"Aaaah..."
Di tengah kesadarannya, Azelyn mendesah saat merasakan sentuhan hangat sang suami merambat perlahan di kulitnya.
Ketika merasakan pria itu melucuti pakaiannya satu per satu, Azelyn tak elak kembali berbisik, "Eunggg, Kevin …." Dia menggigit bibir bawah dengan mata terpejam, merasakan sentuhan suaminya semakin berani menyusuri tiap inci tubuhnya. "Kevin, kamu—"
Tiba-tiba, kalimat Azelyn terpotong akibat ciuman panas yang membungkam bibirnya.
Kening Azelyn berkerut; ada yang aneh.
Bukan hanya cara Kevin bereaksi ketika namanya disebut, tapi juga sensasi tak biasa ketika tangannya menyentuh lengan pria itu.
Azelyn tercekat—lengan itu terasa lebih keras, lebih berotot, seolah bukan milik Kevin.
Seketika perasaan waspada menyelinap, tapi di saat yang sama, pria di atasnya itu menyatukan tubuh mereka, membuat Azelyn tersentak dan terbuai ke dalam malam panas yang bergelora.
Paginya, Azelyn terbangun dengan tubuh yang terasa remuk dan perut yang seperti diaduk-aduk. Dia memijit pelipisnya yang berdenyut keras, pening akibat minum terlalu banyak di pesta kemarin malam.
Azelyn ingat, di malam sebelumnya, dirinya diminta oleh Laura, sahabat dekatnya, untuk membantu keberlangsungan sebuah acara di hotel. Anehnya, di tengah acara saat meminum minuman jamuan, Azelyn merasa dirinya tiba-tiba pusing.
“Pergilah istirahat, aku akan minta Kevin menjemputmu nanti setelah dia tiba,” ucap Laura dengan wajah khawatir saat melihat wajah pucat Azelyn.
Azelyn pun pamit dari pesta kepada Laura, lalu beristirahat di kamar yang disediakan sahabatnya itu.
Setelah tanpa sengaja tertidur, Azelyn setengah terbangun saat merasakan sentuhan familier sang suami dan berakhir menghabiskan malam panas dengan pria tersebut.
Sungguh tidak Azelyn sangka, Kevin, suaminya untuk dua tahun yang biasa begitu tenang dan cenderung dingin kepadanya, bisa begitu panas seperti tadi malam.
Mungkin … ini efek mereka terpisah untuk beberapa minggu lamanya setelah pria itu sibuk dengan bisnisnya di luar kota?
Namun, baru saja Azelyn ingin membangunkan Kevin yang sedang memunggunginya, dengan menyentuh lengannya, pria itu memutar tubuh menghadap Azelyn, membuat wanita itu seketika membeku.
"Tidak mungkin…" Azelyn menutup mulutnya, menahan diri untuk tidak berteriak.
Alis tebal, hidung tinggi, bibir tipis, dan rahang tegas berwibawa. Wajah itu memang tampan, tapi jelas … itu bukan wajah Kevin!
Siapa pria ini?!
Apa dirinya baru saja tidur dengan pria lain yang bukan suaminya sendiri!?
**
“Kenapa semua ini bisa terjadi?” gumam Azelyn sembari menutup wajahnya.
Sekarang, Azelyn sudah berada di dalam taksi pulang.
Usai menyadari dirinya telah menghabiskan malam dengan seorang pria asing, Azelyn langsung panik dan tanpa berpikir panjang dirinya langsung melarikan diri dari hotel untuk kembali ke kediamannya.
Di dalam taksi, Azelyn memeluk tubuhnya erat dengan mata terpejam, merasa begitu kotor.
Seharusnya, malam itu adalah malam di mana dirinya akan mengabarkan sebuah berita bahagia kepada suaminya. Akan tetapi, dirinya malah berakhir mengkhianati suaminya sendiri, dengan orang yang tidak dia kenal pula.
Ini adalah malapetaka!
“Nona, kita sudah sampai,” ujar sopir taksi saat sampai di tujuan.
Turun dari taksi, Azelyn menyeret kakinya masuk ke dalam rumah.
Melihat keadaan kediaman yang tampak sepi, wanita itu merasa bingung.
Sepertinya, Kevin masih belum tiba di rumah. Mungkinkah … pria itu tidak jadi kembali dari luar kota?
Jujur, Azelyn jadi berharap sang suami membatalkan rencananya untuk pulang. Karena dengan demikian, pria tersebut tidak akan tahu maupun curiga mengenai kenapa dirinya tidak pulang kemarin malam!
Sesampainya di lantai dua, Azelyn berniat membuka pintu kamarnya. Namun, seketika dia mematung saat mendengar suara mengejutkan dari dalam kamar.
"K-Kevin... Bagaimana jika Azelyn pulang— akh.... "
Itu adalah suara desahan seorang wanita.
Dan wanita itu memanggil nama … suaminya?
"Sstt... bukankah itu lebih baik? Hah … aku justru akan semakin bersemangat jika wanita itu menonton kita …."
Wajah Azelyn berubah pias. Suara itu … dia jelas mengenalinya.
Itu adalah … suara Kevin.
“T-tapi, kalau Azelyn tahu mengenai kita, dia—”
BRAK!
Suara pintu yang terbanting terbuka membuat dua orang di dalam ruangan terkejut dan langsung menarik selimut, tapi keterkejutan mereka tidak sebanding dengan sosok Azelyn yang menangkap pemandangan menjijikkan di dalam ruangan tersebut.
“Kevin …?” panggil Azelyn, sebelum kemudian beralih pada pasangan perselingkuhan sang suami yang tidak dia duga, “Laura …?!”
"Azelyn?!" Laura yang langsung memisahkan diri dari Kevin, gegas menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. "Kenapa kamu di sini?!”
Tangan Azelyn bergetar, air mata menuruni wajahnya.
"Kalian berdua... kenapa begitu kejam? Sejak kapan kalian berselingkuh?!" seru Azelyn dengan ekspresi kecewa yang mendalam.
Ternyata, ketika dirinya ketakutan dan merasa jijik dengan dirinya sendiri, ternyata sang suami dan sahabat baiknya sedang berselingkuh dan bersenang-senang di belakangnya!?
Dari dulu, Azelyn tahu pernikahannya dengan Kevin tidak bisa terhitung pernikahan paling bahagia. Walau begitu, dia tidak menyangka sang suami akan mengkhianatinya seperti ini, dengan sahabat terdekatnya pula!
"Kejam?! Kamu sendiri masuk ke kamar hotel dengan pria lain! Kenapa aku tidak boleh tidur dengan wanita lain? Jangan bersikap sok suci di hadapanku, Azelyn!" Dengan wajah acuh tak acuh, Kevin langsung bangkit dari ranjang sambil merapikan bajunya.
Kevin meraih sebuah amplop cokelat, lalu melemparkannya ke wajah Azelyn dengan kasar.
Sejumlah foto pun bertebaran, dan salah satunya terjatuh di depan kaki Azelyn membuat lutut wanita itu lemas.
Itu adalah foto Azelyn tadi malam. Dimana dirinya terlihat seakan sedang berciuman dengan seorang pria yang hanya terlihat pungunggnya di depan kamar hotel.
Siapa sebenarnya yang sudah mengirimkan foto-foto ini kepada Kevin!?
Dan seakan menjawab pertanyaan Azelyn, Kevin lanjut berucap dengan nada merendahkan, “Andai Laura tidak menghubungiku karena melihatmu masuk ke dalam ruangan hotel dengan pria lain, mungkin aku tidak akan pernah tahu kebusukanmu selama ini!”
KLIK!
Perlahan, Azelyn mengangkat pandangan, menatap Kevin sesaat sebelum beralih pada sosok Laura yang berada di sebelah pria tersebut.
Acara pesta tadi malam diselenggarakan oleh Laura, kamar hotel dipesan oleh Laura, informasi Azelyn bersama seorang pria diterima oleh Kevin dari Laura, dan wanita selingkuhan Kevin … juga adalah Laura.
Sekarang, semuanya menjadi jelas. Dalang dari semua kekacauan yang terjadi di malam lalu sampai detik ini adalah—
“Laura!! Kau yang menjebakku!” Dengan marah, Azelyn langsung berlari menghampiri Laura dan menjambak rambutnya. “Kau yang sudah merencanakan semuanya untuk menghancurkan rumah tanggaku!”
“Ah! Jangan menuduhku, Lyn! Kevin! Kevin tolong aku!” teriak Laura sembari berusaha melepaskan diri.
“Azelyn!” Melihat sang istri menggila dan menjambak Laura, Kevin yang panik langsung bertindak.
Dia menarik tangan Azelyn dan mendorongnya sekuat tenaga menjauh dari Laura. Hal tersebut menyebabkan tubuh Azelyn terhempas dan menabrak meja dengan keras tepat di perut.
“Ugh …” rintih Azelyn selagi memegangi perutnya yang kesakitan. Bersamaan dengan tubuhnya merosot ke lantai, tampak cairan merah merembes dari rok gaunnya dan mengalir menggenangi lantai.
Dengan wajah yang memucat dan pandangan yang perlahan memudar, air mata menjadi semakin deras menuruni wajah Azelyn seiring dirinya bergumam, “Tidak … tidak … anakku ….”
Kemudian, semuanya menjadi gelap.
Suara mesin EKG bisa terdengar menghiasi ruangan serba putih tempat Azelyn terbaring. Wanita berwajah pucat itu sedang menatap kosong udara, kentara tidak memiliki semangat hidup lagi usai menerima hasil diagnosa dari dokter bahwa dirinya dinyatakan keguguran.Dua tahun … dua tahun dia menikah dan berusaha begitu lama untuk menjalani program kehamilan demi mendapatkan keturunan. Dan setelah sekian lama mimpi dan doa itu terkabul, akhirnya … malah seperti ini … mati dan hilang tak tersisa!‘Anakku … anakku yang malang …’ batin Azelyn selagi memeluk perutnya yang rata."Untuk apa menangis? Harusnya kamu bersyukur anak itu mati.”Kalimat itu membuat mata Azelyn langsung terbuka, hati Azelyn semakin pedih. “Teganya kamu mengatakan itu, Kevin!? Anak itu adalah darah dagingmu!”Di perjalanan menuju rumah sakit tadi, Laura memberitahu Kevin bahwa Azelyn telah berhubungan dengan pria selingkuhannya itu beberapa bulan ini. Sehingga Kevin merasa ini masuk akal. Mengapa Azelyn tiba-tiba hamil, p
PLAK!Azelyn terkejut mendengar ucapan lelaki itu sehingga tanpa sadar tangannya bergerak dan menampar pipi lelaki itu.Wanita bermata biru itu segera melepaskan diri dari pelukan lelaki tersebut lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan karena kaget."M-maaf atas perilaku saya, Tuan, tapi perkataan Anda terdengar begitu tidak sopan," ucap Azelyn terlihat khawatir melihat rona merah di pipi lelaki itu.Lelaki itu semakin menatap tajam pada Azelyn lalu membuang napasnya kasar."Kamu wanita yang dibayar temanku, kan? Berapa dia membayarmu? Aku akan membayar dua kali lipat, jadi malam ini tidurlah lagi denganku," jelas lelaki itu sekali lagi."Membayarku?" Melihat sikap lelaki ini dan perkataan yang seakan menggambarkan dirinya sebagai seorang wanita bayaran membuat Azelyn berpikir bahwa lelaki yang memiliki mata berwarna abu ini pasti bekerja sama dengan Laura untuk menjebaknya."Jawab perkataanku dengan jujur! Malam itu, kalian menjebakku, kan?" tanya Azelyn dengan tatapan mengintimida
Setelah bertemu dengan Kevin, Azelyn kini diminta Zura untuk membersihkan toilet wanita.Sebelumnya, supervisornya itu ternyata sempat melihat kejadian kecil dirinya dengan Kevin dan menanyakan hubungan keduanya. Lalu, dari situ Azelyn juga baru mengetahui bahwa selama ini Kevin tidak pernah mengaku dirinya sudah menikah. 'Dia adalah lelaki mapan yang memiliki jabatan tinggi di perusahaan. Di usia matang, dia bahkan masih lajang sampai saat ini. Asal kamu tahu, banyak karyawan wanita yang mengincarnya. Kamu gak akan punya kesempatan.' Lyn teringat dengan ucapan Bu Zura tadi.Dirinya juga teringat bahwa pernikahan mereka dulu memang hanya dihadiri oleh keluarga dan orang terdekat, karena Kevin mengaku terkendala biaya. Namun, Azelyn tak menyangka alasan sebenarnya dari itu adalah...agar Kevin bisa menyembunyikan statusnya sebagai pria beristri!Kini Azelyn semakin merasa benci dengan mantan suaminya itu."Azelyn? Kenapa kamu ada di sini?" Suara seorang wanita menyadarkan Azelyn dari
Azelyn menghela napas berkali-kali mencoba mengatur emosinya. Hal yang memenuhi pikirannya sekarang adalah sifat asli dari Laura."Guys, Pak Kean udah dateng, loh, ganteng banget! Aku sampe melongo saking gantengnya!" teriak salah satu karyawan sambil meloncat kegirangan."Dengar-dengar, Pak Kean juga masih perjaka, loh!""Lebih tepatnya dia gak pernah bersentuhan dengan wanita. Bahkan katanya ketika pertemuan dengan Bu Reliza, CEO dari perusahaan Qazlion, Pak Kean mengabaikan jabatan tangan Bu Elena. Dan membuat wanita itu malu setengah mati."Azelyn mencuri dengar percakapan dari beberapa karyawan wanita yang kini berkumpul di lobby."Pak Kean? Siapa itu?" tanya Azelyn penasaran.Tepat saat itu seorang lelaki dengan memakai setelan jas berwarna hitam berjalan di ikuti asistennya. Lelaki yang memiliki mata berwarna abu itu menatap tajam ke arah depan, aura intimidasi terpancar dari lelaki itu.Meski beberapa karyawan wanita menatapnya dengan penuh kekaguman, lelaki yang dipanggil Kea
"T-tidak, Pak, ini hanya kesalahpahaman," ucap salah satu karyawan. Mereka saling berbisik dan satu per satu mulai segera pergi dari tempat meninggalkan Laura sendirian."Bagaimana denganmu?" tanya Kean dingin menatap tajam pada Laura.Laura hanya terdiam menunduk sambil menyembunyikan rasa kesal serta terkejutnya. Dia masih tidak habis pikir, mengapa Azelyn bisa mengenal dan bahkan disebut sebagai calon istri CEO-nya."Tidak ada, Pak, sepertinya saya yang lupa menaruh kalung saya," jawab Laura menggigit bibir bawahnya menahan emosi. Dia tak menyangka bahwa Azelyn ternyata dekat dengan Kean.Meskipun Laura memang selama ini terlihat mendekati Kevin, namun itu semua hanya untuk merusak rumah tangga Azelyn dan membuat wanita itu menderita. Yang sesungguhnya dia inginkan adalah, Kean yang sudah dia incar sejak lama. Siapa yang tidak ingin menikah dengan pewaris kaya dan tampan seperti Kean?"Baiklah, kalau begitu maka kamu bisa kembali bekerja." Tatapan Kean masih nampak mengintimidasi,
Wajah Azelyn memucat mendengar tawaran Kean. Gadis itu memalingkan wajah dan mendorong tubuh pria itu agar sedikit menjauh darinya. Sikap Azelyn membuat Kean tersenyum kecil, sepertinya dia semakin tertarik dengan gadis itu. Azelyn terdiam tak tahu harus berkata apa. Situasi yang dia hadapi benar-benar di luar perkiraannya. Dia melirik Kean yang kini sedang menopang dagu sambil menatapnya. Lelaki itu masih menunggu jawaban darinya. "Meski saya memikirkannya berkali-kali, saya benar-benar tak mengerti," ucap Azelyn kembali menatap bosnya itu. "Kenapa Anda ingin menikah dengan saya, Pak?" "Untuk apa kamu memikirkannya? Kontrak ini cukup menguntungkan untukmu, kamu bisa membalas dendam," jawab Kean dengan tersenyum simpul. Gadis berambut merah itu menyipitkan mata mendengar ucapan lelaki di hadapannya. Setelah mereka bertemu lagi di rumah sakit, Kean tiba-tiba mengajaknya tidur bersama, dan sekarang pria itu langsung mengajak dirinya untuk menjalin kontrak pernikahan? Melihat s
Kean memarkirkan mobilnya ke sebuah apartemen yang cukup besar. Azelyn sama sekali tak sadar bahwa mereka sudah sampai ke tujuan. Gadis itu masih memandangi buku nikah yang baru saja didapatkannya. Saat menikah dengan Kevin, dia tak pernah mencatat pernikahan mereka sehingga dia tak memiliki buku nikah. Gadis itu mengelus buku nikahnya sambil menatap fotonya. Kean mengintip ke dalam mobil melihat Azelyn yang masih terduduk diam. Pria itu menyadarkan gadis itu menyuruhnya turun dari mobil. Dia menyuruh Azelyn mengikutinya masuk ke apartemen. "Ini dimana, Pak?" tanya Azelyn penuh selidik. Kean acuh tak menjawab pertanyaan gadis itu. Lelaki itu memasuki lift, tetapi Azelyn diam tak bergerak. "Kita sudah menikah, jadi kita akan tinggal bersama." "Kita menikah karena kontrak, jadi—" "Aku bilang mulai sekarang kamu harus menuruti perintahku, kan?" potong Kean sambil menunjukkan buku nikahnya membuat Azelyn seketika terdiam. Azelyn akhirnya melangkah memasuki lift. Kean meneka
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun berdiri menghadap tembok dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil menahan tangisnya. Kedua kakinya tengah dipukul berkali-kali dengan sabuk oleh ibunya, dia menahan rasa sakit dan perih tanpa bersuara. "M-maafkan Kean, Ibu... Kean tak akan melakukannya lagi, Kean berjanji," gumam anak laki-laki yang bernama Kean itu, tetapi ibunya tak bergeming dan tetap memukulnya. Ibunya memberi hukuman karena Kean mendapatkan nilai 80 di satu mata pelajaran, meski dia menjadi peringkat 1 di sekolah. Anak laki-laki itu sudah sering mendapatkan penganiayaan dan tekanan dari ibunya. "Masuk!" perintah ibunya sambil membuka lemari kosong. "Jangan keluar sebelum ku suruh! Mulai besok, aku akan menambah jadwal lesmu," tegas ibunya. Kean berlutut dan menggosok kedua tangannya memohon agar tak dimasukkan ke dalam lemari. Namun, ibunya mencengkeram lengannya dengan kasar dan menyeretnya masuk ke dalam lemari. Kean menangis sambil memberontak, ibuny
Laura berjalan menuju ruangan karyawan dengan perasaan gembira. Dia merasa bahwa mendekati Allen adalah pilihan yang tepat. Dirinya merasa pria itu lebih mudah daripada Kean.Laura mulai menyapu dan memunguti sampah-sampah kertas yang berserakan di lantai. Dia merasa enggan memungut itu, seharusnya posisinya sebagai karyawan yang memiliki meja kerja, bukan yang membersihkan seperti ini.Laura terpaksa melakukan tugas itu karena hal yang dia pikirkan adalah bertahan di perusahaan ini sampai dirinya berhasil mendapatkan Allen."Ambilin aku minum dong," ucap salah satu karyawan wanita pada Laura sambil masih fokus mengetik pada komputernya.Laura menoleh ke sana kemari mencoba mencari tahu kepada siapa wanita itu berbicara. Melihat tak ada orang di sekitarnya, dia lebih memilih untuk melanjutkan membersihkan lantai.Wanita itu merasa kesal ketika Laura mengabaikan perintahnya begitu saja. Dia kemudian menggebrak meja dengan keras membuat sekeliling menatapnya, begitu juga dengan Laura."
Kean mengerjapkan matanya beberapa kali ketika sinar matahari masuk dari sela-sela jendelanya. Dia mencoba mengambil ponselnya dan melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, sepertinya dia bangun kesiangan karena kelelahan sejak kemarin.Kean segera bangkit kemudian berjalan keluar kamar dan melewati kamar Azelyn, dia mencoba mencari tahu apa yang dilakukan gadis itu, tetapi ketika membuka pintu, sosok gadis itu tak terlihat.Kean berjalan masuk ke kamar Azelyn kemudian melihat secarik kertas yang berada di meja tersebut. Dia mengambil kertas itu kemudian membaca setiap kalimatnya.Azelyn menulis di kertas tersebut bahwa hari ini dia izin untuk pergi karena ada masalah yang terjadi pada temannya. Dia juga mengatakan bahwa dirinya tak tahu apa akan pulang atau tidak.Kean meremas kertas tersebut, bisa-bisanya Azelyn lagi-lagi pergi tanpa sepengetahuannya. Dia mencoba melihat ponselnya dan membuka aplikasi pelacak, kali ini aplikasinya tak berfungsi lagi karena gadis itu mematikan po
Keesokan harinya Allen langsung menyuruh Laura untuk datang ke perusahaan Marvino. Laura menggunakan kemeja putih dengan rok sepaha untuk pergi ke perusahaan Marvino, pakaiannya benar-benar mencerminkan seorang karyawan wanita di perusahaan. Dia tak tahu posisi apa yang akan diberikan Allen padanya, tetapi dia tak terlalu memikirkannya karena tujuan sebenarnya adalah untuk mendekati pria itu. Laura memesan taksi untuk pergi ke perusahaan tersebut. Ketika taksinya sudah datang, dia lansung meluncur tanpa menunda waktu lagi. Butuh waktu 30 menit untuk sampai ke perusahaan tersebut. Jarak perusahaan Marvino lebih jauh dibanding perusahaan Adhlino, tetapi Laura meyakinkan semangatnya karena dia sudah terlalu lelah untuk mencari pekerjaan dan tak akan membuang kesempatan emas ini. Laura berjalan memasuki perusahaan, tiba-tiba seisi perusahaan meliriknya kemudian berbisik-bisik membuatnya merasa risih. Sepertinya berita tentang dirinya yang dipecat di perusahaan Adhlino secara tak t
Laura berdiri diam di tengah jembatan. Di belakangnya beberapa motor dan mobil berlalu lalang tanpa memedulikan dirinya yang sedang berdiri sendirian. Dia menatap kosong ke arah air sungai yang mengalir dengan deras. Gadis bermanik coklat itu sudah mengirimkan lamaran pekerjaannya ke berbagai tempat setelah dia dipecat dari Perusahaan Adhlino, tetapi satu pun tak ada yang menghubunginya untuk interview. Laura mengacak-acak rambutnya kesal. Dia meremas dokumen lamaran pekerjaannya dengan perasaan penuh emosi. "Azelyn! Ini semua gara-gara kamu! Berani-beraninya kamu menghancurkan karirku! Aku tak akan tinggal diam, aku pasti akan membalasmu!" teriak Laura emosi. Suara teriakannya tenggelam karena suara mobil dan motor yang mengebut. Laura melampiaskan emosinya dengan mengacak-acak rambutnya frustasi. Tanpa sengaja dokumennya terlepas dari genggaman dan terjun jatuh ke bawah sungai. Laura secara spontan menaikkan kaki kanan ke penghalang jembatan mencoba untuk menangkap dokumen
Lino tak menduga bahwa Reliza akan mengatakan itu. Dia melirik ke arah Kean yang masih terdiam sembari menyisir rambutnya ke belakang. "Sepertinya Anda sangat mengenal saya, Nona Reliza," ucap Kean dingin. Dia menatap tajam pada gadis itu kemudian melanjutkan kalimatnya, "Karena Anda terlihat sangat mengenal saya, Anda pasti tahu bagaimana sikap saya pada wanita selama ini, kan?" tanyanya. Reliza terdiam, tentu saja dia sangat mengetahui itu. Karena dia adalah salah satu wanita yang mengejar Kean, tetapi pria itu tak pernah meliriknya sedikit pun. "Saya akan langsung mengatakan tidak suka dan sangat membenci wanita yang selalu ingin menempel pada saya. Jadi, apa Anda masih menganggap saya berbohong dan meragukan pernikahan saya sebagai pernikahan palsu yang diatur?" kata Kean yang langsung membuat Reliza terdiam. Reliza menggenggam erat ujung gaunnya mendengar penuturan Kean. Tentu saja wanita yang selalu menempel pada pria itu yang dimaksud adalah dirinya. Kean melirik ding
Allen melirik pada Azelyn sembari mencoba menahan tawanya. Dia merasa tak percaya dengan situasi yang dia hadapi sekarang. Rumor yang diketahui Allen selama ini adalah Kean memiliki sifat yang dingin. Sebelumnya juga banyak yang mengatakan bahwa Kean adalah pria yang tak berperasaan. Namun, apa ini? Kean justru terlihat sangat posesif pada Azelyn. "Maafkan saya atas sikap saya selama ini, Tuan Kean," kata Allen sambil sedikit membungkuk sebagai tanda permintaan maafnya. "Karena saya sudah berpisah cukup lama dengan Azelyn, saya masih ingin bertemu dan mengobrol dengannya lebih lama lagi, tapi sepertinya saya sudah melewati batas," lanjutnya sembari melirik wanita bermanik biru itu. Kean mengeratkan rangkulannya ketika mendengar perkataan Allen. Perasaannya terasa berdenyut sakit mendengar kalimat itu. Apa itu memiliki arti bahwa pria itu masih menyimpan perasaan pada istrinya? "Saya harap ini tidak terjadi lagi, saya merasa tak nyaman jika istri saya bertemu dengan pria lain t
Kean berniat untuk menghampiri mereka, tetapi tiba-tiba dia menghentikan langkahnya lalu segera berbalik membelakangi mereka berdua yang belum menyadari kehadirannya. "Kenapa aku marah?" gumam Kean merasa heran dengan sikapnya sendiri, lalu mengurungkan niat untuk menghampiri Azelyn lalu segera keluar dari restauran tersebut. Meski mengatakan itu, Kean tetap menunggu Azelyn dan Allen yang masih mengobrol di dalam restauran. Dia duduk di dalam mobil sambil memperhatikan pintu restauran menunggu mereka untuk keluar. Tepat saat itu Azelyn dan Allen keluar dari restauran lalu kembali menjalankan mobil mereka menuju ke tempat selanjutnya. Kean mengikuti ke mana tujuan mereka berdua selanjutnya dari belakang. Allen mengendarai mobil kemudian tak sengaja melihat kaca spion mobilnya, dan menyadari mobil yang berada di belakangnya sedang mengikuti mereka. Allen mencoba berbelok ke arah lain dan mobil itu tetap mengikuti arah yang dia tuju. "Mau ke mana? Apartemenku bukan ke arah si
Azelyn berjalan keluar perusahaan sambil melamun, dirinya mengenal Kevin lebih dari 8 tahun, dan pria itu adalah cinta dan pacar pertama Azelyn. Dulu Azelyn sangat tak bisa melihat Kevin bersedih, karena menginginkan pria itu selalu bahagia di setiap harinya dan mencoba mencari segala cara untuk menghiburnya. Namun, ketika berpapasan dengan Kevin tadi dan melihat raut wajah Kevin yang hendak menangis, Azelyn tak merasakan perasaan apa pun lagi. Dia merasa tak peduli dengan apa yang akan terjadi pada pria itu selanjutnya. Sepertinya perasaannya pada Kevin memang sudah tak tersisa lagi. Azelyn memilih untuk tak terlalu memikirkan itu lagi, mencoba melihat sekeliling perusahaan mencari mobil Kean, tetapi tak terlihat tanda-tanda mobil itu di sekitar situ. Dia berpikir mungkin pria itu sudah pulang lebih dulu untuk beristirahat. Ketika Azelyn hendak pergi menuju halte bus, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di hadapannya. Kaca mobil itu mulai turun dan terlihat Allen berad
"Apa jangan-jangan kamu cemburu?" "Apa?" Mata Azelyn membelalak, apa bertanya mengenai urusan Kean dengan Nona Marvino termasuk ke dalam kategori cemburu? Azelyn mendorong tubuh Kean agar sedikit menjauh kemudian bangkit dari kursi kerja pria itu. "Tentu saja tidak, aku hanya penasaran dengan pertemuan sesama pengusaha besar," ucap Azelyn beralasan.Jawaban Azelyn justru semakin membuat Kean mengangkat sebelah alisnya bingung. "Aku sudah menawarimu untuk ikut, kalau kamu penasaran, seharusnya kamu menerima tawaran untuk pergi bersamaku." Azelyn langsung menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. "Tidak, aku memang penasaran, tapi aku tahu batasanku," kata Azelyn sembari tersenyum simpul. "Karena semua berkas sudah selesai diperiksa, aku izin pergi," lanjutnya sambil sedikit membungkuk memberi hormat lalu melangkah meninggalkan ruangan. Kean memandangi punggung Azelyn yang berjalan menuju pintu ruangan, kemudian merapikan berkas-berkas tersebut kemudian menghubungi Lino agar datang me