"Aaaah..."
Di tengah kesadarannya, Azelyn mendesah saat merasakan sentuhan hangat sang suami merambat perlahan di kulitnya.
Ketika merasakan pria itu melucuti pakaiannya satu per satu, Azelyn tak elak kembali berbisik, "Eunggg, Kevin …." Dia menggigit bibir bawah dengan mata terpejam, merasakan sentuhan suaminya semakin berani menyusuri tiap inci tubuhnya. "Kevin, kamu—"
Tiba-tiba, kalimat Azelyn terpotong akibat ciuman panas yang membungkam bibirnya.
Kening Azelyn berkerut; ada yang aneh.
Bukan hanya cara Kevin bereaksi ketika namanya disebut, tapi juga sensasi tak biasa ketika tangannya menyentuh lengan pria itu.
Azelyn tercekat—lengan itu terasa lebih keras, lebih berotot, seolah bukan milik Kevin.
Seketika perasaan waspada menyelinap, tapi di saat yang sama, pria di atasnya itu menyatukan tubuh mereka, membuat Azelyn tersentak dan terbuai ke dalam malam panas yang bergelora.
Paginya, Azelyn terbangun dengan tubuh yang terasa remuk dan perut yang seperti diaduk-aduk. Dia memijit pelipisnya yang berdenyut keras, pening akibat minum terlalu banyak di pesta kemarin malam.
Azelyn ingat, di malam sebelumnya, dirinya diminta oleh Laura, sahabat dekatnya, untuk membantu keberlangsungan sebuah acara di hotel. Anehnya, di tengah acara saat meminum minuman jamuan, Azelyn merasa dirinya tiba-tiba pusing.
“Pergilah istirahat, aku akan minta Kevin menjemputmu nanti setelah dia tiba,” ucap Laura dengan wajah khawatir saat melihat wajah pucat Azelyn.
Azelyn pun pamit dari pesta kepada Laura, lalu beristirahat di kamar yang disediakan sahabatnya itu.
Setelah tanpa sengaja tertidur, Azelyn setengah terbangun saat merasakan sentuhan familier sang suami dan berakhir menghabiskan malam panas dengan pria tersebut.
Sungguh tidak Azelyn sangka, Kevin, suaminya untuk dua tahun yang biasa begitu tenang dan cenderung dingin kepadanya, bisa begitu panas seperti tadi malam.
Mungkin … ini efek mereka terpisah untuk beberapa minggu lamanya setelah pria itu sibuk dengan bisnisnya di luar kota?
Namun, baru saja Azelyn ingin membangunkan Kevin yang sedang memunggunginya, dengan menyentuh lengannya, pria itu memutar tubuh menghadap Azelyn, membuat wanita itu seketika membeku.
"Tidak mungkin…" Azelyn menutup mulutnya, menahan diri untuk tidak berteriak.
Alis tebal, hidung tinggi, bibir tipis, dan rahang tegas berwibawa. Wajah itu memang tampan, tapi jelas … itu bukan wajah Kevin!
Siapa pria ini?!
Apa dirinya baru saja tidur dengan pria lain yang bukan suaminya sendiri!?
**
“Kenapa semua ini bisa terjadi?” gumam Azelyn sembari menutup wajahnya.
Sekarang, Azelyn sudah berada di dalam taksi pulang.
Usai menyadari dirinya telah menghabiskan malam dengan seorang pria asing, Azelyn langsung panik dan tanpa berpikir panjang dirinya langsung melarikan diri dari hotel untuk kembali ke kediamannya.
Di dalam taksi, Azelyn memeluk tubuhnya erat dengan mata terpejam, merasa begitu kotor.
Seharusnya, malam itu adalah malam di mana dirinya akan mengabarkan sebuah berita bahagia kepada suaminya. Akan tetapi, dirinya malah berakhir mengkhianati suaminya sendiri, dengan orang yang tidak dia kenal pula.
Ini adalah malapetaka!
“Nona, kita sudah sampai,” ujar sopir taksi saat sampai di tujuan.
Turun dari taksi, Azelyn menyeret kakinya masuk ke dalam rumah.
Melihat keadaan kediaman yang tampak sepi, wanita itu merasa bingung.
Sepertinya, Kevin masih belum tiba di rumah. Mungkinkah … pria itu tidak jadi kembali dari luar kota?
Jujur, Azelyn jadi berharap sang suami membatalkan rencananya untuk pulang. Karena dengan demikian, pria tersebut tidak akan tahu maupun curiga mengenai kenapa dirinya tidak pulang kemarin malam!
Sesampainya di lantai dua, Azelyn berniat membuka pintu kamarnya. Namun, seketika dia mematung saat mendengar suara mengejutkan dari dalam kamar.
"K-Kevin... Bagaimana jika Azelyn pulang— akh.... "
Itu adalah suara desahan seorang wanita.
Dan wanita itu memanggil nama … suaminya?
"Sstt... bukankah itu lebih baik? Hah … aku justru akan semakin bersemangat jika wanita itu menonton kita …."
Wajah Azelyn berubah pias. Suara itu … dia jelas mengenalinya.
Itu adalah … suara Kevin.
“T-tapi, kalau Azelyn tahu mengenai kita, dia—”
BRAK!
Suara pintu yang terbanting terbuka membuat dua orang di dalam ruangan terkejut dan langsung menarik selimut, tapi keterkejutan mereka tidak sebanding dengan sosok Azelyn yang menangkap pemandangan menjijikkan di dalam ruangan tersebut.
“Kevin …?” panggil Azelyn, sebelum kemudian beralih pada pasangan perselingkuhan sang suami yang tidak dia duga, “Laura …?!”
"Azelyn?!" Laura yang langsung memisahkan diri dari Kevin, gegas menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "Kenapa kamu di sini?!”
Tangan Azelyn bergetar, air mata menuruni wajahnya.
"Kalian berdua... kenapa begitu kejam? Sejak kapan kalian berselingkuh?!" seru Azelyn dengan ekspresi kecewa yang mendalam.
Ternyata, ketika dirinya ketakutan dan merasa jijik dengan dirinya sendiri, ternyata sang suami dan sahabat baiknya sedang berselingkuh dan bersenang-senang di belakangnya!?
Dari dulu, Azelyn tahu pernikahannya dengan Kevin tidak bisa terhitung pernikahan paling bahagia. Walau begitu, dia tidak menyangka sang suami akan mengkhianatinya seperti ini, dengan sahabat terdekatnya pula!
"Kejam?! Kamu sendiri masuk ke kamar hotel dengan pria lain! Kenapa aku tidak boleh tidur dengan wanita lain? Jangan bersikap sok suci di hadapanku, Azelyn!" Dengan wajah acuh tak acuh, Kevin langsung bangkit dari ranjang sambil merapikan bajunya.
Kevin meraih sebuah amplop cokelat, lalu melemparkannya ke wajah Azelyn dengan kasar.
Sejumlah foto pun bertebaran, dan salah satunya terjatuh di depan kaki Azelyn membuat lutut wanita itu lemas.
Itu adalah foto Azelyn tadi malam. Dimana dirinya terlihat seakan sedang berciuman dengan seorang pria yang hanya terlihat pungunggnya di depan kamar hotel.
Siapa sebenarnya yang sudah mengirimkan foto-foto ini kepada Kevin!?
Dan seakan menjawab pertanyaan Azelyn, Kevin lanjut berucap dengan nada merendahkan, “Andai Laura tidak menghubungiku karena melihatmu masuk ke dalam ruangan hotel dengan pria lain, mungkin aku tidak akan pernah tahu kebusukanmu selama ini!”
KLIK!
Perlahan, Azelyn mengangkat pandangan, menatap Kevin sesaat sebelum beralih pada sosok Laura yang berada di sebelah pria tersebut.
Acara pesta tadi malam diselenggarakan oleh Laura, kamar hotel dipesan oleh Laura, informasi Azelyn bersama seorang pria diterima oleh Kevin dari Laura, dan wanita selingkuhan Kevin … juga adalah Laura.
Sekarang, semuanya menjadi jelas. Dalang dari semua kekacauan yang terjadi di malam lalu sampai detik ini adalah—
“Laura!! Kau yang menjebakku!” Dengan marah, Azelyn langsung berlari menghampiri Laura dan menjambak rambutnya. “Kau yang sudah merencanakan semuanya untuk menghancurkan rumah tanggaku!”
“Ah! Jangan menuduhku, Lyn! Kevin! Kevin tolong aku!” teriak Laura sembari berusaha melepaskan diri.
“Azelyn!” Melihat sang istri menggila dan menjambak Laura, Kevin yang panik langsung bertindak.
Dia menarik tangan Azelyn dan mendorongnya sekuat tenaga menjauh dari Laura. Hal tersebut menyebabkan tubuh Azelyn terhempas dan menabrak meja dengan keras tepat di perut.
“Ugh …” rintih Azelyn selagi memegangi perutnya yang kesakitan. Bersamaan dengan tubuhnya merosot ke lantai, tampak cairan merah merembes dari rok gaunnya dan mengalir menggenangi lantai.
Dengan wajah yang memucat dan pandangan yang perlahan memudar, air mata menjadi semakin deras menuruni wajah Azelyn seiring dirinya bergumam, “Tidak … tidak … anakku ….”
Kemudian, semuanya menjadi gelap.
Suara mesin EKG bisa terdengar menghiasi ruangan serba putih tempat Azelyn terbaring. Wanita berwajah pucat itu sedang menatap kosong udara, kentara tidak memiliki semangat hidup lagi usai menerima hasil diagnosa dari dokter bahwa dirinya dinyatakan keguguran.Dua tahun … dua tahun dia menikah dan berusaha begitu lama untuk menjalani program kehamilan demi mendapatkan keturunan. Dan setelah sekian lama mimpi dan doa itu terkabul, akhirnya … malah seperti ini … mati dan hilang tak tersisa!‘Anakku … anakku yang malang …’ batin Azelyn selagi memeluk perutnya yang rata."Untuk apa menangis? Harusnya kamu bersyukur anak itu mati.”Kalimat itu membuat mata Azelyn langsung terbuka, hati Azelyn semakin pedih. “Teganya kamu mengatakan itu, Kevin!? Anak itu adalah darah dagingmu!”Di perjalanan menuju rumah sakit tadi, Laura memberitahu Kevin bahwa Azelyn telah berhubungan dengan pria selingkuhannya itu beberapa bulan ini. Sehingga Kevin merasa ini masuk akal. Mengapa Azelyn tiba-tiba hamil, p
PLAK!Azelyn terkejut mendengar ucapan lelaki itu sehingga tanpa sadar tangannya bergerak dan menampar pipi lelaki itu.Wanita bermata biru itu segera melepaskan diri dari pelukan lelaki tersebut lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan karena kaget."M-maaf atas perilaku saya, Tuan, tapi perkataan Anda terdengar begitu tidak sopan," ucap Azelyn terlihat khawatir melihat rona merah di pipi lelaki itu.Lelaki itu semakin menatap tajam pada Azelyn lalu membuang napasnya kasar."Kamu wanita yang dibayar temanku, kan? Berapa dia membayarmu? Aku akan membayar dua kali lipat, jadi malam ini tidurlah lagi denganku," jelas lelaki itu sekali lagi."Membayarku?" Melihat sikap lelaki ini dan perkataan yang seakan menggambarkan dirinya sebagai seorang wanita bayaran membuat Azelyn berpikir bahwa lelaki yang memiliki mata berwarna abu ini pasti bekerja sama dengan Laura untuk menjebaknya."Jawab perkataanku dengan jujur! Malam itu, kalian menjebakku, kan?" tanya Azelyn dengan tatapan mengintimida
Setelah bertemu dengan Kevin, Azelyn kini diminta Zura untuk membersihkan toilet wanita.Sebelumnya, supervisornya itu ternyata sempat melihat kejadian kecil dirinya dengan Kevin dan menanyakan hubungan keduanya. Lalu, dari situ Azelyn juga baru mengetahui bahwa selama ini Kevin tidak pernah mengaku dirinya sudah menikah. 'Dia adalah lelaki mapan yang memiliki jabatan tinggi di perusahaan. Di usia matang, dia bahkan masih lajang sampai saat ini. Asal kamu tahu, banyak karyawan wanita yang mengincarnya. Kamu gak akan punya kesempatan.' Lyn teringat dengan ucapan Bu Zura tadi.Dirinya juga teringat bahwa pernikahan mereka dulu memang hanya dihadiri oleh keluarga dan orang terdekat, karena Kevin mengaku terkendala biaya. Namun, Azelyn tak menyangka alasan sebenarnya dari itu adalah...agar Kevin bisa menyembunyikan statusnya sebagai pria beristri!Kini Azelyn semakin merasa benci dengan mantan suaminya itu."Azelyn? Kenapa kamu ada di sini?" Suara seorang wanita menyadarkan Azelyn dari
Azelyn menghela napas berkali-kali mencoba mengatur emosinya. Hal yang memenuhi pikirannya sekarang adalah sifat asli dari Laura."Guys, Pak Kean udah dateng, loh, ganteng banget! Aku sampe melongo saking gantengnya!" teriak salah satu karyawan sambil meloncat kegirangan."Dengar-dengar, Pak Kean juga masih perjaka, loh!""Lebih tepatnya dia gak pernah bersentuhan dengan wanita. Bahkan katanya ketika pertemuan dengan Bu Reliza, CEO dari perusahaan Qazlion, Pak Kean mengabaikan jabatan tangan Bu Elena. Dan membuat wanita itu malu setengah mati."Azelyn mencuri dengar percakapan dari beberapa karyawan wanita yang kini berkumpul di lobby."Pak Kean? Siapa itu?" tanya Azelyn penasaran.Tepat saat itu seorang lelaki dengan memakai setelan jas berwarna hitam berjalan di ikuti asistennya. Lelaki yang memiliki mata berwarna abu itu menatap tajam ke arah depan, aura intimidasi terpancar dari lelaki itu.Meski beberapa karyawan wanita menatapnya dengan penuh kekaguman, lelaki yang dipanggil Kea
"T-tidak, Pak, ini hanya kesalahpahaman," ucap salah satu karyawan. Mereka saling berbisik dan satu per satu mulai segera pergi dari tempat meninggalkan Laura sendirian."Bagaimana denganmu?" tanya Kean dingin menatap tajam pada Laura.Laura hanya terdiam menunduk sambil menyembunyikan rasa kesal serta terkejutnya. Dia masih tidak habis pikir, mengapa Azelyn bisa mengenal dan bahkan disebut sebagai calon istri CEO-nya."Tidak ada, Pak, sepertinya saya yang lupa menaruh kalung saya," jawab Laura menggigit bibir bawahnya menahan emosi. Dia tak menyangka bahwa Azelyn ternyata dekat dengan Kean.Meskipun Laura memang selama ini terlihat mendekati Kevin, namun itu semua hanya untuk merusak rumah tangga Azelyn dan membuat wanita itu menderita. Yang sesungguhnya dia inginkan adalah, Kean yang sudah dia incar sejak lama. Siapa yang tidak ingin menikah dengan pewaris kaya dan tampan seperti Kean?"Baiklah, kalau begitu maka kamu bisa kembali bekerja." Tatapan Kean masih nampak mengintimidasi,
Wajah Azelyn memucat mendengar tawaran Kean. Gadis itu memalingkan wajah dan mendorong tubuh pria itu agar sedikit menjauh darinya. Sikap Azelyn membuat Kean tersenyum kecil, sepertinya dia semakin tertarik dengan gadis itu. Azelyn terdiam tak tahu harus berkata apa. Situasi yang dia hadapi benar-benar di luar perkiraannya. Dia melirik Kean yang kini sedang menopang dagu sambil menatapnya. Lelaki itu masih menunggu jawaban darinya. "Meski saya memikirkannya berkali-kali, saya benar-benar tak mengerti," ucap Azelyn kembali menatap bosnya itu. "Kenapa Anda ingin menikah dengan saya, Pak?" "Untuk apa kamu memikirkannya? Kontrak ini cukup menguntungkan untukmu, kamu bisa membalas dendam," jawab Kean dengan tersenyum simpul. Gadis berambut merah itu menyipitkan mata mendengar ucapan lelaki di hadapannya. Setelah mereka bertemu lagi di rumah sakit, Kean tiba-tiba mengajaknya tidur bersama, dan sekarang pria itu langsung mengajak dirinya untuk menjalin kontrak pernikahan? Melihat s
Kean memarkirkan mobilnya ke sebuah apartemen yang cukup besar. Azelyn sama sekali tak sadar bahwa mereka sudah sampai ke tujuan. Gadis itu masih memandangi buku nikah yang baru saja didapatkannya. Saat menikah dengan Kevin, dia tak pernah mencatat pernikahan mereka sehingga dia tak memiliki buku nikah. Gadis itu mengelus buku nikahnya sambil menatap fotonya. Kean mengintip ke dalam mobil melihat Azelyn yang masih terduduk diam. Pria itu menyadarkan gadis itu menyuruhnya turun dari mobil. Dia menyuruh Azelyn mengikutinya masuk ke apartemen. "Ini dimana, Pak?" tanya Azelyn penuh selidik. Kean acuh tak menjawab pertanyaan gadis itu. Lelaki itu memasuki lift, tetapi Azelyn diam tak bergerak. "Kita sudah menikah, jadi kita akan tinggal bersama." "Kita menikah karena kontrak, jadi—" "Aku bilang mulai sekarang kamu harus menuruti perintahku, kan?" potong Kean sambil menunjukkan buku nikahnya membuat Azelyn seketika terdiam. Azelyn akhirnya melangkah memasuki lift. Kean meneka
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun berdiri menghadap tembok dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menahan tangisnya. Kedua kakinya tengah dipukul berkali-kali dengan sabuk oleh ibunya, dia menahan rasa sakit dan perih tanpa bersuara. "M-maafkan Kean, Ibu... Kean tak akan melakukannya lagi, Kean berjanji," gumam anak laki-laki yang bernama Kean itu, tetapi ibunya tak bergeming dan tetap memukulnya. Ibunya memberi hukuman karena Kean mendapatkan nilai 80 di satu mata pelajaran, meski dia menjadi peringkat 1 di sekolah. Anak laki-laki itu sudah sering mendapatkan penganiayaan dan tekanan dari ibunya. "Masuk!" perintah ibunya sambil membuka lemari kosong. "Jangan keluar sebelum ku suruh! Mulai besok, aku akan menambah jadwal lesmu," tegas ibunya. Kean berlutut dan menggosok kedua tangannya memohon agar tak dimasukkan ke dalam lemari. Namun, ibunya mencengkeram lengannya dengan kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lemari. Kean menangis sambil memberontak, ibuny