nanti kalau Ayah sudah pensiun, otomatis akan menjadi sekretaris kamu." Arief memperkenalkan Lasmini pada anaknya.Ario tersenyum memandang wanita yang selama ini dia rindukan.Sementara itu, Lasmini hanya tersenyum sekilas kemudian dia mengalihkan pandangan ke arah lain. Jantung Lasmini berdegup kencang. Ingin rasanya dia berlari sejauh mungkin, dan tidak kembali lagi ke tempat di mana ada orang yang sangat ingin dia hindari.Ario tidak terkejut dengan respon Lasmini yang tidak bersahabat dengannya. Dia paham kalau Lasmini saat ini membencinya. Itu hal yang wajar setelah yang dia lakukan terhadap gadis itu. Ario ingin berbicara pada gadis itu dan meminta maaf atas kesalahannya. Dia ingin menjelaskan semua yang terjadi, sehingga dia tidak datang lagi ke
Lasmini melangkah keluar ruangannya sambil bersenandung dengan suara yang pelan. Dia akan memulai lembaran baru dalam hidupnya dan membuka hatinya untuk pria lain yang menaruh hati padanya. Dia akan mencoba terus terang kepada Bayu malam ini tentang latar belakangnya. Apabila Bayu menerima dirinya apa adanya, maka hubungannya akan diteruskan. Tetapi kalau Bayu tidak menerima maka hubungannya cukup sampai malam ini saja, selebihnya menjadi hubungan pertemanan.Tiba-tiba langkah Lasmini terhenti saat dia baru saja lima langkah berjalan keluar ruangannya. Dia melihat sosok Ario yang tengah berjalan ke arahnya. Lasmini terpaku menatap sosok yang begitu sering memenuhi pikirannya belakangan ini, semenjak pria itu datang ke perusahaan tempatnya bekerja dan sebentar lagi akan menjadi atasannya.“Mau pulang, Mini?” tanya Ario lembut yang membuat hati Lasmini bertalu-talu. Suara itu sama sekali tidak berubah. Apalagi Ario kini memanggilnya dengan nama panggilan masa
“Aku tidak peduli kamu mencintai dia atau tidak. Dan aku juga tidak peduli kamu pernah menyentuh istri kamu atau tidak. Sekarang tinggalkan aku!” ucap Lasmini kemudian berdiri dan melangkah ke arah pintu. Namun baru satu langkah dia berjalan, Ario mencekal lengannya yang membuat langkah Lasmini terhenti.“Katakan dulu padaku, apa kamu hamil? Kalau iya berarti kita punya anak, Mini. Pertemukan aku dengan anakku,” ucap Ario dengan suara serak dan tatapan yang penuh dengan permohonan.Lasmini diam seribu bahasa. Dia tidak ingin memberitahukan keberadaan Bima, anaknya. Biarlah yang lalu itu berlalu, pria yang menjadi ayah anaknya ini juga sudah memiliki kehidupan sendiri jadi buat apa dia mmeberitahukan tentang anak mereka.Ario tampak kesal melihat Lasmini yang hanya diam. Dia sama sekali tidak mau menjawab pertanyaannya. Seandainya hasil perbuatan mereka saat itu membuahkan hasil seorang anak, maka dia tentu akan bertanggung jawab atas perb
“Mini, ceritakan tentang anak kita. Apa dia pernah menanyakan aku?” Ario melirik ke arah Lasmini yang hanya diam dan terus mengarahkan pandangannya keluar jendela mobil, melihat gedung-gedung yang ada diluar sana. Bagi wanita itu melihat gedung-gedung di luar sana lebih baik dari pada harus melihat pria yang ada di sampingnya. Pria yang memaksa untuk mengantarnya pulang. Dan akhirnya di sinilah dia berada, di dalam mobil Ario.Ario menghela napas panjang. Dia tahu Lasmini marah padanya dan dia tidak menyalahkan wanita itu. Dia tahu kalau kesalahannya sangat besar pada wanita itu. Bukan hanya pada wanita itu saja tapi juga kepada orangtua wanita itu dan juga pada anaknya.“Aku di jodohkan oleh kakekku tanpa sepengetahuan-ku. Dan acara pernikahan pun sudah di siapkan oleh kedua orangtuaku. Aku saat itu marah pada mereka tapi percuma karena semuanya tidak bisa dibatalkan. Aku sempat menemui Rosalia dan mengatakan kalau aku sudah punya kekasih. Aku minta
Ario menatap manik mata Lasmini. Dia sangat kecewa dengan ucapan yang baru saja Lasmini lontarkan. Dia melihat ada amarah di mata indah yang telah menghipnotisnya sejak gadis itu masih duduk di bangku SMA. “Aku tahu kamu sangat marah terhadapku, tapi tolong jangan kamu sembunyikan identitasku dari anakku. Tolong pertemukan aku dengan dia. Aku ingin dia tahu kalau aku ayahnya yang dia cari dan rindukan selama ini.” Ario menatap mata gadis itu lekat. “Lalu apa yang akan Mas Ario lakukan kalau sudah bertemu dengan dia? Apa Mas Ario nggak malu punya anak haram?” tanya Lasmini menatap tajam ke arah Ario. “Kenapa harus malu? itu anakku dan aku akan merawat serta mendidiknya dengan baik, supaya dia dapat menjadi manusia yang berguna dan kebanggaan kita sebagai orangtuanya. Tolong pertemukan aku dengan dia, Lasmini.” Ario menatap Lasmini dengan tatapan penuh permohonan. “Tapi aku sudah memutuskan tidak akan membuat Bima tahu kalau Mas Ario adalah ayahnya,” uc
Bima semakin kencang menangis. Dia rupanya haus juga, sehingga membuat Lasmini mau tidak mau memberikan ASI di mobil dengan Ario ada di sampingnya. Tanpa ragu dia membuka kancing kemejanya dan segera memberi Bima ASI. Sedangkan Ario hanya bisa melirik Lasmini yang sedang memberikan ASI anaknya. Seketika bocah itu menghentikan tangisannya dan mulai lahap menikmati ASI yang diberikan oleh ibunya.Ario mengurangi kecepatan mobilnya, “Aku akan mengemudi dengan perlahan agar Bima nyaman minum ASI dan tidak tersedak. Dan tenang saja kaca mobilnya lumayan gelap sehingga orang dari luar tidak bisa melihat kamu yang sedang memberi anakku ASI.”“Iya,” jawab Lasmini singkat. Tatapannya tetap tertuju pada anaknya yang kini sedang menyusu dengan lahap.Tak lama mobil memasuki halaman rumah sakit. Ario memarkir mobilnya di area basement agar kegiatan Lasmini yang sedang menyusui anaknya tidak terlihat jelas, karena di area parkir yang di luar terlihat
"Kenapa sayang, kok tiba-tiba nangis?" Ario mengecup kening anaknya dan mengelus pipi gembil Bima.Bima menatap tajam ke arah Ario. Tatapan tajam itu membuat Lasmini mengulum senyumnya. Dia sepertinya paham kalau anaknya sedang marah terhadap ayahnya."Bima sepertinya marah sama kamu, Mas. Mungkin dia cemburu karena Mas Ario tiba-tiba datang dan sekarang langsung menjadi saingan dia." Lasmini tak tahan untuk tertawa. Tawa yang dari tadi dia tahan akhirnya keluar juga dari mulutnya."Saingan? saingan apa?" Ario bingung dan menatap anaknya serta Lasmini bergantian."Iya kamu tuh sekarang saingan Bima. Dulu hanya Bima yang mendusel di dadaku tapi hari ini ada pria lain yang ikutan mendusel di dadaku. Hal itu yang membuat dia marah sama kamu, Mas." Lasmini menatap Ario yang seketika tertawa lebar mendengar ucapan wanita yang menjadi ibu dari anaknya."Oh, jadi begitu. Iya deh sekarang dada Bunda cuma buat Bima saja. Ayah ngalah deh. Nih l