Ta'aruf Tanda Cinta (INDONESIA)

Ta'aruf Tanda Cinta (INDONESIA)

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-07-25
Oleh:Β  Hanazawa EaszyOn going
Bahasa:Β Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
37 Peringkat. 37 Ulasan-ulasan
20Bab
9.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:Β Β 

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

"Kamu nikah sama saya!" titah seorang pria. "HAH? Nikah? Baru juga ta'aruf. Gila ya?" "Iya. Saya memang tergila-gila sama kamu!" Pertengkaran itu terus berlanjut. Antara seorang pria 32 tahun dengan wanita yang tujuh tahun lebih muda darinya. Kehendak orang tua dan umur yang tak lagi muda, menjadikan keduanya harus melanjutkan prosesi ta'aruf hingga ke jenjang pernikahan. Bisakah keduanya membina keluarga yang sakinah mawaddah warahmah seperti harapan kedua orang tua mereka? Bagaimana jika keduanya masih mementingkan egonya masing-masing? Yuk langsung baca aja. Salam kenal dari Hanazawa Easzy

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Pertemuan Pertama

"Saya terima nikah dan jodohnya ... "

Seorang pria dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya, mengucap janji suci di atas altar. Dekorasi bunga artificial menghiasi panggung persegi panjang itu. Orang-orang tersenyum, ikut berbahagia akan karunia Allah ini.

Pengantin wanita duduk di samping pria yang mengucap akad tadi, mereka saling pandang dan kemudian mengulas senyum. Layaknya sepasang pengantin baru lainnya, mempelai wanita menyalami pria yang kini berstatus sebagai suaminya. Dan sebagai hadiahnya, dia mendapat kecupan di kening.

Manisnya....

Puk puk

"MEL?! AMELL!" Dua buah tepukan mendarat di puncak lengan Amel, salah satu tamu undangan yang hadir di tempat itu. "Kamu ngapain? Ngalamun?" tanya Meta, sahabat Amel.

Gadis yang dipanggil Amel itu segera menoleh ke sumber suara, untuk kemudian tersenyum.

"Ngalamun terus! Kamu pengen nikah ya?" celoteh wanita itu lagi, salah satu sahabat Amel. Wanita ini mengenakan jilbab lebar dengan gamis hijau toska menutupi tubuhnya.

Dan gadis yang dipanggil Amel tadi hanya tersenyum hambar, malas meladeni godaan yang sahabatnya lontarkan. Telinganya sudah kebal mendapat olok-olokan dari ibu satu anak ini.

"Cantik banget ya Nisa. Beruntung dia dapet suami ganteng," celoteh salah satu tamu undangan yang duduk di belakang Amel. Meta menoleh dan tersenyum kecut. Dia juga melirik Amel yang diam tak bereaksi sama sekali.

"Ya, rezekinya dia." Seseorang menjawabnya sedikit ketus. Amel memainkan ponselnya. Dari suaranya, Amel tahu jika yang tengah memperbincangkan Si Pengantin adalah ratu gosip di kelas. Semua orang tahu tabiat keduanya.

"Denger-denger mau bulan madu ke lombok, loh." Suara pertama menimpali, membuat Amel merasa semakin jengah di tempat ini.

"Wah, yang bener? Emang suaminya kerja di mana?"

'Hmm, 'kan? 'kan? 'kan?' Amel membatin. Ia memutar bola matanya, merasa jengah pada komentar beberapa wanita di dekatnya.

"Nggak usah didengerin, bikin sakit kuping," bisik Meta di telinga Amel. Dia yang paling mengerti perasaan jomlo satu ini. Dan dia tahu, Amel tidak nyaman dengan pembicaraan teman-temannya itu karena dari sekian banyak anak, hanya tinggal beberapa yang belum menikah. Amel salah satunya.

Teman-teman sekelasnya masih sama, suka bergosip seperti wanita-wanita lain pada umumnya. Mungkin memang sudah kodrat kaum hawa, tiada hari tanpa bergosip.

Lidah dan bibir mereka begitu piawai membicarakan keburukan orang lain. Bukan hanya keburukan, bahkan di saat bahagia seperti ini saja masih ada yang menambah bumbu penyedap dalam percakapannya. Pura-pura menyanjung tapi kemudian membicarakannya di belakang.

"Mel, hari ini kamu libur?" tanya Meta.

"Berangkat siang." Amel menjawab dengan wajah datar andalannya.

Meta mengangguk. Dia tahu rutinitas sahabatnya ini. Sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit, pastilah ada jadwal tertulis setiap bulannya. Berbeda dengannya yang murni ibu rumah tangga, pengangguran. Bisa dikatakan, tanpa kegiatan sama sekali.

Acara pernikahan itu masih terus berlanjut. Berbagai prosesi dijalankan oleh kedua mempelai. Beberapa tamu undangan mulai menikmati hidangan yang ada, termasuk Meta. Tersisa Amel seorang diri di sini.

Gadis 25 tahun ini menatap arloji bulat di pergelangan tangannya, tepat jam dua belas siang. Satu jam sebelum dia berangkat kerja. Tidak ada waktu lagi, dia harus segera berpamitan dari acara mewah ini.

Sejurus kemudian, Amel sudah duduk di atas motor matic miliknya. Dia memakai masker, kacamata, dan helm di kepalanya. Kendaraan roda dua itu membawanya pergi dari gedung resepsi pernikahan ini menuju rumahnya di dekat alun-alun kota. Terhitung ini adalah tahun ketiganya bekerja di rumah sakit sebagai seorang perawat.

Jalanan tampak ramai, waktunya jam makan siang orang-orang kantoran. Amel mengendarai sepeda motornya dengan hati-hati.

CIIITT

BRUKK

Sepeda motor yang Amel naiki tersenggol sebuah mobil warna silver yang berhenti di perempatan lampu merah, sama sepertinya. Beberapa orang segera mendekat dan menolong gadis yang memakai gaun warna coklat susu ini.

"Mbak, nggak apa-apa?" tanya seorang pria yang keluar dari mobil silver ini.

"Ada yang luka?" tanya pengendara yang lainnya.

"Periksa ke rumah sakit, mbak. Takut ada luka serius." Suara lain memberi saran.

"Nggak apa-apa kok, Pak, Bu." Amel tersenyum canggung sambil menatap orang-orang di sekelilingnya. Dia meringis, menahan luka di siku dan sisi luar tangannya yang baret setelah beradu dengan aspal jalanan. Darah mulai keluar membasahi gaun yang dipakainya.

"Mbak, tangannya berdarah," ucap salah satu wanita yang ikut berkerumun di sekeliling Amel.

"Pak, tanggung jawab! Ini mbaknya luka." Seorang wanita yang pertama kali menolong Amel, tampak menuntut pertanggungjawaban pria pengemudi mobil itu. Dia terlihat seperti orang kantoran, terlihat dari jas dan sepatu mengilap yang dipakainya.

"Iya, saya tanggung jawab, Bu. Mbak, ayo ... " pria berkacamata hitam itu berusaha bertanggung jawab atas kesalahannya yang kurang hati-hati saat berkendara.

"Maaf, saya buru-buru. Saya nggak apa-apa kok." Amel melirik lampu lalu lintas yang kini berubah warna hijau, tanda kendaraan sudah boleh melanjutkan perjalanan.

TIN

TIINN!!

Bunyi klakson di belakang sana mulai terdengar saling bersahutan, membubarkan kerumunan di depannya. Satu dua motor nekat melaju, meninggalkan Amel yang kini sudah duduk di atas motornya.

"Mbak, saya antar..."

Amel menoleh sekilas, "Saya nggak apa-apa. Maaf saya buru-buru."

Detik berikutnya, gadis 154 cm itu telah melajukan kendaraan skuter matic miliknya, membuat pemilik mobil silver terpaksa masuk ke dalam kendaraannya sendiri. Sebelum lampu menyala merah, dia segera menekan pedal gas, belok kanan ke arah barat dimana tempat tujuannya berada.

Dua muda mudi ini tak tahu, pertemuan pertama yang tak disengaja ini akan membawa mereka pada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

***

Hai readers semua, ini novel pertamaku di sini. Semoga kalian suka. Mohon maaf jika masih ada typo. Author nantikan kritik saran dari kalian. Sampai jumpa di episode berikutnya. See you,

Hanazawa Easzy

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
97%(36)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
3%(1)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.9 / 10.0
37 Peringkat Β· 37 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Eneng Susanti
Ceritanya menarik. Salam segendre, Kakak. Mampir ke ceritaku, ya. Judulnya: Khair dan Khaira
2021-10-10 03:55:52
0
user avatar
Gallon
Bekajar banyak aku dari ceritanya kak ❀❀❀❀
2021-05-27 00:56:36
2
user avatar
Liliss354
Keren kak ceritanya, alurnya menarik dan bikin penasaran😍 Semangat kakak, jangan lupa feedback "King of Night" ya:)
2021-05-22 20:39:57
1
user avatar
Blacksugar
❀❀❀ Smngat kk..
2021-05-16 20:26:49
1
user avatar
ARTGulf
😍😍😍😍😍😍
2021-05-16 01:15:57
1
user avatar
Langit Senja
Q seneng bgt klo da cwok yg lngsung mnta nikah bgtu. Berasa baper
2021-05-15 15:34:43
1
user avatar
Marscyapada
aku mampir thor, semangat😊
2021-05-09 10:02:01
1
user avatar
Marscyapada
aku mampir thor, semangat 😊😊
2021-05-09 10:01:36
1
user avatar
Authoring
Baper lho aku thor sama judul dan isinya. semangat selalu
2021-05-08 19:55:10
1
user avatar
ARTGulf
😍😍😍😍😍
2021-05-08 19:17:04
1
user avatar
Loveliv
Baper aaa😍😍😍😍😍😍
2021-05-08 19:09:27
1
user avatar
Adevio Putra Kencana
keren thord lanjut
2021-05-08 00:25:47
1
user avatar
Rae_1243
Kamu nikah sama saya! Me: Mauuu 😍😍😍
2021-05-08 00:05:38
1
user avatar
Liana Habibie
lanjut lg kk
2021-05-06 13:36:23
1
user avatar
VidiasYesika
semangat kak, di tunggu up berikutnya πŸ’ͺπŸ’ͺπŸ’ͺ
2021-05-06 12:06:08
1
  • 1
  • 2
  • 3
20 Bab
1. Pertemuan Pertama
"Saya terima nikah dan jodohnya ... " Seorang pria dengan jas hitam yang melekat di tubuhnya, mengucap janji suci di atas altar. Dekorasi bunga artificial menghiasi panggung persegi panjang itu. Orang-orang tersenyum, ikut berbahagia akan karunia Allah ini. Pengantin wanita duduk di samping pria yang mengucap akad tadi, mereka saling pandang dan kemudian mengulas senyum. Layaknya sepasang pengantin baru lainnya, mempelai wanita menyalami pria yang kini berstatus sebagai suaminya. Dan sebagai hadiahnya, dia mendapat kecupan di kening. Manisnya.... Puk puk "MEL?! AMELL!" Dua buah tepukan mendarat di puncak lengan Amel, salah satu tamu undangan yang hadir di tempat itu. "Kamu ngapain? Ngalamun?" tanya Meta, sahabat Amel. Gadis yang dipanggil Amel itu segera menoleh ke sumber suara, untuk kemudian tersenyum. "Ngalamun terus! Kamu pengen nikah ya?" celot
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-04
Baca selengkapnya
2. Keras Kepala
Matahari masih bersinar dengan cerah di luar sana, membuat siapa saja kepayahan. Brukk Amel membaringkan tubuhnya di atas kasur sembari memejamkan mata. Dia menatap luka baret di punggung tangan dan siku, akibat kecelakaan kecil tadi. Gaunnya koyak, menjadi korban aspal jalanan. Baru saja dia ingin terpejam sejenak, telinganya menangkap sebuah suara. Drrtt drrtt Ponsel Amel bergetar, menandakan ada panggilan masuk saat itu juga. Dengan malas, gadis 25 tahun ini mengambilnya. Nama 'Mama' tertera di sana. "Mama telepon? Ada maslah apa ya? Tumben," gumam Amel sedikit heran. Dia jarang menghubungi orangtuanya karena setiap libur ia menyempatkan pulang ke rumah. Dari tempat kosnya ini, setidaknya membutuhkan waktu satu jam sampai ke tempat tinggal mama dan papanya. "Assalamu'alaikum, Ma," sapa Amel lembut. "Wa'alaikumussalam warahmatullah." Suara itu segera menyap
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-12
Baca selengkapnya
3. Skenario Tak Terduga
Sebuah mobil warna silver terparkir di basement sebuah gedung pencakar langit bertuliskan Queen Hotel. Seorang pria dengan kacamata hitam keluar dari kendaraan roda empat itu. Dia melangkah cepat ke dalam lift yang membawanya ke lantai 7. Ting Denting nyaring terdengar sesaat sebelum pria ini berlari. Langkah kakinya dengan cepat sampai di depan sebuah ruangan bertuliskan angka 756. Kacamata hitam yang sedari tadi bertengger di atas hidungnya kini berpindah ke saku kemeja warna navy yang dipakai pria ini. Tok tok tok Tak menunggu waktu lama, ketukan itu segera bersambut. Seorang wanita berambut pirang membuka pintu di hadapannya, membuat sosok pria tampan itu terlihat. "Hello, Bi," sapa wanita itu dengan nada manja. Dia bahkan tak segan mengedip-ngedipkan sebelah matanya, menggoda makhluk di hadapannya. "Ada apa? Kenapa kamu panggil saya kesini?" Pria ini menggunakan bahasa formal, menunjukkan bahwa dia menjaga jarak sebisa mungkin dar
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-13
Baca selengkapnya
4. Pertemuan Kedua
Kejadian tak terduga menimpa seorang pria bernama Ryan Wibisono atau yang akrab dipanggil Wibi. Dia hampir saja dijebak oleh mantan kekasihnya, Teresa, yang tengah hamil. Dan ternyata Teresa nekat mengakhiri hidupnya di lobi hotel, dimana ada begitu banyak orang di sana. Para staf dan karyawan hotel segera menolong wanita itu, membawanya ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pertama. Dan Wibi juga ikut digiring ke sana. Bahkan seorang petugas keamanan menahan lengannya dengan erat, takut pria ini akan kabur. "Saya akan ikut ke rumah sakit. Tapi lepaskan dulu tangan saya, Pak!" geram Wibi menahan gondok. Sejak meninggalkan hotel lima menit yang lalu, lengannya tetap ada dalam cengkeraman pria berkumis ini. Seolah Wibi akan melompat keluar jika tidak ditahan. Padahal jelas-jelas tidak ada celah sama sekali untuknya bisa kabur. "Pak Security, lepas aja nggak apa-apa, Pak." Wanita resepsionis itu menengahi keadaan. "Tapi Bapak harus tanggung jawab. Ini mbakny
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-14
Baca selengkapnya
5. Golden Blood
Pertolongan pertama pada Teresa segera dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Wibi. Para perawat dan dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD) berusaha melakukan yang terbaik untuk pasien itu. Terlebih lagi, dia sedang mengandung sekarang. Resiko kehilangan nyawa lebih besar, dibandingkan wanita lain yang tidak berbadan dua. Bunuh diri merupakan salah satu dari 15 besar penyebab kematian di dunia. Setidaknya lebih dari 800.000 orang meninggal akibat bunuh diri. Dan untuk pelaku dengan rentang usia 15-29 tahun, bunuh diri merupakan penyebab kematian utama. Di antara para tenaga medis itu, terdapat Winda Amelia atau yang akrab dipanggil Amel. Dia bertugas mengurus administrasi pasien. Yah, sebenarnya ini bukan tugas utama Amel. Tapi, di situasi darurat seperti sekarang, apa saja harus dilakukan dengan cepat. "Dok, kondisi pasien semakin melemah. Dia butuh transfusi darah secepatnya!" ucap seorang pria dengan masker
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-17
Baca selengkapnya
6. Pria Aneh
Langit telah gelap seluruhnya saat Amel keluar dari ruang perawatan Teresa. Langkah kakinya tertuju pada ruang istirahat khusus perawat di ujung koridor. Sayup-sayup terdengar suara adzan dari pengeras suara masjid. Sudah waktunya salat maghrib.Segera saja, Amel mengambil air wudhu dan melaksanakan ibadah rutin tiga rakaat kewajibannya. Sudah menjadi keharusan sebagai seorang muslim untuk bersegera melaksanakan salat begitu masuk waktunya.Krekk krekkTerdengar bunyi gemeletuk di leher gadis 25 tahun ini. Dia menggerakkan lehernya, berharap rasa pegal yang ia rasakan akan sedikit berkurang. Tangannya sibuk, melipat mukena yang telah ia pakai dan menyimpannya lagi di dalam loker.Sejak datang siang tadi, hanya satu pasien yang ia urus, yakni pasien bunuh diri yang bernama Teresa itu. Kondisinya sudah sedikit membaik, namun masih lemah. Tubuhnya harus menyesuikan diri setelah kehilangan darah cukup banyak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-18
Baca selengkapnya
7. Terpesona
Sebuah mobil warna hitam meninggalkan pelataran rumah sakit. Di dalamnya berisi dua orang wanita dan seorang pria yang duduk di balik kemudi. "Udahan dong, Mel. Jangan cemberut gitu. Jelek tahu!" Suara Delia segera memecah keheningan malam ini. "Bodo amat!" Brukk Amel menjatuhkan badannya di kursi belakang dan memilih memejamkan matanya. Sebuah bantal hello kitty segera menutupi wajahnya, menyembunyikan rasa kesal luar biasa yang ia tampilkan. Delia melirik suaminya, meminta pertimbangan. Gadis di kursi belakang itu kini benar-benar marah. Delia merasa bersalah karena memaksa Amel pulang lebih awal. Pria bertubuh sedikit berisi itu menggelengkan kepala, meminta istrinya untuk tak memaksa adik sepupunya ini. Tidak ada yang salah. Mereka hanya menjalankan amanah papa dan mama. Lagipula ini juga demi kebaikan Amel. Mobil melaju membelah jala
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
8. Bukan Lelucon Sama Sekali
 Wibi dan keluarganya mendatangi rumah Amel dalam rangka prosesi ta'aruf. Meski sempat kecewa sebelumnya, namun akhirnya acara berjalan dengan lancar. Setelah makan malam bersama, Wibi meminta izin untuk berbicara empat mata dengan Amel. Mereka duduk berdua di taman yang ada di halaman depan. "Kamu nikah sama saya!" titah seorang pria yang tak lain adalah Wibi. "HAH? Nikah? Baru juga ta'aruf. Gila ya?" Amel tak mengerti jalan pikiran pria satu ini. Tadinya ia memasang jurus andalannya, yakni mode diam. Tapi, mendengar titah Wibi, membuat gadis ini berang juga. Dia tidak mau hidupnya diatur begitu saja oleh orang asing ini. "Iya. Saya memang tergila-gila sama kamu! Kita nikah minggu depan." Wibi menatap manik mata Amel, serius dengan ucapannya. "HAH?" Wajah Amel merah padam. Dia sungguh membenci pria otoriter seperti orang yang kini duduk di hadap
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-21
Baca selengkapnya
9. Calon Istri?
Matahari naik sepenggalah saat sebuah mobil warna hitam memasuki salah satu rumah sakit di ibukota. Tampaknya hari ini banyak pasien rawat jalan, terlihat dari padatnya kendaraan di tempat parkir ini. Amel segera melepas sabuk pengaman yang sejak tadi melingkupi tubuhnya. Wajahnya terlihat lelah, namun pergerakannya masih gesit. Terlihat jelas bahwa dia bukan gadis yang pemalas. "Pak Ryan, dimana ibu Bapak dirawat?" tanya Amel sembari membenahi jilbabnya. Ada satu dua helai rambut halus yang menerobos keluar dari inner yang digunakannya. Wibi menoleh dengan kening berkerut. Gadis ini tidak mengatakan apapun sepanjang jalan. Dan begitu membuka suara, justru kalimat formal yang ia ucapkan. "Pak?" Amel menatap lawan bicaranya. 'Astaga. Gadis ini.' Wibi menoleh ke arah lain, tak habis pikir dengan sikap Amel padanya. "Kamu panggil apa barusan?" Wibi mencoba menya
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-28
Baca selengkapnya
10. Menikah
Amel terpaksa mengikuti Wibi untuk membantu ibunya. Mereka sampai di rumah sakit Harapan Bunda sekitar pukul delapan pagi. Keduanya langsung menuju ruang perawatan di lantai 3 nomor 7, ruang Melati. Dokter Nura yang menjadi penanggung jawab ibu Wibi, meminta Amel mengikutinya untuk mengurus dokumen. Namun, ternyata dia berniat mengenalkan seseorang untuk menjadi jodoh Amel. Tentu saja gadis ini berusaha menghindar sebisa mungkin. Dia belum ingin menikah, itu alasan utamanya. Baru saja keluar dari ruangan dokter Nura, Amel justru tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Atau lebih tepatnya, dia yang menabrak orang di hadapannya, membuat dokumen di tangannya berserakan di lantai. "Amel?" Pria yang Amel tabrak menyapa. "Kamu bener Winda Amelia 'kan?" tanyanya mengonfirmasi. Dia yakin bahwa gadis yang kini terduduk di lantai itu Amel, temannya saat kecil. "Maaf, siapa ya?" Amel berusaha mengenali pria
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-29
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status