Beranda / Horor / THE SHADOWED LEGACY / *Bab 2: Bayang-bayang Masa Lalu**

Share

*Bab 2: Bayang-bayang Masa Lalu**

Penulis: Aaiyuu_195
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

---

**Bab 2: Bayang-bayang Masa Lalu**

Aria duduk terdiam di ujung tempat tidurnya, menatap kosong ke arah jendela kamarnya yang sedikit terbuka. Angin malam yang dingin masuk melalui celah itu, tetapi tidak mampu mengusir perasaan dingin yang membekukan tulangnya. Perjalanan singkatnya ke rumah tua itu meninggalkan jejak yang mendalam di pikirannya, dan setiap kali dia menutup mata, bayangan cermin yang tersenyum itu muncul kembali, menambah beban ketakutan yang sudah berat di hatinya.

Dia mencoba untuk tidur, tapi setiap kali menutup mata, ingatan tentang ruangan berisi cermin itu menghantui pikirannya. Bayangan yang menatapnya dengan tatapan kosong, senyum dingin yang bukan miliknya, dan bisikan halus yang terdengar seperti berasal dari masa lalu—semua itu terus berputar di benaknya, membuatnya terjaga sepanjang malam.

Aria berpikir untuk menceritakan semuanya kepada temannya, Lisa, yang selalu menjadi pendengar setianya. Namun, sesuatu dalam dirinya menahan keinginan itu. Dia merasa bahwa apa pun yang dia alami malam itu tidak akan mudah dijelaskan, dan dia takut Lisa akan menganggapnya gila. Bagaimana mungkin dia bisa menjelaskan bahwa bayangannya sendiri di cermin telah bergerak tanpa kendali? Bahwa rumah itu seolah-olah hidup dan mengundangnya masuk ke dalam kegelapan?

Saat pagi akhirnya tiba, dengan sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarnya, Aria merasakan sedikit kelegaan. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua yang terjadi malam itu hanyalah halusinasi akibat kelelahan dan ketakutan yang berlebihan. Namun, jauh di lubuk hatinya, dia tahu ada sesuatu yang lebih dari sekadar ilusi. Sesuatu yang nyata telah terbangun di dalam rumah itu, dan Aria merasa bahwa dia belum sepenuhnya lepas dari pengaruhnya.

Di sekolah, Aria berusaha untuk bersikap normal, mencoba mengalihkan pikirannya dari apa yang telah terjadi. Namun, setiap kali dia melihat pantulan dirinya di cermin kamar mandi atau kaca jendela, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memeriksa apakah bayangan itu akan bergerak sendiri lagi. Ketakutan itu semakin hari semakin menghantuinya, membuatnya merasa seolah-olah dia tidak bisa melarikan diri dari apa yang sudah dimulai.

Lisa, yang duduk di sebelah Aria saat makan siang, memperhatikan perubahan pada sahabatnya itu. Aria tampak lebih pendiam dan sering melamun, jauh berbeda dari biasanya. Lisa mencoba untuk mengajak Aria berbicara, tetapi jawaban yang didapatnya selalu singkat dan penuh keraguan.

"Aria, kamu kenapa? Kamu kelihatan aneh belakangan ini," tanya Lisa dengan nada khawatir. "Kamu tahu kalau kamu bisa cerita apa saja ke aku, kan?"

Aria menatap Lisa sejenak, lalu tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, kok. Aku cuma lagi banyak pikiran aja."

Lisa tidak sepenuhnya percaya, tapi dia memutuskan untuk tidak memaksa. Mungkin Aria hanya butuh waktu untuk membuka diri, pikirnya. Namun, di balik senyum Aria, ada sesuatu yang membuat Lisa merasa cemas. Sesuatu yang tidak terkatakan, tetapi sangat nyata.

Malam itu, Aria kembali ke rumah dengan perasaan cemas yang tidak bisa dia jelaskan. Setelah makan malam yang hampa dan percakapan singkat dengan ibunya, Aria masuk ke kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. Dia menyalakan lampu meja dan berbaring di tempat tidurnya, berharap bisa tidur nyenyak malam ini. Namun, pikirannya terus berputar, kembali pada rumah tua itu, dan cermin-cermin yang seolah mengurungnya dalam dunia lain.

Di tengah malam, Aria terbangun karena suara-suara aneh yang datang dari luar kamarnya. Suara gemerisik seperti angin yang menerpa daun, tetapi terdengar lebih dekat dan lebih nyata. Dengan jantung berdebar kencang, Aria bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar. Dia berdiri di ambang pintu, mendengarkan dengan seksama. Suara itu datang dari ruang tamu, dan semakin dia mendengarkan, semakin jelas suara itu terdengar seperti langkah kaki.

Aria merasa ketakutan, tetapi rasa ingin tahunya lebih kuat. Dia melangkah pelan-pelan ke arah ruang tamu, mencoba untuk tidak membuat suara. Saat dia sampai di sana, dia melihat sosok samar berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke halaman. Sosok itu tinggi, dengan bayangan yang tidak jelas, seolah-olah kabut telah mengambil bentuk manusia.

Aria menahan napas, berusaha untuk tidak panik. Dia mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa itu hanya ilusi, bahwa sosok itu hanyalah bayangan dari pohon di luar. Namun, saat sosok itu perlahan-lahan berbalik menghadapnya, Aria menyadari bahwa dia salah. Itu bukan bayangan pohon, melainkan sesuatu yang jauh lebih menakutkan.

Sosok itu tidak memiliki wajah, hanya bayangan gelap yang tampak bergerak-gerak seperti asap. Tapi meskipun tanpa wajah, Aria bisa merasakan tatapan dingin yang tertuju padanya, tatapan yang sama seperti bayangan di cermin rumah tua itu. Sosok itu mendekat, langkah-langkahnya yang tanpa suara seolah-olah menembus lantai kayu di bawahnya.

Aria tidak bisa bergerak, seolah-olah kakinya terpaku di tempat. Dia merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya, membuat setiap saraf di tubuhnya tegang. Saat sosok itu semakin mendekat, Aria bisa mendengar bisikan-bisikan halus yang datang dari segala arah, seperti suara ribuan jiwa yang terperangkap, memohon untuk dibebaskan.

Aria tahu dia harus lari, tapi tubuhnya tidak mau bergerak. Dia hanya bisa menatap sosok itu yang sekarang berdiri hanya beberapa langkah di depannya. Ketakutan yang luar biasa menguasai dirinya, tetapi di saat yang sama, ada rasa penasaran yang mendalam. Siapakah sosok ini? Apa yang diinginkannya?

Saat sosok itu mengangkat tangannya, bayangan hitam melingkupi Aria, menutup semua cahaya yang ada di sekitarnya. Segalanya menjadi gelap, dan Aria merasa seolah-olah dia sedang tenggelam ke dalam kegelapan yang tak berujung.

Tiba-tiba, sosok itu menghilang, meninggalkan Aria terjatuh ke lantai dengan napas tersengal-sengal. Keringat dingin membasahi tubuhnya, dan jantungnya berdetak kencang seolah-olah ingin keluar dari dadanya. Aria bangkit perlahan, mencoba menenangkan dirinya, tetapi perasaan takut itu tetap ada, menempel pada dirinya seperti bayangan yang tidak bisa dilepaskan.

Aria kembali ke kamarnya, menutup pintu dengan keras, dan mengunci pintu itu. Dia duduk di sudut kamar, memeluk lututnya, mencoba mengendalikan rasa takut yang semakin membesar. Malam itu, Aria tidak tidur, hanya duduk terjaga dengan pandangan kosong, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi.

---

Bab terkait

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 3: Misteri dalam Kegelapan**

    **Bab 3: Misteri dalam Kegelapan** Pagi yang datang tidak membawa kedamaian bagi Aria. Setelah malam penuh ketegangan itu, rasa lelah yang luar biasa mendera tubuh dan pikirannya. Namun, lebih dari sekadar lelah, ada rasa takut yang terus menggerogoti dirinya, membuatnya gelisah meski sinar matahari menembus tirai kamarnya. Sosok misterius yang muncul di rumahnya malam tadi meninggalkan kesan mendalam, seolah-olah suatu kekuatan gelap telah merangsek masuk ke dalam kehidupannya. Aria mencoba mengabaikan apa yang terjadi, berusaha bersikap normal seperti biasanya. Dia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, namun bayang-bayang dari kejadian semalam terus menghantuinya. Saat dia memandang dirinya di cermin kamar mandi, dia memperhatikan pantulan wajahnya yang tampak lebih pucat dari biasanya. Mata hitamnya tampak kosong, seolah-olah sedang melihat sesuatu yang jauh di dalam pikirannya sendiri. Di sekolah, semuanya berjalan seperti biasa, tetapi Aria merasa seolah-olah dia berada di duni

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 4: Pantulan di Dalam Cermin**

    **Bab 4: Pantulan di Dalam Cermin** Aria berdiri di depan pintu ruang besar itu, pintu yang berat dan usang. Di baliknya, Aria tahu bahwa cermin-cermin Willem masih ada di sana, menunggu untuk mengungkapkan rahasia kelam mereka. Tangan Aria sedikit gemetar saat meraih gagang pintu, tetapi dia menekan rasa takutnya dan mendorong pintu itu dengan pelan. Pintu itu berderit dengan suara nyaring, seolah-olah sudah bertahun-tahun tidak dibuka. Ruangan itu gelap, dan udara di dalamnya terasa pengap, seolah-olah tertahan di dalamnya selama bertahun-tahun. Dengan senter yang menyala, Aria melangkah masuk, menyoroti satu per satu cermin-cermin besar yang menghiasi dinding-dinding ruangan itu. Cermin-cermin itu tampak seperti mata besar yang mengawasi, memantulkan bayangan Aria yang kecil dan rapuh di tengah kegelapan. Cermin-cermin itu berbeda dari cermin biasa. Masing-masing memiliki bingkai yang rumit, terukir dengan simbol-simbol yang tidak dikenal Aria, seolah-olah setiap cermin membawa

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 5: Panggilan dari Cermin Terakhir**

    **Bab 5: Panggilan dari Cermin Terakhir** Aria berjalan tergesa-gesa keluar dari rumah tua itu, napasnya masih terengah-engah dan jantungnya berdebar keras di dadanya. Kengerian yang baru saja dia alami membuat pikirannya kacau. Bayangan Willem yang nyaris keluar dari cermin itu terus membayang-bayangi pikirannya, menghantui setiap langkahnya. Namun, di balik rasa takut itu, ada sesuatu yang lebih kuat—rasa tanggung jawab yang mendesak. Buku yang ditemukannya di ruangan itu terasa berat di tangannya, seolah-olah mengandung beban rahasia yang tak tertahankan. Aria tahu bahwa dia tidak bisa mengabaikan peringatan dalam buku tersebut. Cermin terakhir yang disebutkan dalam buku itu adalah kunci untuk menghentikan semua ini, tapi di mana dia harus mencari? Dan apa yang harus dia lakukan jika menemukannya? Ketika Aria kembali ke rumahnya, hari sudah mulai gelap. Dia memasuki rumah dengan langkah gontai, langsung menuju kamarnya. Begitu dia masuk, dia meletakkan buku itu di atas meja dan

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 6: Pengorbanan Terakhir**

    **Bab 6: Pengorbanan Terakhir** Aria berdiri di depan cermin terakhir dengan napas yang tersengal-sengal, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Bayangan Willem terus menatapnya dengan pandangan yang menusuk, seolah-olah mampu melihat ke dalam jiwanya dan menelanjangi setiap ketakutan yang dia coba sembunyikan. Tawanya masih bergema di dalam gua itu, menambah suasana yang sudah mencekam. "Aria...," suara Willem terdengar lembut namun penuh ancaman, "kau tahu bahwa kau tidak bisa lari dari takdirmu. Cermin ini bukan sekadar pintu, ini adalah penjara dan kebebasan. Jika kau menghancurkannya, aku akan bebas...dan begitu juga dengan kegelapan yang mengikutiku." Aria terdiam, mencoba memproses kata-kata Willem. Dia tahu bahwa setiap pilihan yang dia ambil akan memiliki konsekuensi besar. Namun, ada sesuatu yang aneh dalam kata-kata Willem, seolah-olah ada bagian dari kebenaran yang belum terungkap. Dia tidak bisa begitu saja percaya bahwa menghancurkan cermin akan memberikan kebebasan

  • THE SHADOWED LEGACY   Bab 7: Jejak Bayangan di Desa**

    **Bab 7: Jejak Bayangan di Desa** Hari-hari berlalu sejak pertemuan terakhir Aria dengan cermin di dalam gua. Desa tempat tinggalnya kembali tenang, seolah-olah badai gelap yang mengancam kini telah berlalu. Namun, bagi Aria, ketenangan ini terasa aneh, hampir tidak nyata. Meski semua tampak kembali normal, ada sesuatu yang mengganggu di dalam dirinya, sebuah perasaan bahwa segalanya belum benar-benar berakhir. Aria berusaha menjalani hidup seperti biasa, tetapi bayangan dari peristiwa-peristiwa di gua itu terus menghantuinya. Setiap malam, dia terbangun dari mimpi buruk yang sama—cermin besar yang menghancurkan dirinya sendiri dan suara tawa Willem yang terus menggema di telinganya. Bahkan di siang hari, bayangan itu mengikuti setiap langkahnya, membuatnya merasa tidak pernah benar-benar sendirian. Namun, yang paling mengganggu Aria adalah kenyataan bahwa dia masih hidup. Dia tahu bahwa pengorbanannya seharusnya menyegel nasibnya bersama Willem di dalam cermin, tetapi entah bagaim

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 8: Warisan yang Terlupakan**

    **Bab 8: Warisan yang Terlupakan** Aria berlari dengan napas terengah-engah, meninggalkan hutan yang mencekam di belakangnya. Jalan setapak menuju desa terasa lebih panjang dari biasanya, seolah-olah setiap langkah yang dia ambil menariknya lebih dalam ke dalam ketakutan yang baru saja dia temukan. Meskipun udara dingin malam mulai menyelimuti sekitarnya, Aria merasa keringat dingin mengalir di punggungnya. Sesampainya di desa, Aria langsung menuju rumahnya. Saat dia menutup pintu di belakangnya, perasaan aman yang biasa dia rasakan di dalam rumah itu tampak hilang. Semuanya terasa berbeda sekarang, setelah apa yang baru saja dia alami di hutan. Ada sesuatu yang gelap yang mengintai, dan rumah ini, yang dulu menjadi tempat perlindungannya, tidak lagi terasa cukup kuat untuk menahannya. Aria tahu dia perlu melakukan sesuatu, tetapi langkah pertamanya adalah memahami lebih banyak tentang apa yang sedang dia hadapi. Pikiran pertamanya adalah kembali ke buku tua yang pernah dia temukan

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 9: Suara dari Kegelapan**

    **Bab 9: Suara dari Kegelapan** Aria menghabiskan sisa malamnya dengan membaca buku tua yang diberikan Nenek Nyai. Setiap kata terasa seperti petunjuk penting dalam teka-teki besar yang sedang dihadapinya. Namun, meski dia sudah memahami banyak hal, ada bagian-bagian yang masih membingungkan. Pikirannya terus melayang ke hutan tempat dia menemukan cermin, dan perasaan bahwa sesuatu yang gelap masih mengintai di sana tak bisa diabaikan. Ketika fajar mulai menyingsing, Aria tahu dia harus kembali ke rumahnya. Nenek Nyai sudah memberinya batu kristal, tapi dia tidak yakin kapan atau bagaimana menggunakannya. Saat dia keluar dari rumah Nenek Nyai, udara pagi terasa dingin dan sunyi. Desa itu masih tertidur, tapi Aria merasa seolah-olah dia sedang diawasi. Setiap langkahnya membawa bayangan ketakutan, dan dia tahu bahwa ancaman yang dia rasakan bukanlah khayalan semata. Sesampainya di rumah, Aria segera masuk ke kamarnya. Di sana, dia meletakkan batu kristal itu di atas meja dekat tempa

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi**

    **Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi** Matahari telah mulai tenggelam di balik bukit ketika Aria akhirnya mencapai rumah Nenek Nyai. Suasana di desa terasa aneh, seolah-olah ada sesuatu yang merayap di balik ketenangan senja. Aria tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa setiap bayangan yang terlihat, setiap angin yang berdesir, membawa pesan dari kegelapan yang semakin dekat. Nenek Nyai menyambut Aria dengan wajah serius. Tanpa basa-basi, dia segera mempersilakan Aria masuk ke ruangannya yang penuh dengan buku-buku kuno, ramuan, dan benda-benda aneh lainnya. Nenek Nyai tahu ada sesuatu yang mendesak yang harus mereka bicarakan, dan tatapan mata tajamnya mengisyaratkan bahwa dia sudah menunggu kedatangan Aria. “Anakku, apa yang terjadi sejak terakhir kali kita bertemu?” tanya Nenek Nyai, suaranya lembut tapi tegas. Aria menggenggam erat batu kristal di sakunya, merasakan getaran aneh setiap kali dia mengingat peristiwa di rumahnya. Dia menceritakan semua yang terjadi—tentang suara-

Bab terbaru

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 12 Cahaya di Tengah Kegelapan

    **Bab 12 Cahaya di Tengah Kegelapan**Aria menatap halaman-halaman kuno itu dengan mata yang membulat karena keterkejutan. Pikiran tentang pengorbanan jiwa terasa seperti bayangan hitam yang menyelimuti harapannya. Namun, dia tidak ingin menyerah begitu saja. Pasti ada jalan lain, sebuah cara untuk menghentikan kegelapan ini tanpa harus kehilangan nyawa seseorang.Nenek Nyai menyadari keraguan dan ketakutan yang melintas di wajah Aria. Dia meletakkan tangannya dengan lembut di bahu Aria, menyalurkan ketenangan yang dia miliki. "Jangan khawatir, Ariane. Pengorbanan adalah cara yang tercatat di sini, tapi kita tidak boleh terburu-buru memutuskan. Kita harus memahami seluruh konteksnya dan mencari alternatif sebelum membuat keputusan."Aria mengangguk, meskipun perasaan tidak nyaman masih menyelimutinya. Dia menatap lebih dalam ke halaman buku yang terbuka di hadapannya, mencoba menangkap petunjuk apa pun yang bisa membimbing mereka menuju solusi yang lebih baik. Di antara tulisan-tulisa

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 11: Pertarungan Melawan Kegelapan**

    **Bab 11: Pertarungan Melawan Kegelapan**Malam itu, angin dingin berhembus kencang, membawa aroma lembab dan rasa takut yang menggantung di udara. Aria dan Nenek Nyai berjalan dengan cepat menuju rumah Aria, hati mereka dipenuhi ketegangan. Setiap langkah terasa semakin berat, seakan bumi itu sendiri enggan membiarkan mereka melangkah lebih jauh. Bayangan-bayangan yang merayap di jalanan semakin nyata, membuat Aria merasa seolah-olah setiap sudut desa ini dipenuhi mata-mata tak kasat mata yang mengintai mereka.Sesampainya di depan rumahnya, Aria berhenti sejenak. Rumah itu tampak berbeda sekarang—bukan lagi sebagai tempat berlindung, melainkan seperti jebakan yang siap menelannya hidup-hidup. Nenek Nyai merasakan kegelisahan Aria, tapi dia tahu bahwa tidak ada waktu untuk ragu. Mereka harus segera melakukan ritual sebelum kekuatan gelap di balik cermin itu menjadi lebih kuat."Aria, ingatlah satu hal," kata Nenek Nyai dengan suara tegas, "Kau harus tetap fokus. Jangan biarkan ketaku

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi**

    **Bab 10: Kebenaran yang Tersembunyi** Matahari telah mulai tenggelam di balik bukit ketika Aria akhirnya mencapai rumah Nenek Nyai. Suasana di desa terasa aneh, seolah-olah ada sesuatu yang merayap di balik ketenangan senja. Aria tidak bisa menyingkirkan perasaan bahwa setiap bayangan yang terlihat, setiap angin yang berdesir, membawa pesan dari kegelapan yang semakin dekat. Nenek Nyai menyambut Aria dengan wajah serius. Tanpa basa-basi, dia segera mempersilakan Aria masuk ke ruangannya yang penuh dengan buku-buku kuno, ramuan, dan benda-benda aneh lainnya. Nenek Nyai tahu ada sesuatu yang mendesak yang harus mereka bicarakan, dan tatapan mata tajamnya mengisyaratkan bahwa dia sudah menunggu kedatangan Aria. “Anakku, apa yang terjadi sejak terakhir kali kita bertemu?” tanya Nenek Nyai, suaranya lembut tapi tegas. Aria menggenggam erat batu kristal di sakunya, merasakan getaran aneh setiap kali dia mengingat peristiwa di rumahnya. Dia menceritakan semua yang terjadi—tentang suara-

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 9: Suara dari Kegelapan**

    **Bab 9: Suara dari Kegelapan** Aria menghabiskan sisa malamnya dengan membaca buku tua yang diberikan Nenek Nyai. Setiap kata terasa seperti petunjuk penting dalam teka-teki besar yang sedang dihadapinya. Namun, meski dia sudah memahami banyak hal, ada bagian-bagian yang masih membingungkan. Pikirannya terus melayang ke hutan tempat dia menemukan cermin, dan perasaan bahwa sesuatu yang gelap masih mengintai di sana tak bisa diabaikan. Ketika fajar mulai menyingsing, Aria tahu dia harus kembali ke rumahnya. Nenek Nyai sudah memberinya batu kristal, tapi dia tidak yakin kapan atau bagaimana menggunakannya. Saat dia keluar dari rumah Nenek Nyai, udara pagi terasa dingin dan sunyi. Desa itu masih tertidur, tapi Aria merasa seolah-olah dia sedang diawasi. Setiap langkahnya membawa bayangan ketakutan, dan dia tahu bahwa ancaman yang dia rasakan bukanlah khayalan semata. Sesampainya di rumah, Aria segera masuk ke kamarnya. Di sana, dia meletakkan batu kristal itu di atas meja dekat tempa

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 8: Warisan yang Terlupakan**

    **Bab 8: Warisan yang Terlupakan** Aria berlari dengan napas terengah-engah, meninggalkan hutan yang mencekam di belakangnya. Jalan setapak menuju desa terasa lebih panjang dari biasanya, seolah-olah setiap langkah yang dia ambil menariknya lebih dalam ke dalam ketakutan yang baru saja dia temukan. Meskipun udara dingin malam mulai menyelimuti sekitarnya, Aria merasa keringat dingin mengalir di punggungnya. Sesampainya di desa, Aria langsung menuju rumahnya. Saat dia menutup pintu di belakangnya, perasaan aman yang biasa dia rasakan di dalam rumah itu tampak hilang. Semuanya terasa berbeda sekarang, setelah apa yang baru saja dia alami di hutan. Ada sesuatu yang gelap yang mengintai, dan rumah ini, yang dulu menjadi tempat perlindungannya, tidak lagi terasa cukup kuat untuk menahannya. Aria tahu dia perlu melakukan sesuatu, tetapi langkah pertamanya adalah memahami lebih banyak tentang apa yang sedang dia hadapi. Pikiran pertamanya adalah kembali ke buku tua yang pernah dia temukan

  • THE SHADOWED LEGACY   Bab 7: Jejak Bayangan di Desa**

    **Bab 7: Jejak Bayangan di Desa** Hari-hari berlalu sejak pertemuan terakhir Aria dengan cermin di dalam gua. Desa tempat tinggalnya kembali tenang, seolah-olah badai gelap yang mengancam kini telah berlalu. Namun, bagi Aria, ketenangan ini terasa aneh, hampir tidak nyata. Meski semua tampak kembali normal, ada sesuatu yang mengganggu di dalam dirinya, sebuah perasaan bahwa segalanya belum benar-benar berakhir. Aria berusaha menjalani hidup seperti biasa, tetapi bayangan dari peristiwa-peristiwa di gua itu terus menghantuinya. Setiap malam, dia terbangun dari mimpi buruk yang sama—cermin besar yang menghancurkan dirinya sendiri dan suara tawa Willem yang terus menggema di telinganya. Bahkan di siang hari, bayangan itu mengikuti setiap langkahnya, membuatnya merasa tidak pernah benar-benar sendirian. Namun, yang paling mengganggu Aria adalah kenyataan bahwa dia masih hidup. Dia tahu bahwa pengorbanannya seharusnya menyegel nasibnya bersama Willem di dalam cermin, tetapi entah bagaim

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 6: Pengorbanan Terakhir**

    **Bab 6: Pengorbanan Terakhir** Aria berdiri di depan cermin terakhir dengan napas yang tersengal-sengal, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Bayangan Willem terus menatapnya dengan pandangan yang menusuk, seolah-olah mampu melihat ke dalam jiwanya dan menelanjangi setiap ketakutan yang dia coba sembunyikan. Tawanya masih bergema di dalam gua itu, menambah suasana yang sudah mencekam. "Aria...," suara Willem terdengar lembut namun penuh ancaman, "kau tahu bahwa kau tidak bisa lari dari takdirmu. Cermin ini bukan sekadar pintu, ini adalah penjara dan kebebasan. Jika kau menghancurkannya, aku akan bebas...dan begitu juga dengan kegelapan yang mengikutiku." Aria terdiam, mencoba memproses kata-kata Willem. Dia tahu bahwa setiap pilihan yang dia ambil akan memiliki konsekuensi besar. Namun, ada sesuatu yang aneh dalam kata-kata Willem, seolah-olah ada bagian dari kebenaran yang belum terungkap. Dia tidak bisa begitu saja percaya bahwa menghancurkan cermin akan memberikan kebebasan

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 5: Panggilan dari Cermin Terakhir**

    **Bab 5: Panggilan dari Cermin Terakhir** Aria berjalan tergesa-gesa keluar dari rumah tua itu, napasnya masih terengah-engah dan jantungnya berdebar keras di dadanya. Kengerian yang baru saja dia alami membuat pikirannya kacau. Bayangan Willem yang nyaris keluar dari cermin itu terus membayang-bayangi pikirannya, menghantui setiap langkahnya. Namun, di balik rasa takut itu, ada sesuatu yang lebih kuat—rasa tanggung jawab yang mendesak. Buku yang ditemukannya di ruangan itu terasa berat di tangannya, seolah-olah mengandung beban rahasia yang tak tertahankan. Aria tahu bahwa dia tidak bisa mengabaikan peringatan dalam buku tersebut. Cermin terakhir yang disebutkan dalam buku itu adalah kunci untuk menghentikan semua ini, tapi di mana dia harus mencari? Dan apa yang harus dia lakukan jika menemukannya? Ketika Aria kembali ke rumahnya, hari sudah mulai gelap. Dia memasuki rumah dengan langkah gontai, langsung menuju kamarnya. Begitu dia masuk, dia meletakkan buku itu di atas meja dan

  • THE SHADOWED LEGACY   **Bab 4: Pantulan di Dalam Cermin**

    **Bab 4: Pantulan di Dalam Cermin** Aria berdiri di depan pintu ruang besar itu, pintu yang berat dan usang. Di baliknya, Aria tahu bahwa cermin-cermin Willem masih ada di sana, menunggu untuk mengungkapkan rahasia kelam mereka. Tangan Aria sedikit gemetar saat meraih gagang pintu, tetapi dia menekan rasa takutnya dan mendorong pintu itu dengan pelan. Pintu itu berderit dengan suara nyaring, seolah-olah sudah bertahun-tahun tidak dibuka. Ruangan itu gelap, dan udara di dalamnya terasa pengap, seolah-olah tertahan di dalamnya selama bertahun-tahun. Dengan senter yang menyala, Aria melangkah masuk, menyoroti satu per satu cermin-cermin besar yang menghiasi dinding-dinding ruangan itu. Cermin-cermin itu tampak seperti mata besar yang mengawasi, memantulkan bayangan Aria yang kecil dan rapuh di tengah kegelapan. Cermin-cermin itu berbeda dari cermin biasa. Masing-masing memiliki bingkai yang rumit, terukir dengan simbol-simbol yang tidak dikenal Aria, seolah-olah setiap cermin membawa

DMCA.com Protection Status