Share

THE SHADOWED LEGACY
THE SHADOWED LEGACY
Penulis: Aaiyuu_195

Bab 1: Panggilan dari Masa Lalu**

---

**Bab 1: Panggilan dari Masa Lalu**

Aria berdiri di depan pintu kayu besar yang sudah lapuk oleh waktu. Pintu itu menjadi saksi bisu dari segala kejadian yang pernah terjadi di dalam rumah tua ini. Di balik pintu itu, banyak nyawa telah melayang, dan setiap jiwa yang pernah menghuni rumah ini meninggalkan jejaknya di sana—jejak yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang cukup berani untuk mendekat.

Pintu itu mengeluarkan bunyi berderit saat Aria mendorongnya dengan ragu. Langkah pertamanya ke dalam rumah itu membawa hawa dingin yang langsung merayap ke tulang. Lorong yang gelap dan berdebu terbentang di depannya, mengundang rasa takut yang semakin menguat di dalam hatinya. Tapi Aria tetap maju, mengabaikan naluri yang memintanya untuk lari.

Rumah itu, meskipun terlihat kosong, seolah hidup dengan suara-suara kecil yang menakutkan. Angin menerpa dinding-dindingnya yang rapuh, menciptakan bunyi gemerisik yang menyerupai bisikan. Cahaya bulan yang masuk melalui jendela-jendela berkarat memberikan bayangan-bayangan aneh yang tampak menari-nari di lantai kayu.

Di ujung lorong, sebuah pintu lain menarik perhatian Aria. Pintu itu tampak lebih baru dibandingkan dengan yang lain, seolah-olah ada yang sering keluar-masuk. Dengan jantung yang berdebar kencang, Aria mendekati pintu tersebut. Saat tangannya meraih kenop, perasaan bahwa ada yang mengawasinya semakin kuat.

Aria membuka pintu itu dan menemukan sebuah ruangan kecil dengan dinding yang dipenuhi cermin-cermin tua. Di tengah ruangan, ada sebuah meja dengan lilin yang sudah meleleh separuh. Tidak ada yang tampak aneh pada awalnya, sampai Aria menyadari bahwa bayangannya di cermin tidak bergerak sesuai dengan gerakannya.

Ketakutan mulai merayap ke dalam pikirannya. Dia berbalik untuk keluar dari ruangan, tetapi bayangan itu tetap berdiri di tempatnya, memandangnya dengan tatapan hampa. Aria merasa dirinya terperangkap dalam cermin-cermin itu, seolah-olah setiap langkah yang diambilnya semakin mendekatkannya pada sesuatu yang mengerikan.

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar ruangan. Langkah itu berat dan lambat, mendekat dengan pasti. Aria menahan napasnya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghadapinya. Namun, saat pintu terbuka, hanya keheningan yang menyambutnya. Tidak ada apa-apa, hanya bayangannya di cermin yang kini tampak tersenyum dingin, sebuah senyuman yang bukan miliknya.

Dengan jantung berdegup kencang, Aria mendekati cermin-cermin itu, mencoba memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi. Bayangan di cermin tidak hanya tersenyum, tetapi juga mulai bergerak dengan sendirinya. Bayangan itu perlahan-lahan mengangkat tangannya, seolah-olah sedang mengajak Aria untuk masuk ke dalam dunia di balik cermin. Tangan bayangan itu menyentuh permukaan cermin dari dalam, menciptakan riak-riak halus di atas kaca, seakan air yang beriak ketika disentuh.

Aria mundur beberapa langkah, tetapi perasaan dingin yang menyelimuti tubuhnya semakin kuat. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari cermin, meskipun rasa takut terus mencengkeram hatinya. Bayangan itu terus mendekat, dan seolah-olah tembok ruangan mulai bergerak, menyempit, memaksa Aria untuk mendekati cermin.

Saat itu, lilin di atas meja tiba-tiba padam, membuat ruangan itu menjadi gelap gulita. Suara-suara aneh mulai terdengar, seperti bisikan dari berbagai arah, mengisi ruangan dengan keheningan yang mencekam. Dalam kegelapan, Aria bisa merasakan bayangan itu semakin dekat, seolah-olah melompat keluar dari cermin.

Dengan tangan gemetar, Aria mencoba meraba-raba dinding, mencari pintu keluar. Namun, ruangan itu tampak berubah menjadi labirin gelap yang tidak mungkin dilalui. Setiap langkah yang diambilnya hanya membuatnya semakin tersesat dalam kegelapan yang pekat.

Saat Aria hampir menyerah pada rasa takut yang semakin membesar, cahaya samar dari jendela tua di ujung ruangan mulai menerangi kembali cermin-cermin di sekelilingnya. Dalam pantulan cermin, Aria melihat bayangannya sendiri, tapi kali ini bayangan itu terlihat seperti dirinya yang berbeda. Mata bayangan itu lebih gelap, penuh dengan kegelapan yang menakutkan, dan senyumnya semakin melebar, menampakkan gigi-gigi tajam yang tidak seharusnya ada.

"Pergilah dari sini, sebelum terlambat," bisikan halus itu terdengar, entah dari mana asalnya. Suara itu terasa seperti datang dari masa lalu, sebuah peringatan yang terlambat untuk disampaikan. Aria tahu dia harus pergi, tapi kakinya seperti tertancap di lantai, tidak bisa digerakkan. Ketakutan yang melumpuhkan membuatnya hanya bisa berdiri, menatap cermin yang menampakkan sosoknya yang semakin berubah menjadi makhluk asing.

Pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka lebar, angin dingin menyerbu masuk, memadamkan lilin yang nyaris habis terbakar. Aria merasakan dorongan kuat untuk berlari, meninggalkan semua ketakutan itu di belakangnya. Tapi saat dia melangkah keluar dari ruangan, bayangan di cermin memandangnya dengan tatapan yang seolah berkata, "Ini baru permulaan."

Dengan napas tersengal-sengal, Aria keluar dari rumah itu, tapi dia tahu bahwa apa yang baru saja dia alami bukanlah akhir dari cerita. Sesuatu yang kelam dan menakutkan telah terbangun dari tidurnya yang panjang, dan Aria merasa bahwa masa depannya kini terikat erat dengan rahasia yang terkubur di balik jendela-jendela tua itu.

---

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status