DUKUN 99

DUKUN 99

By:  Uwa Mia  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 ratings
74Chapters
4.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

BONE ADALAH PRIA SETENGAH ULAR YANG DIASUH OLEH SEORANG DUKUN SAKTI YANG MENGUASAI 99 ILMU PERDUKUNAN. SEMBARI MEMBANTU SANG DUKUN MENANGANI BERBAGAI PASIEN, BONE KERAP DIHANTUI KEGELISAHAN AKAN JATI DIRINYA YANG SEBENARNYA. SIAPA ORANG TUA KANDUNGNYA DAN KENAPA IA BISA BERWUJUD ULAR? SAAT IA SUDAH TAK PEDULI LAGI PADA MASA LALUNYA, IA MALAH TAK SENGAJA BERTEMU IBU KANDUNGNYA. KEHIDUPAN SANG IBU YANG SANGAT RELIGIUS, MENUNTUT BONE UNTUK BERTOBAT DAN MENINGGALKAN DUNIA PERDUKUNAN. BAGAIMANA BONE MENENTUKAN TAKDIRNYA?

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
amuza ahmad
bagus suka
2023-09-23 18:37:55
1
default avatar
Putri
Keren bangett aku suka ceritanya penuh dg nasehat
2023-09-17 07:02:40
1
user avatar
New Mahameru Chandra
Done Mia... thanks
2023-09-13 07:24:54
2
user avatar
Pokemon Master 2122
mantap ceritanya
2023-08-05 23:51:20
1
user avatar
Pena_yuni
Kereeeen, Kak Mia.........
2023-07-27 20:52:31
1
user avatar
Astika Buana
Cerita Kak Mia memang keren.
2023-07-27 20:22:49
1
74 Chapters

Bab 1 Santet Kematian

"Sudah enam dukun kudatangi, tapi sama saja ...." Wanita berambut pirang menghela napas kasar. Nampak seakan putus asa."Sampai saat ini dia masih sehat. Paling sakit sebentar setelah itu sembuh lagi," keluhnya kemudian.Di hadapannya, lelaki tua berpakaian serba hitam mendengar dengan saksama. Keduanya duduk bersila di atas tikar. Sementara kemenyan masih tercium dari dulang aluminium yang baranya hampir padam."Apa yang kau inginkan darinya?" tanya si lelaki, mengelus janggut panjangnya. Ia menambah dua potong kemenyan ke atas dulang dan asap kembali menebal."Kematian!" tegas wanita yang diketahui bernama Lastri.Sejenak menerawang, pria itu berujar datar, "Baiklah, sesuai keinginanmu." Mulut si pria tua mulai misuh-misuh, merapal mantra. Ia juga menebas asap kemenyan menggunakan kedua belah tangan. Mengerah tenaga dalam dari tubuhnya yang ringkih.Lastri membatuk oleh asap yang mengepul ke arahnya. Ia menunduk, berusaha mengikat rambut yang tergerai. Saat mengangkat wajah, pan
Read more

Bab 2 Strategi

Nanda. Wanita itu hanya kuat saat berada dalam ruko. Bila digiring ke luar, ilmunya melemah. Aku akan mematuk kakinya. Ia bakal mengalami stroke di mana sekujur tubuh mati rasa.Lalu mereka akan membawanya ke rumah sakit. Dengan begitu, pekerjaanku merenggut nyawa Nanda jadi lebih mudah. Masuk rumah sakit bukanlah pilihan yang tepat bagi korban santet. Justru terkadang, di sanalah serangan gaib lebih mudah masuk ketimbang berada di rumah sendiri."Penyusup, kau lagi menyusun siasat rupanya!!" Aku dikejutkan oleh kemunculan suami gaib Nanda di dekatku. Dengan gemas, tapal kakinya disuruk-suruk ke bawah meja. Berupaya menginjak badanku. Untungnya aku dengan mudah menghindar. "Siapa yang mengutusmu ke mari?!" Suaranya menggelegar. Membuat Nanda menoleh heran ke arah kami.Tak menyiakan waktu, aku merayap ke bawah meja kasir. Mematuk punggung kaki Nanda sebanyak tiga kali. Wanita itu sontak berteriak. Setelahnya ia terpekur di kursi dengan badan mengejur kaku. Para pegawai berlaria
Read more

Bab 3 Tewas

Sunyinya malam mencekam suasana. Di atas sana, awan hitam bergelayut rendah. Mulai menjatuhkan rintik halus. Lolongan serigala sesekali terdengar di kejauhan. Membangkitkan kengerian tersendiri.Tinggal di kaki pegunungan tanpa banyak pepohonan, hembusan angin terasa begitu keras. Menampar-nampar daun jendela. Mengusik pendengaran. "Tutup jendela itu, Bone!" Bapak yang lagi khusyuk merapal mantra sedikit terganggu. Setelah jendela kututup, Bapak memerintah lagi. "Cari helaian rambut Lastri di atas tikar! Pasti ada yang jatuh."Aku mencermati permukaan tikar. Ini sulit, karena rambut pirang Lastri berwarna selaras dengan warna tikar. Kuning kepucatan.Dibantu dengan meraba-raba, akhirnya kudapati juga helaian rambut Lastri yang sempat jatuh saat ia mengibas rambutnya yang tergerai siang tadi. Bapak lantas membakar rambut itu di atas dulang kemenyan. Hangus bersama asap yang terus mengepul. Dukun sakti tentu tahu apa maksudnya ini. Rambut, kuku atau ludah seseorang bisa dipakai un
Read more

Bab 4 Susuk Kecantikan

Terik matahari mulai membakar kulit. Di dekat sumur, aku yang baru selesai mandi, kini lanjut menggosok gigi. Beberapa tuyul peliharaan yang memang tidak kubotolkan, mengajak bercanda."Bone, kau cakep kalau habis mandi." "Sayangnya kau jomblo. Hahahaha ....""Bone, umurmu berapa sekarang?""Aku yakin kau belum pernah mencium wanita." Glek! Kena telak di ulu hati, padahal baru semalam aku mengecup dua wanita sekaligus.Candaan mereka sudah akrab di telingaku. Dan aku hanya mendengar bak angin lalu. Aku kemudian masuk ke kamar untuk berpakaian. Tuyul-tuyul tadi mengikutiku. Mereka berlarian di atas kasur, layaknya anak-anak. Usai berpakaian, aku mengoles luka di kaki dengan minyak ramuan khusus. Teringat kembali bagaimana aku mendapat luka ini.Seorang pria meninggalkan rumah tangganya demi menikahi wanita idaman lain. Sang istri sakit hati lalu meminta Bapak mengacaukan keharmonisan pasangan selingkuh itu.Aku diutus ke sana. Dalam rupa ular, berniat menaburkan roh kebencian, per
Read more

Bab 5 Proses Ritual

Siang ini, aku dan Bapak menuju danau. Letaknya lumayan jauh di sebelah gunung. Kami melewati hutan dan menerobos semak belukar. Bapak kadang salah arah, tapi aku hafal betul. Bagaimanapun, di sinilah pertama kali Bapak menemukanku dalam kondisi menyedihkan.Satu jam mengarungi tracking yang penuh adrenalin, akhirnya tiba juga di danau. Awalnya, danau ini digunakan oleh masyarakat sekitar pegunungan untuk mencuci pakaian atau sekadar memancing ikan. Setelah peristiwa tenggelamnya gadis-gadis perawan, sekarang jadi sepi. Dianggap keramat.Mengetahui adanya kekuatan besar di balik danau ini, Bapak memutuskan untuk datang bertapa. Memohon wangsit pada Jin penunggu danau. Bapak mendapat lebih dari apa yang diharapkan. Jin itu memberi macam-macam ilmu, khususnya ilmu putih. Namun sama saja, syarat yang dilalui tidaklah gampang. Ada pepatah mengatakan 'baik belum tentu benar'. Ilmu putih bertujuan baik, tapi mesti menempuh proses yang tidak benar. Kau harus mengorbankan banyak hal unt
Read more

Bab 6 Ruqyah Rumah

"Kita pulang saja, Bone! Sudah jelas ritual ini gagal." Bapak berbicara sambil memunggungiku. Ia sibuk membereskan bekas dupa dan hanya menyisakan sesajen buat Jin danau."Bagaimana dengan Kambing Nadia?" tanyaku getir.Kutatap kambing yang matanya kini berkaca-kaca. Seakan Nadia di dalam sana sedang menangis. Berharap kami memulihkan kondisinya."Tinggalkan saja kambing itu, Bone. Hanya akan menyusahkan kita." Rupanya Bapak tak mau mengambil resiko. "Tapi kasihan, Pak." "Kasihan? Sudah berapa orang yang kau bunuh tanpa rasa kasihan? Lagian dia bukan mati, cuma berpindah wujud saja. Nadia lebih bahagia jadi kambing, takkan ada lagi orang yang mengatakan wajahnya jelek." Benar juga opini Bapak. Biarkan Kambing Nadia bebas di hutan ini. Dia akan leluasa makan rumput dan dedaunan lezat. Bukankah ucapan adalah doa. Kita tidak bisa berucap buruk lalu mengharap takdir yang baik.Semoga kisah Nadia menjadi pelajaran bagi kita semua.🖤🖤🖤Akibat perasaan yang tak menentu, perjalanan p
Read more

Berburu Banaspati

Bab 7Usai mengisi perut ala kadarnya, Mang Asep berinisiatif mengantar kami pulang memakai mobil pick-up miliknya.Sekalian ingin pamer ke masyarakat kalau dia sudah sembuh. Biar si penyantet kena mental.Namun Bapak menolak. Bersikeras memilih berjalan kaki saja. "Sifat keras kepalamu belum berubah, Tarso!" Mang Asep menatap lekat pada teman masa mudanya."Ada yang gampang, kau pilih yang sukar.""Bukan begitu, Asep. Masalahnya kami membawa pulang makhluk gaib dari rumahmu. Gak bagus jika harus naik mobil.""Ah, Tarso. Kau membuatku bergidik ngeri!""Hmm, dulu kuajak berguru ilmu gaib, kau selalu menolak. Sekarang kau jadi penakut setan, kan!" Bapak berkelakar."Sudahlah, Tarso. Sudah bagus aku jadi kepala dusun. Kalau jadi dukun sepertimu, pasien pasti bingung mau berobat ke kamu atau ke aku." "Ya ke akulah, Asep. Secara aku lebih ganteng dari kamu!" Bapak tertawa meningkahi Mang Asep."Gantengmu itu mubasir, Tarso. Buktinya kau masih saja jomblo sampai sekarang. Hahaha," balas M
Read more

Berhasil Menaklukkan Banaspati

Bab 8Bapak memberanikan diri. Dari membungkuk, beralih duduk tegak. Menatap Banaspati dengan kedua tangan memohon. "Aku ingin bersekutu denganmu, Banaspati yang perkasa.""Mohon bantu kami mengalahkan musuh-musuh.""Hanya itu saja?!" pekik Banaspati yang membuatku sontak menutup telinga. Suaranya menggelegar dan hawa mulutnya begitu panas. "Be-be-nar, Banaspati yang mulia," jawab Bapak gemetar.Banaspati itu berpindah ke dahan yang lebih tinggi dan masih terus berpendar menyala-nyala. Sementara Banaspati yang lain, terbang menyebar ke pucuk-pucuk pepohonan. Mirip bola-bola api di sirkus singa di Meksiko."Panggil saja aku saat kau butuh, wahai manusia. Tapi harus kau sajikan seekor sapi betina yang besar!!" Suaranya memekik tajam.Demi menjaga kesan baik, Bapak berusaha keras untuk tidak menutup telinga."Kau sanggup, wahai manusia?!" pekiknya lagi. Membuat Bapak terperanjat kaget."Kusanggupi, Banaspati yang mulia!" jawab Bapak tegas.Blep.Suasana kembali gelap total. Hawa pan
Read more

Pembalasan untuk Sukirman

Bab 9Hanya dalam hitungan hari, ia menderita penyakit serupa yang pernah diderita Mang Asep. Sungguh aku tak sabar melihat rumahnya terbakar dilalap api. Banaspati sepakat membantu, dan Sukirman akan jadi objek percobaan. Seekor sapi betina seberat setengah ton disajikan di halaman rumah. Bapak membakar dupa beserta rempah wangian kesukaan Banaspati. Tinggal menunggu jin api itu muncul, maka Bapak akan memberi tugas. Membakar rumah Sukirman. Aku merayap ke pohon waru. Berniat bertemu si kunti yang bukan kuntilanak merah.Ia masih terikat di batang pohon. Tertidur dengan iler membanjiri pipi."Kau harus bantu aku sekarang!" ucapku, membuatnya membuka mata. Detik kemudian ia tertawa geli."Kikikikk ... kikikik ... kau siluman ular rupanya, Bone? Kikikikk ... kikikikk ....""Kalau iya kenapa, huh?" jawabku kesal. "Kau harus mengantarku ke rumah Sukirman, mantan bosmu itu! Dulu kau disuruh merusak keharmonisan keluarga Mang Asep, tapi sekarang polanya berubah.""Kau mau apa, tinggal
Read more

Nasehat Bapak

Bab 10Setibanya di rumah, si kunti menjatuhkanku begitu saja ke tanah. Aku terjun bebas tanpa sayap dari ketinggian lima meter. Mengerang aku, tapi si kunti malah tertawa cekikan. Sembari menahan sakit, aku merayap lambat. Melewati pohon jati di mana sapi betina diikat sore tadi. Sayangnya, hewan pemakan rumput itu sudah mati konyol. Tewas disantap belasan banaspati sebagai sesajen. Ditimpa cahaya bulan, bisa kulihat memar serius pada sekujur tubuh sapi. Merah kehitam-hitaman, pun menguarkan bau hangus yang pedis.Aku bersin-bersin oleh aroma yang tak kusukai itu. ***Keesokan harinya, Mang Asep bertandang ke rumah kami. Membawa kabar tentang musibah yang menimpa keluarga Sukirman."Dia orang baik. Tak layak mati dengan cara demikian," ungkap Mang Asep pilu."Kau yakin dia baik?" Memicing mata Bapakku. "Biasanya orang yang beneran baik akan mati dengan cara baik-baik pula!" "Ya, yang kutahu dia memang baik." Mang Asep mencoba mengubah posisi duduknya di balai-balai.Bapak mempe
Read more
DMCA.com Protection Status