Share

4: KEMBALI

Penulis: ryanalexandra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-17 12:13:20

DIRGA Point of View

Andien menatap lekat wajahku, lalu pandangannya turun mengamati penampilanku dari kepala hingga ujung kaki. Ia tersenyum, bukan senyuman yang tulus, tapi terlihat lebih dipaksakan.

"Jadi, selama itu Kak Dirga suka sama aku?" tanyanya.

Bukannya tadi aku sudah bilang ya kalau aku mencintainya selama ini?

"Tapi selama ini baik-baik aja kan tanpa aku?" lanjutnya lagi.

"Maksud kamu?" perasaanku mulai tidak enak, sepertinya akhir dari percakapan ini akan menyulut emosiku. Aku berusaha menenangkan gemuruh di dada dan kepalaku. Walaupun wajar jika ia meragukanku, tetapi menganggapku baik-baik saja sugguh itu tak benar sama sekali.

"Well, look at me Kak!"

"I am!"

'Sedari tadi aku terus memandangmu sayang!' batinku.

"Aku tidak dalam level kepercayaan diri yang baik pada diriku sendiri. Apalagi untuk membuka hatiku lagi" katanya lagi.

'Oh, ok! Jadi itu sebabnya?'

Aku mengatur napasku. Menarik dalam, menahan udara di paru-paru untuk sesaat, kemudian menghembuskan udara itu kembali perlahan. Aku berusaha menenangkan diri.

'Omongan gue dari tadi kayanya udah bikin dia ga nyaman banget.'

'Ya Tuhan, sepertinya aku harus menjahit mulutku sepulang dari sini.'

'Udah pasti sih ini. Dibersikap kaya gini pasti karena omongan-omongan agresif gue dari tadiBad move, Dirga!' suara-suara di kepalaku mulai membuatku gila.

Aku berusaha merangkai kalimat di benakku, untuk menanggapi pernyataannya setenang mungkin.

"Ga usah buru-buru, Ndien... Aku bisa nunggu kok. Dan aku gak keberatan untuk dekatin kamu dan anak-anak pelan-pelan, supaya kamu nyaman".

Andien diam, sesekali menyesap kopi di genggamannya, lalu menelusuri pinggir tumbler itu dengan jarinya.

"Andien... Just give us a chance... I'm so in love with you. Aku lelah menyimpan perasaan ini sendiri. Aku ingin kamu bisa merasakannya. See I can do anything for you. See that I love you. Seeing me! Please..."

Kami terdiam. Andien masih menatap tumbler di genggamannya. Aku tau dia mendengarku. Sementara aku terus menatap lekat dirinya.

'ting'

Notifikasi pesan masuk ke ponselku.

[Kak Nisa]

Lo di mana?

[Me]

Jagain jodoh.

[Kak Nisa]

Lo utang cerita sama gue.

Gue mau ke Starbucks depan sama temen-temen. Nyambung ngobrol bentar, udah lama gak ketemu.

[Me]

Sekarang?

[Kak Nisa]

Ntar tunggu lo nikah lagi. Ya sekaranglah!

[Me]

Hahahaha

Ya udah, 10 menit lagi ya Kak, di lobby.

[Kak Nisa]

Ga usah. Gue bareng Lisa. Lo nyusul aja. Ini gue udah di parkiran.

[Me]

Ok

"Udah mau pulang?" tanya Andien.

Aku mematikan layar ponselku dan kembali menatap perempuan pujaanku itu.

"Aku juga mau pulang, sudah malam. Anak-anak pasti sudah lelah." katanya lagi.

"Kak Nisa mau nongkrong dulu sama teman-temannya, tapi dia udah jalan duluan, aku tinggal nyusul jemput." jawabku.

"Jadi benar itu kakak kamu?" tanya Andien.

"Emang kamu pikir siapa?" aku balas bertanya.

"Iya tadi aku lihat emang ada mirip-miripnya." jawabnya.

"Kalau lihat aku, ada manis-manisnya?" candaku dan dijawab tawa renyahnya.

Aku masih saja terpana dengan tawa dan senyumannya. Hatiku selalu menghangat melihatnya.

"Mau jalan sebentar mutarin gedung ini?" ajakku. Aku masih ingin menikmati waktu sebentar lagi hanya dengannya. Ia pun mengangguk tanda setuju.

Dalam diam kami berjalan beriringan. Aku ingin sekali menggenggam tangannya, tetapi daripada nantinya berakhir dengan tamparan - lebih baik kusimpan saja tangan ini di dalam saku celanaku. Bahkan hanya dengan berjalan bersama seperti ini, hatiku begitu menghangat.

"Dulu kenapa ga pernah bilang?" pertanyaan Andien memecah kesunyian di antara kami.

"Terlalu banyak rival" jawabku seraya tertawa garing. Memberi sedikit jeda sebelum mencoba menjelaskan lebih lanjut.

"Ga pede juga sih, Ayah dan Ibu kamu kan terkenal terpandang, tegas, galak malah. Kamunya juga jarang banget keluar rumah. Rasanya ga ada moment yang ngebuat kita bisa dekat. Waktu itu pun aku masih labil. Masa-masa beranjak remaja yang bahkan kita masih mencari jati diri kita sendiri. Aku lagi senang-senangnya main dan bikin masalah. Jujur, di masa itu cinta bukan prioritasku. Aku ga mau seperti teman-temanku yang pacaran hanya untuk ajang pelepasan hormon pubertas, sekedar buat senang-senang aja. Apalagi orang yang aku suka itu kamu. Tapi aku sering di dekat kamu, cuma kamu ga sadar.

"Dan di saat aku sudah siap untuk nyatain perasaanku ke kamu, ternyata kamu udah ga tinggal di situ."

Andien menoleh sambil tersenyum begitu manis sambil memiringkan wajahnya. Dia kemudian memegang lenganku, berhenti melangkah.

Bertanya dengan suara lembutnya...

"Bukan karena aku ga cukup berharga? Ga pantas buat kamu?"

"Kamu berharga, Andien! Kita akan butuh waktu semalam suntuk kalau kamu mau mendengarkan ceritaku tentang kamu!" jawabku.

Ya Tuhan, apa yang terjadi dengannya? Kenapa ia begitu meragukan nilai dirinya?

"Oh ya? Hmm, next time maybe!" ujarnya seraya menjauhiku.

Aku mengamatinya naik ke undakan yang membatasi taman di sepanjang sisi perjalan kami. Lalu melangkah mendekat padanya.

"Hati-hati!" kataku.

"Aku pakai sneakers kok, aman." sanggahnya.

Dia yang berjalan di undakan itu kini terlihat tak terlalu jauh berbeda tinggi denganku.

Andien berhenti tepat di samping salah satu pilar - di halaman luar salah satu gedung yang ada di komplek itu. Aku berdiri tepat menghadapnya. Kami saling menatap, sepertinya tidak berniat untuk mengalihkan pandangan masing-masing.

"Jangankan untuk mengakhiri, bahkan ada cerita yang belum sempat dimulai. Kupikir, ini semua... Tidak nyata." ucapnya.

"Then let's start now. Our relationship." pintaku.

Andien terdiam. Entah kapan jemarinya menyentuh rahangku, mengelusnya perlahan, dan... Buliran bening menetes dari kedua matanya.

Saat itu hatiku mengingatkanku 'jika kamu terus mengingat seseorang bahkan ketika ia tak tergapai, maka sebenarnya ia pun merindumu.'

Andien tertawa sedih, "Lucu ya... Bahkan saat hidupku seperti kembali ke titik nol, satu-satunya orang yang ingin aku temui - justru orang yang bahkan aku ga ingat wajahnya. Orang yang aku harapkan untuk menemuiku - justru orang yang ga pernah tau tentang perasaanku, yang bahkan ga pernah menyatakan apapun padaku. Di satu sisi, aku kecewa karena kamu ga pernah mengatakan apapun padaku sementara aku terus menunggu. Tapi di sisi lain, aku selalu berharap, jika aku bisa kembali mencinta, bisakah kamu yang datang?"

Parau, suaranya berubah parau menjelang kalimat yang ia tuturkan berakhir.

Aku menyentuh kedua lengannya lembut, menatap lekat kedua netranya yang tergenang, "Kamu lupa, I already said that I love you. Then, now and my plans forever. I miss you too, Andien. So bad! And if there's still a chance for me to start again, I really want you to be the one."

Kakiku melangkah, lebih merapat lagi padanya. Tangannya masih memberi sentuhan lembut di rahangku. Kami masih bersitatap.

Aku mengikis jarak. Mendekatkan wajah kami.

"Aku mencintaimu!" ucapku seraya menempelkan bibirku di keningnya, lalu ke puncak hidungnya, berlanjut ke bibirnya. Memanggutnya perlahan.

Aku ingin ia merasakan betapa aku mencintainya.

Andien masih terdiam.

Aku berhenti sejenak, menarik wajahku, mengamatinya yang kini berurai air mata.

Sedetik, dua detik, tiga detik, tak ada tamparan yang mendarat di pipiku.

Tangannya sudah turun mendarat di pundakku.

"Listen, baby! I love you. Really love you."

Sebelah tanganku turun memeluk pinggangnya, tangan yang lain menahan tengkuknya, aku nekat mencium bibirnya kembali.

Kali ini, ia pun membalas ciumanku. Kami saling memanggut, mengecup, mengulum. Tak menuntut lebih, baik diriku ataupun dirinya. Aku hanya ingin menyayanginya, menebus dosaku karena membiarkannya menunggu, menunjukkan padanya bahwa sejak saat ini aku akan selalu ada bersamanya. Aku ingin ia tau aku menginginkannya, setidaknya  untuk saat ini - dengan cara seperti ini.

'God, I love her so bad! Thank you for bringing her back to me.'

Setelah beberapa saat kami saling memberikan dan menikmati kasih sayang, kami berhenti. Tanganku berpindah, mengusap lembut wajahnya dari air mata yang membasahi. Lalu tersenyum.

Terkunci di kedua netra hazel miliknya, aku kembali mengeratkan rengkuhanku di pinggangnya.

"Kita official kan, sayang?" tanyaku.

Andien tersenyum, mengangguk.

"Semoga kamu sabar ngadepin aku. Nama tengahku nyebelin kalau kamu mau tau." ujarnya sambil tertawa renyah.

Aku ikut tersenyum melihatnya.

"I love you." hanya itu yang mampu kuucapkan.

Ia tidak menjawab pernyataanku, melainkan menyentuh lembut rahangku lagi.

Tak apa, aku sanggup menunggu seumur hidup hingga ia mencintaiku.

Bab terkait

  • TAKDIR KEDUA   5: MASA LALU

    Dirga meletakkan Cantika yang sudah lelap di atas car seatdi dalamcity carmilik Andien. Selesai memastikan bayi kecil itu tak terganggu tidurnya, Dirga mengamati keadaan di dalam mobil bercat putih itu."Ga apa-apa pak bos, anget dempet-dempetan gini. Saya orang kampung, ga akur sama AC." ujar Sanah, seolah menjawab pertanyaan di benak Dirga.Dirga tertawa renyah, lalu berpindah, mendekatkan kepalanya ke jendela pengemudi."Share locbegitu kamu sampe rumah ya, yang... Besok sebelum balik ke unit, aku mampir.""Emang Kak Dirga mau ke mana malam ini?" tanya Andien

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • TAKDIR KEDUA   6: HARAPAN

    Dirga sampai di rumah orang tuanya sekitar pukul satu dini hari. Setelah membersihkan diri, ia beranjak ke pantryuntuk minum segelas air hangat yang sudah menjadi ritualnya setiap malam sebelum beranjak tidur.Sambil menikmati air hangat meluncur melewati tenggorokannya, ia mengetik pesan singkat untuk kekasih hatinya.[Me]Aku udah di Bandung.Sleep tight sayang.Setelah mengirimkan pesan singkat itu, Dirga menatap foto dirinya dan Andien yang tadi sempat ia ambil. Kedua sudut bibirnya naik kala menyadari pertemuannya tadi dengan sang cinta pertama bukanlah sebatas mimpi."Pacar kamu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • TAKDIR KEDUA   7: GAMANG

    Hari beranjak gelap. Dirga mencoba mengajak Andien untuk bicara berdua"Bisa kita bicara berdua?""Iya, bisa Kak. Tunggu ya, aku bawa anak-anak ke kamar dulu."Andien membawa ketiga malaikat kecil itu ke kamar ditemani Sanah untuk menyiapkan keperluan sekolah mereka esok hari, dan bermain santai sambil menunggu kantuk datang."Kita ngobrol di bangku taman aja kak?""Oke."Mereka duduk bersisian. Dirga menggenggam tangan Andien, lalu mengecup punggung tangan itu. Mereka lalu saling menatap dalam diam."Aku kangen lho!" ucap Dirga seraya memberi sentuhan lembut di pipi Andien."Hmmm..."Dirga mengecup bibir Andien sesaat."Udah selesai janji sama Papa kamu?""Iya udah.Soon to bePapa kamu juga."Andien terkekeh, sementara Dirga sibuk mengusap lembut surai Andien, mengunci wajah cantik itu dalam netra dan ingatannya."Setiap minggu kami giliran nemenin Papa berkuda. Bang Irgi,

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19
  • TAKDIR KEDUA   8: MINE

    Akhirnya hari ini tiba juga. Hari yang membuat Dirga semakin gelisah. Bukan berarti Dirga tidak percaya dengan Andien, tetapi mengingat hubungan kasih mereka yang benar-benar masih sangat singkat, ditambah Dirga tidak bisa menerka sejauh mana sepak terjang saingannya itu, semakin membuat pria itu bangun dari tidurnya dalam keadaan moodyang terjun bebas.Selesai melakukan ibadah subuhnya, pria itu lantas menyiapkan diri agar bisa datang lebih pagi ke kantornya. Seraya memakai pakaian kerjanya, Dirga men-dial nomor Andien, mengubah panggilannya ke speaker mode.'tuuut''tuuut'"Pagi sayang!"

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-21
  • TAKDIR KEDUA   9: KEBOHONGAN

    Andien masihshockdengan kelakuan kekasihnya itu. Matanya mengikuti langkah Dirga, tetapi mulutnya belum juga menutup sempurna, ternganga karena kecupan kecil yang bahkan sering Dirga berikan padanya saat kebersamaan mereka.'Astagaaa, sengaja banget sih kayak gitu!'"Ehem!" suara Arga mengganggu lamunan Andien.Andien mengalihkan tatapannya ke manik pekat milik Arga, masih terlihat jelas amarah di sana, ditambah rahang yang kaku seperti sedang menahan berbagai umpatan. Sementara Andien sendiri bersusah payah menunjukkan ekspresin datar.Saat yang sama Arga akan bersuara lagi, pelayan datang membawa pesanan mereka. Sete

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-21
  • TAKDIR KEDUA   10: LUMIÈRE

    Usai Agra meninggalkannya, Andien beranjak menuju meja yang ditempati Dirga dan Ian. Andien mengatupkan bibirnya agar tak terkekeh melihat pemandangan di depannya. Kedua pria itu menatapnya dengan tangan Ian yang masih menggenggam erat pergelangan tangan Dirga."Segitu naksirnya lo sama cowok gue?" ledek Andien pada Ian sambil menunjuk genggaman tangan Ian dengan dagunya.Kedua pria itu langsung memandang ke arah pandang Andien."Najis!""Najis!"Ucap keduanya bersamaan.'Hahahaha!'Andien terbahak melihat ekspresi keduanya, pun beberapa orang pelanggan seperti mereka yang sedang menikmati sajian."Tuh laki lo! Kalo ga dipegangin udah baku hantam sama mantan lo! Heran! PMS lo ya? Emosian banget!" omel Ian."PMS pala lo! Kan ada elo pengacara gue. Tinggal lo urus!" balas Dirga."Eh kampret! Lo pikir itu orang ga akan kenapa-kenapa dipukulin sabuk hitam kayak elo? Bagus kalo cuma lecet, kalo modar?""Lo pikir

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • TAKDIR KEDUA   11: PENGGANGGU

    Dirga melajukan mobilnya keluar daricafeyang sudah menjadi favoritnya itu sejak beberapa tahun yang lalu. Belum jauh beranjak, langit menumpahkan buliran hujan dengan derasnya, bahkan sang angin pun seperti memberi peringatan jika ia akan bertiup lebih kencang di siang menjelang sore itu. Dirga melirik kekasihnya yang masih tertidur pulas, menimbang-nimbang apa yang ada di pikirannya, dan akhirnya memutuskan untuk membawa Andien ke unitnya saja.Sesampainya di parkiran apartemen, Dirga mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi pesan singkat lalu mengetik pesan untuk sang penerima di sana yang sangat ia sayangi.[Me]El, lagi apa nak?[Eldra]Main game Om.[Me]Main sama Anne dan Cantika juga dong El.[Eldra]Udah tadi. Sekarang anne sama cantika masih bobo.El baru di bolehin ummah main ha

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • TAKDIR KEDUA   12: ANCAMAN

    "Lipsticksiapa ini? KAMU NGAPAIN?" bentak seorang perempuan yang menerobos masuk unit Dirga sore itu. Tak jauh dari mereka, di sana, Andien berdiri, menatap nanar kedua orang dihadapannya sambil menahan rasa panas di kedua netranya. Dirga yang sempat terkejut mengalihkan pandangannya pada Andien, perempuan itu pun mengikuti arah pandang Dirga. Saat kedua pasang netra kedua perempuan itu bertemu, tamu tak diundang itu berjalan cepat mendekati Andien seraya menahan amarah. "BRENGSEK!!!" maki perempuan itu. "PELACUR SIAL--- !!!" *PLAK!* Entah sejak kapan Dirga sudah berada di antara keduanya, hingga bukan pipi mulus Andien yang terkena tamparan, tetapi justru pipi berhiaskanfive o'clock shadowmilik Dirga yang terkena panasnya benturan telapak tangan perempuan itu. Dirga meringis, tangannya mengusap darah yang keluar dari sudur bibirnya, sepertinya karena goresan dengan salah satu cincin yang tersemat h

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-23

Bab terbaru

  • TAKDIR KEDUA   120: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (12)

    Setelah memporak-porandakan ruang keluarga, Andien dan Dirga melanjutkan ronde kedua percintaan mereka di master bedroom rumah itu. Berbeda dengan ruangan lantai dasar yang di desain polos dengan gradasi warna cream ke putih di setiap dindingnya, lantai dua yang berisikan kamar-kamar para anggota keluarga dan sebuah ruang serbaguna, dinding-dindingnya berlukiskan hasil karya Edo – adik ipar Dirga. Wall mural yang kini menjadi salah satu order terbesar di perusahaan desain milik Dirga dan kawan-kawan memang membuat level hunian menjadi lebih nyaman dan terkesan mewah. Kamar Andien dan Dirga didominasi furniture yang terbuat dari kayu berwarna putih tulang, sementara untuk pernak pernik dan ornamen-ornamen pemanis - warna yang dipilih Dirga adalah warna-warna pastel sep

  • TAKDIR KEDUA   119: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (11)

    Tahun keenam pernikahan Dirga dan Andien.Dirga memeluk sang istri dari belakang, menempelkan bibirnya di daun telinga Andien.“Sudah siap?”Andien terkekeh geli.“Norak tau, Kak!”

  • TAKDIR KEDUA   118: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (10)

    “Sayang...” panggil Dirga saat Andien sedang merapihkan pakaian mereka ke dalam walk in closet.“Apa?”“Sini sebentar.”Andien menghentikan kegiatannya, lalu bergabung bersama Dirga di atas ranjang mereka.“Ada apa?”

  • TAKDIR KEDUA   117: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (9)

    Seperti biasa, Andien terbangun dari tidurnya di jam yang sama setiap malam. Yang berbeda, malam itu Dirga tak ada di sisinya, juga tak nampak di seantero kamar mereka. Andien beranjak dari ranjang, melangkah perlahan mendekati pintu penghubung kamar itu dengan ruang kerja Dirga, pendar cahaya masih nampak menembus celah antara pintu dengan lantai kayu rumah mereka.“Sayang?” tegur Andien saat mendapati suaminya yang duduk termenung seraya menyapukan ibu jari di pinggiran mug.“Hey, baby...”“Kok ga tidur?”

  • TAKDIR KEDUA   116: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (8)

    Dirga sekeluarga menyempatkan diri untuk pulang ke Indonesia ketika Summer Break. Jadwal pulang Dirga yang sebelum menikah mengikuti kalender islam – yaitu saat puasa Ramadhan, kini bergeser mengikuti libur anak-anaknya yang masih berstatus pelajar.Saat ini mereka sedang menghadiri acara pertunangan sepupu Dirga di salah satu ballroom hotel berbintang di Jakarta. Dirga yang memiliki prinsip untuk membopong semua anak-anaknya ke setiap acara keluarga sontak menjadi perhatian utama kerabat-kerabatnya selain pasangan calon mempelai.

  • TAKDIR KEDUA   115: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (7)

    “Kak...” sapa Andien seraya melangkah masuk ke kamar mereka. Andien mengambil pijakan kaki dari bawah meja riasnya, mendekat pada Dirga sebelum akhirnya meletakkan benda itu dan naik ke atasnya – hendak memasangkan dasi untuk sang suami. “Ada meeting ya hari ini?” “Iya. Mau ada tender lagi, sayang.”

  • TAKDIR KEDUA   114: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (6)

    “Mr. Harold?”Dirga tak menyangka dengan kehadiran seorang pria di balik pintu rumahnya. Pria itu membawa sebuah paper bag dengan nama toko mainan tempatnya bekerja.“Mr. Pranata.”“Ada yang bisa saya bantu?”

  • TAKDIR KEDUA   113: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (5)

    "Sayang, something happened with Anne."Dirga dan Ken baru saja turun dari deep black pearl Volkswagen Golf milik Dirga, bahkan handle pintu mobil itu masih digenggamannya. Dirga menutup pintu mobil, merangkul Andien, melabuhkan ciuman hangat di kening dan bibir isterinya."I'm home, sayang."

  • TAKDIR KEDUA   112: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (4)

    Andien turun dari mobilnya ingin bertandang sejenak ke sebuah toko yang menjual berbagai jenis rempah Asia. Ia baru saja mengantarkan Cantika ke play group yang tiga minggu terakhir menjadi salah satu tempat untuk belajar dan bersosialisasi bagi puteri kecilnya itu.Andien harus berjalan kaki beberapa ratus meter ke dalam untuk mencapai toko yang ia tuju. Langkahnya terhenti ketika melewati sebuah café dengan nuansa modern yang terasa begitu nyaman. Netranya terbelalak melihat Dirga sedang berbicara – jika bisa dibilang demikian – dengan seorang perempuan yang begitu... perfect

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status