Share

**Bab 12 Cahaya di Tengah Kegelapan

**Bab 12 Cahaya di Tengah Kegelapan**

Aria menatap halaman-halaman kuno itu dengan mata yang membulat karena keterkejutan. Pikiran tentang pengorbanan jiwa terasa seperti bayangan hitam yang menyelimuti harapannya. Namun, dia tidak ingin menyerah begitu saja. Pasti ada jalan lain, sebuah cara untuk menghentikan kegelapan ini tanpa harus kehilangan nyawa seseorang.

Nenek Nyai menyadari keraguan dan ketakutan yang melintas di wajah Aria. Dia meletakkan tangannya dengan lembut di bahu Aria, menyalurkan ketenangan yang dia miliki. "Jangan khawatir, Ariane. Pengorbanan adalah cara yang tercatat di sini, tapi kita tidak boleh terburu-buru memutuskan. Kita harus memahami seluruh konteksnya dan mencari alternatif sebelum membuat keputusan."

Aria mengangguk, meskipun perasaan tidak nyaman masih menyelimutinya. Dia menatap lebih dalam ke halaman buku yang terbuka di hadapannya, mencoba menangkap petunjuk apa pun yang bisa membimbing mereka menuju solusi yang lebih baik. Di antara tulisan-tulisan yang hampir pudar oleh waktu, dia melihat simbol-simbol yang tampak familiar—simbol-simbol yang pernah dilihatnya dalam mimpi-mimpinya belakangan ini.

"Aku pernah melihat ini sebelumnya," bisik Aria, suaranya penuh dengan rasa takjub. "Dalam mimpi-mimpiku... tempat yang gelap dan dingin, dikelilingi oleh bayangan. Dan di tengahnya, ada simbol-simbol ini."

Nenek Nyai menatap Aria dengan ekspresi serius. "Itu berarti kau telah dipilih oleh leluhur kita untuk melanjutkan perjuangan mereka. Mimpi-mimpi itu adalah petunjuk yang diberikan kepada mereka yang terikat oleh takdir ini."

Aria merasa bulu kuduknya meremang. Apakah ini semua sudah diatur sebelumnya? Apakah dia memang ditakdirkan untuk melawan kegelapan ini sejak awal? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, namun dia tahu bahwa jawaban hanya bisa ditemukan jika mereka melangkah lebih jauh.

Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kuil, menyelidiki setiap halaman buku kuno itu. Setiap kata terasa seperti bagian dari teka-teki besar yang harus mereka pecahkan. Aria mencatat apa yang dia anggap penting, sementara Nenek Nyai dengan teliti membaca setiap paragraf, mencoba menemukan kelemahan dalam kegelapan yang bisa dimanfaatkan.

Akhirnya, di bagian terakhir buku itu, mereka menemukan sesuatu yang berbeda. Sebuah ritual yang digambarkan dengan detail—ritual yang, jika dilakukan dengan benar, bisa membangkitkan cahaya kuno yang kuat, cukup kuat untuk mengalahkan kegelapan tanpa harus mengorbankan nyawa siapa pun.

"Ini dia," kata Nenek Nyai dengan napas yang tertahan. "Cahaya Kuno, sebuah kekuatan yang tersimpan jauh di dalam kuil ini. Kekuatan ini bisa kita panggil untuk menghancurkan kegelapan, tapi ada risiko besar. Kekuatan ini sangat tidak stabil, dan jika kita tidak bisa mengendalikannya, kita mungkin akan menghancurkan segalanya—termasuk diri kita sendiri."

Aria mendengarkan dengan saksama, menyadari betapa pentingnya keputusan yang akan mereka ambil. Risiko itu sangat besar, tapi itu adalah satu-satunya jalan lain selain pengorbanan jiwa. Dia memandang Nenek Nyai, mencari nasihat dalam mata wanita tua yang penuh kebijaksanaan itu.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Aria, suaranya sedikit gemetar.

Nenek Nyai menutup buku itu dengan lembut, seolah-olah menghormati warisan yang tersimpan di dalamnya. "Kita akan mencoba memanggil Cahaya Kuno ini, tapi kita harus melakukannya dengan sangat hati-hati. Jika kita berhasil, kegelapan itu akan dihancurkan untuk selamanya. Tapi jika gagal... maka kita mungkin akan menanggung akibat yang lebih buruk."

Keputusan itu telah dibuat. Aria merasakan campuran ketakutan dan keberanian yang memenuhi dirinya. Meskipun risiko besar mengintai di depan, dia tahu bahwa dia harus melakukannya. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk desa, untuk keluarga, dan untuk seluruh dunia yang terancam oleh kegelapan ini.

Mereka segera mulai mempersiapkan ritual. Nenek Nyai mengeluarkan peralatan yang diperlukan dari tas kecilnya—bahan-bahan kuno yang telah disimpan oleh keluarganya selama berabad-abad, menunggu saat yang tepat untuk digunakan. Aria membantu mengatur semuanya, memastikan setiap detail dilakukan dengan benar. Dia tidak boleh melakukan kesalahan.

Ketika semua sudah siap, Nenek Nyai memimpin mereka dalam doa, memanggil roh leluhur untuk membimbing mereka dalam upaya ini. Suara Nenek Nyai bergema di dalam kuil, bergabung dengan suara-suara kuno yang seolah-olah hidup kembali di dinding-dinding batu itu. Aria bisa merasakan getaran yang semakin kuat di sekitarnya, seolah-olah seluruh alam semesta bersiap untuk momen yang sangat penting ini.

Nenek Nyai memegang kristal yang telah menyelamatkan mereka sebelumnya dan menempatkannya di tengah lingkaran ritual. "Ini adalah titik fokus kita," katanya dengan suara yang tenang namun penuh wibawa. "Cahaya Kuno akan datang melalui kristal ini. Tapi ingat, Aria, hanya kemurnian hati yang bisa mengendalikan kekuatan ini. Kau harus tetap tenang, tidak peduli apa yang terjadi."

Aria mengangguk dengan tegas, meskipun hatinya masih berdebar kencang. Dia mengambil tempat di sebelah Nenek Nyai, memegang tangannya erat-erat untuk menyalurkan keberanian yang mereka butuhkan. Saat itu, Nenek Nyai mulai melantunkan mantra terakhir yang akan memanggil Cahaya Kuno.

Udara di dalam kuil berubah, menjadi lebih berat dan tegang. Cahaya di dalam kristal mulai berpendar, pertama dengan lembut, lalu semakin kuat, hingga akhirnya ruangan itu dipenuhi oleh cahaya yang begitu terang hingga mereka harus menutup mata. Aria merasakan panas yang kuat, seperti matahari yang membakar dari dalam kristal, tapi dia tetap berusaha menjaga fokusnya.

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari dalam tanah. Kuil itu bergetar hebat, seolah-olah merespons panggilan mereka. Aria mencoba untuk tetap tenang, meskipun ketakutan semakin menghantamnya. Ini adalah saat yang paling kritis, dan dia tahu bahwa satu kesalahan saja bisa mengakibatkan kehancuran.

"Cahaya Kuno, datanglah!" teriak Nenek Nyai dengan suara yang menggema.

Kristal itu meledak dalam semburan cahaya yang menyilaukan. Cahaya itu menyebar ke seluruh ruangan, membanjiri setiap sudut dengan kekuatan yang luar biasa. Aria merasakan getaran yang luar biasa kuat di tubuhnya, seolah-olah seluruh jiwanya sedang ditarik oleh kekuatan yang tidak bisa dikendalikan. Dia berjuang untuk tetap berdiri, tapi kakinya goyah di bawah beban energi yang membanjiri mereka.

Tapi saat Aria berpikir bahwa mereka akan gagal, cahaya itu tiba-tiba berubah menjadi lembut. Itu menyelimuti mereka dengan kehangatan yang damai, seolah-olah melindungi mereka dari kegelapan yang ada di luar. Aria membuka matanya perlahan dan melihat bahwa cahaya itu telah membentuk sebuah lingkaran pelindung di sekitar mereka, memisahkan mereka dari dunia luar.

Nenek Nyai, yang juga terlihat kelelahan, tersenyum lemah. "Kita berhasil, Aria. Cahaya Kuno telah mendengar panggilan kita."

Namun, sebelum Aria bisa merasa lega, dia menyadari bahwa cahaya itu mulai mengerut, seperti ditarik ke satu titik di tengah-tengah ruangan. Dari titik itu, sebuah bentuk mulai muncul—sesosok makhluk yang terbuat dari cahaya murni, tapi dengan bayangan gelap yang berputar di sekelilingnya.

Nenek Nyai menatap makhluk itu dengan mata yang terbuka lebar. "Itu... itu adalah Roh Penjaga."

Aria merasa ada sesuatu yang tidak beres. Makhluk itu tampak berjuang melawan bayangan di sekelilingnya, seolah-olah kegelapan berusaha merasuki cahaya itu. Mereka telah memanggil Cahaya Kuno, tetapi kekuatan kegelapan juga telah meresap ke dalamnya, menciptakan sesuatu yang tidak sepenuhnya terang atau gelap.

Makhluk itu menatap Aria dengan mata yang berkilauan, seolah-olah mencari sesuatu darinya. Dan saat itu, Aria menyadari apa yang terjadi—Roh Penjaga itu membutuhkan bantuan mereka untuk mempertahankan bentuknya, untuk mengusir kegelapan yang berusaha merasuki dirinya.

"Apa yang harus kita lakukan?" Aria berbisik, suaranya dipenuhi oleh rasa takut.

Nenek Nyai menatap Aria dengan tekad yang baru. "Kita harus membantunya, Aria. Kita harus menggunakan kekuatan hati kita untuk mengusir kegelapan itu. Ini adalah ujian terakhir kita."

______

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status