Home / Romansa / TAKDIR KEDUA / 9: KEBOHONGAN

Share

9: KEBOHONGAN

Author: ryanalexandra
last update Last Updated: 2022-02-21 13:11:11

Andien masih shock dengan kelakuan kekasihnya itu. Matanya mengikuti langkah Dirga, tetapi mulutnya belum juga menutup sempurna, ternganga karena kecupan kecil yang bahkan sering Dirga berikan padanya saat kebersamaan mereka.

'Astagaaa, sengaja banget sih kayak gitu!'

"Ehem!" suara Arga mengganggu lamunan Andien.

Andien mengalihkan tatapannya ke manik pekat milik Arga, masih terlihat jelas amarah di sana, ditambah rahang yang kaku seperti sedang menahan berbagai umpatan. Sementara Andien sendiri bersusah payah menunjukkan ekspresin datar.

Saat yang sama Arga akan bersuara lagi, pelayan datang membawa pesanan mereka. Setelah hidangan tersaji di hadapan mereka, Andien langsung berpura-pura fokus pada Honey Glazed Grilled Chicken dan Caramel Latte pesanannya.

Lain dengan Andien, lain pula dengan Arga. Mood makannya benar-benar ambyar melihat perlakuan pria yang tidak dikenalnya tadi kepada Andien. Apalagi dengan sikap Andien yang tampak tidak ingin membahas kejadian tadi, amblas sudah nafsu makannya. Chili Beef  with Rice dan Iced Cold Brew di hadapannya yang biasanya selalu jadi favoritnya terlihat sangat tidak menggiurkan.

"Kok ga dimakan Ga?" tanya Andien.

Arga mendengus sinis.

"Menurut kamu, aku bisa makan setelah siaran langsung barusan?"

Andien berusaha menenangkan dirinya. Tidak ingin terkonfrontasi dengan kekesalan Arga. Ia paham Arga pasti shock, Andien sendiri saja shock! Tapi ia juga tidak bisa menyalahkan Dirga. Laki-laki mana yang rela kekasihnya menemui laki-laki lain? Masih bagus Dirga tidak berteriak mengumumkan status hubungan mereka.

"Makan dulu. Semarah-marahnya kita, jangan dilampiaskan ke makanan. Lagi pula kita ga akan bisa ngobrol dengan kepala dingin kalau perut panas menahan lapar." tandas Andien.

Arga meneguk Iced Cold Brew-nya, berusaha menenangkan dirinya. Di dalam pikirannya, ia sadar antara ia dan Andien tidak ada hubungan khusus, bukan, belum ada lebih tepatnya. Sayangnya, hati dan pikirannya tidak tersingkronisasi dengan baik, hatinya masih saja membara cemburu. Merasa tidak berselera, Arga menyuap sedikit demi sedikit makanan yang ada di hadapannya.

Sesekali Andien melirik ke arah meja yang ditempati Dirga dan Ian. Tampak Ian fokus memandangi lembaran-lembaran kertas di hadapannya, sementara Dirga seperti sedang menjelaskan isi lembaran-lembaran tersebut.

"Dia siapa?" tanya Arga ketus. Menyerah, ia menjauhkan hidangan di hadapannya.

"As you see. My lover."

"Shit! Keinara Andieni! Are you kidding me?" geram Arga.

Dirga yang juga mendengar suara meninggi dari pria itu spontan berdiri. Ian menahan pergelangan tangan Dirga, menatap Andien sesaat lantas berkata "Easy man! Andien masih tenang ngadepin itu orang. Kalau itu orang sampe macem-macem sama Andien, gue yang akan mastiin dia molor di hotel prodeo!"

Andien selesai berjibaku dengan makanannya. Jangan salahkan ia yang justru makan dengan lahap saat emosinya terpancing. Ia mengalihkan padangannya ke arah pria yang dicintainya, melihat pria itu berdiri menahan geram - Andien lantas menggerakkan bibirnya tanpa suara 'I'm ok!' seraya memberi isyarat dengan menyatukan ibu jari dan telunjuknya membentuk huruf O, lalu mengangguk pelan dan tersenyum simpul. Dirga tampak lebih tenang dan kembali duduk di kursinya.

"Hubungan aku dengan dia, bukan itu yang akan kita bahas, Ga." ujar Andien datar, kembali kepada Arga.

"Tapi sikap dan jawaban kamu sudah cukup menjelaskan apa yang akan kamu sampaikan ke aku!" ketus Arga, membalas.

Andien menarik napas, menghembuskannya perlahan seraya menutup kedua mata dan memijit pelipisnya. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Dirga saat ini, kalau saja Ian tak masih menahan pergelangan tangan pria itu, mungkin sedari tadi Dirga sudah melakukan baku hantam mengingat wajah kekasihnya yang pucat pasi di hadapan Arga.

"Arga... Bisa ga sih kamu ga cecar aku begitu? Kasih kesempatan aku bicara, jelasin masalahnya. Lagipula, sedari awal, aku sudah bilang kan, tidak ada lagi kita." Andien memulai percakapan lagi selembut mungkin.

"Oke. Kasih aku alasannya. Aku tau kamu ga mungkin sengaja menjadikan dia tameng untuk menolak aku."

"Karena aku perempuan yang cuma akan bikin kamu jengah dengan sikapku yang senang memojokkan kamu."

Arga tidak mengerti dengan ucapan Andien, keningnya berkerut hingga kedua alisnya ikut bertaut, menunjukkan kerasnya ia berpikir.

"Oh, itu alasan kamu mutusin aku kalau kamu lupa." jelas Andien seraya tersenyum.

Tapi senyuman itu seperti menembakkan anak panah ke jantung Arga. Bahkan Arga saja lupa dengan alasan yang ia gunakan untuk memutuskan hubungan asmaranya dengan Andien saat itu. Ya, alasan yang mengada-ngada.

"Hidup memang selucu itu ya. Aku yang tersakiti mengingat semua detailnya, sementara kamu yang menyakiti aku bahkan ga ingat sama sekali dengan perkataan kamu! Kamu tau, bahkan saat itu kamu ga ngasih aku kesempatan untuk bicara. Oh iya, satu lagi, kamu mutusin aku by phone! Harusnya aku nurutin kata-kata Dirga, ga perlu nemuin kamu, cukup bicara by phone and everything is done between us!" ucap Andien sinis.

Arga masih terdiam, berusaha membuka kembali ingatan-ingatan masa lalunya. Gagal. Satu-satunya yang ia ingat adalah benar ia memutuskan perempuan cantik di hadapannya itu by phone. Sepengecut itulah dia saat itu.

Arga menarik napas dalam, menahan udara di paru-parunya, lalu menghembuskannya perlahan. Ia sungguh tak menyangka jika Andien akan mengungkit kembali masa lalu mereka yang bahkan sudah Arga lupakan. Ia tak pernah berpikir jika pepatah 'wanita adalah ahli sejarah' bukanlah isapan jempol belaka.

"Maaf..." lirihnya. "Aku... Saat itu ga sanggup dengan hubungan jarak jauh."

"Hah! Bahkan sampai detik ini kamu masih ga mengakui alasan kamu mutusin aku begitu aja."

"Maksud kamu?"

"Oh, kamu lupa juga kalau kamu akhirnya menikahi selingkuhan kamu?"

'DUAAARRRR!!!!'

Pukulan telak bagi seorang Arga. Tuduhan Andien membuatnya sadar, selingkuh itu memang indah, tapi ketahuan selingkuh sungguh dosa yang memalukan - seolah mukanya dilempari kotoran bertubi-tubi.

Arga tertunduk lesu, tak lagi berani berkata-kata. 'Andien tau dari mana?' batinnya.

"Kamu mau tanya aku tau dari mana?" ucap Andien seolah menyuarakan isi kepala Arga.

"Kamu pernah ga sengaja bilang ke Arini - temen SMA kita juga kalau kamu lupa lagi - kamu bilang ke dia kalau kita sudah putus, padahal kita sama sekali belum putus. Kecuali fakta kamu terus menghindari aku sejak kelulusan kita tanpa aku tau apa masalahnya."

Andien berusaha mengendalikan deru napasnya, kemudian melanjutkan kembali kalimatnya.

"Setelah mendengar itu dari Arini, aku berusaha ngubungin kamu, tapi lagi-lagi kamu benar-benar ga perduli sama aku. Sampai akhirnya aku nelpon Bara sahabat kamu. Aku bilang aku mau ke Bandung nemuin kamu. Aku minta alamat kamu sama Bara. Mungkin Bara kasihan sama aku, atau mungkin Bara mau melindungi kamu dari rengekan aku nantinya, jadi Bara nyeritain semua yang dia tau ke aku agar aku ga perlu nemuin kamu di Bandung. Bara bilang, kamu udah punya cewek lain. So, kesimpulannya adalah kamu se-ling-kuh!

"Dan sialnya, besok malamnya kamu langsung nelpon aku. Ngga ngasih aku kesempatan bicara, lantas mutusin aku dengan alasan yang amat sangat mengada-ngada."

Keduanya terdiam. Hanya menatap minuman yang masih tersaji di hadapan masing-masing. Andien sibuk dengan kekesalannya. Arga sibuk merutuki kelakuannya di masa lalu.

"Kalau apa yang kamu bilang benar, kamu ga sanggup jalanin hubungan jarak jauh, harusnya kamu mutusin aku dulu Ga. Baru kamu jadian lagi dengan cewek lain. Lagipula, kamu menjauhi aku sejak kita lulus lho, bukan sejak kamu di Bandung, artinya kamu udah ga nganggap aku sejak kita lulus SMA itu, aku bukan siapa-siapa buat kamu. Kamu ga sadar kan apa efek yang sudah kamu tinggalkan ke aku?

"Setelah tuduhan-tuduhan tidak menyenangkan yang kamu tudingkan ke aku, rasanya aku ga pernah bisa mencintai dengan benar. Kalau disayang aku ketakutan dan menghindar, giliran aku punya pasangan yang menyebalkan aku dengan beraninya bersikap frontal ke dia. Bahkan aku ga takut ngabsen anggota kebon binatang untuk menghardik cowok yang di mata aku menyebalkan!

"Aku bener-bener ngerasa kerdil, ga pantas untuk dicintai, dan itu gara-gara omongan kamu! Kamu tau kenapa aku memilih ayahnya anak-anak untuk jadi suamiku? Sederhana, karena dia ga pernah ambil pusing dengan kerendahan diriku. Cara dia menyayangi aku membuat kepercayaan diriku kembali, kalau aku bukan perempuan menyebalkan seperti yang kamu tuduhkan!"

Tanpa disadari dua bulir tetesan bening mengalir dengan kurang ajarnya dari kedua netra Andien.

'Bad move Arga! Bad move!' batin Arga merutuki dirinya sendiri.

"Jadi.. Karena itu kamu akan menolak niat baikku untuk menikahi kamu?" akhirnya Arga memaksakan dirinya bersuara, walaupun saat ia bicara seolah ada kaca yang tersangkut di tenggorokannya.

"Kei... Maafin aku..." lirih Arga.

Arga tau terlalu sulit untuk melembutkan hati perempuan pujaan hatinya ini untuk bisa memaafkannya.

"Aku sudah maafin kamu. Buktinya aku tetap menerima kamu sebagai teman selama ini kan? Tapi kalau untuk hidup bersama kamu, aku ga bisa Arga. Seumur hidup itu akan terasa terlalu lama. Aku pasti akan sering berprasangka buruk ke kamu, dan itu ga akan sehat untuk kita berdua."

"Kei..."

"Aku ga bisa ngebayangin, jika satu saat nanti ada masalah di tengah-tengah kita dan kamu ngejauhin aku begitu aja."

"Kei, kita udah 35 tahun, dan kejadian itu waktu kita baru lulus SMA." lirih Arga.

"Aku ga menuduh kamu masih seperti itu. Masalahnya ada padaku. Aku trauma dengan sikap kamu dulu. Dan melihat kamu yang memintaku menikah denganmu hanya membuat aku mengingat kejadian lama itu kembali. Apa seumur hidupku aku harus ketakutan seperti ini jika aku menikah dengan kamu?"

"Kei..."

Arga pun tak bisa menahan tetesan bening yang keluar dari kedua netranya. Dadanya sesak. Sesak karena penolakan dan rasa bersalah pada Andien.

"Satu hal lagi. Aku amat sangat berusaha untuk ga kembali ke mantanku. Ga terkecuali kamu. Kamu tau kenapa? Karena status mantan, artinya kita pernah gagal dalam menyelesaikan masalah di hubungan kita. Seperti yang aku utarakan tadi, jika hubungan itu ada kembali, sedikit banyak kegagalan itu akan menghantui dan aku ga akan berkenan itu mengganggu kebahagiaanku." lanjut Andien lagi.

Arga menyerah. Ia sadar penuh dirinyalah yang salah. Selingkuh, berbohong, bahkan merusak kepercayaan diri orang yang pernah mencintainya dengan tulus.

Arga mengangguk lemah, "Aku ngerti..." Ia bahkan tidak sanggup meneruskan kata-katanya, kerongkongannya tercekat.

"Maaf Kei!" hanya itu yang sanggup meluncur dari bibirnya.

Andien menarik napas panjang, "Kalau begitu, aku bisa ninggalin kamu sekarang kan?" tanya Andien, tak ingin berlama-lama dengan mantan kekasih tak terindahnya itu.

Arga mengangkat kepalanya yang sejak tadi tertunduk lesu.

"Tapi kamu maafin aku kan Kei? Kita masih bisa temenan kan?"

"Iya." jawab Andien singkat.

Andien mengeluarkan dompet dari tasnya, bermaksud memberi uang untuk membayar makanan yang ia pesan.

"Ga usah Kei. Aku aja yang bayar. Jangan gitu bangetlah Kei, kamu nyentil egoku banget dengan ngeluarin dompet begitu." protes Arga.

Andien terkekeh pelan, "maaf deh."

"Kaya lebaran aja maaf-maafan." canda Arga. Keduanya tertawa renyah.

"Aku duluan ya Kei, sekali lagi aku harap kamu bisa maafin aku. Dan salam buat cowokmu yang dari tadi ngeliatin aku kayak orang kelaparan!"

Related chapters

  • TAKDIR KEDUA   10: LUMIÈRE

    Usai Agra meninggalkannya, Andien beranjak menuju meja yang ditempati Dirga dan Ian. Andien mengatupkan bibirnya agar tak terkekeh melihat pemandangan di depannya. Kedua pria itu menatapnya dengan tangan Ian yang masih menggenggam erat pergelangan tangan Dirga."Segitu naksirnya lo sama cowok gue?" ledek Andien pada Ian sambil menunjuk genggaman tangan Ian dengan dagunya.Kedua pria itu langsung memandang ke arah pandang Andien."Najis!""Najis!"Ucap keduanya bersamaan.'Hahahaha!'Andien terbahak melihat ekspresi keduanya, pun beberapa orang pelanggan seperti mereka yang sedang menikmati sajian."Tuh laki lo! Kalo ga dipegangin udah baku hantam sama mantan lo! Heran! PMS lo ya? Emosian banget!" omel Ian."PMS pala lo! Kan ada elo pengacara gue. Tinggal lo urus!" balas Dirga."Eh kampret! Lo pikir itu orang ga akan kenapa-kenapa dipukulin sabuk hitam kayak elo? Bagus kalo cuma lecet, kalo modar?""Lo pikir

    Last Updated : 2022-02-22
  • TAKDIR KEDUA   11: PENGGANGGU

    Dirga melajukan mobilnya keluar daricafeyang sudah menjadi favoritnya itu sejak beberapa tahun yang lalu. Belum jauh beranjak, langit menumpahkan buliran hujan dengan derasnya, bahkan sang angin pun seperti memberi peringatan jika ia akan bertiup lebih kencang di siang menjelang sore itu. Dirga melirik kekasihnya yang masih tertidur pulas, menimbang-nimbang apa yang ada di pikirannya, dan akhirnya memutuskan untuk membawa Andien ke unitnya saja.Sesampainya di parkiran apartemen, Dirga mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi pesan singkat lalu mengetik pesan untuk sang penerima di sana yang sangat ia sayangi.[Me]El, lagi apa nak?[Eldra]Main game Om.[Me]Main sama Anne dan Cantika juga dong El.[Eldra]Udah tadi. Sekarang anne sama cantika masih bobo.El baru di bolehin ummah main ha

    Last Updated : 2022-02-22
  • TAKDIR KEDUA   12: ANCAMAN

    "Lipsticksiapa ini? KAMU NGAPAIN?" bentak seorang perempuan yang menerobos masuk unit Dirga sore itu. Tak jauh dari mereka, di sana, Andien berdiri, menatap nanar kedua orang dihadapannya sambil menahan rasa panas di kedua netranya. Dirga yang sempat terkejut mengalihkan pandangannya pada Andien, perempuan itu pun mengikuti arah pandang Dirga. Saat kedua pasang netra kedua perempuan itu bertemu, tamu tak diundang itu berjalan cepat mendekati Andien seraya menahan amarah. "BRENGSEK!!!" maki perempuan itu. "PELACUR SIAL--- !!!" *PLAK!* Entah sejak kapan Dirga sudah berada di antara keduanya, hingga bukan pipi mulus Andien yang terkena tamparan, tetapi justru pipi berhiaskanfive o'clock shadowmilik Dirga yang terkena panasnya benturan telapak tangan perempuan itu. Dirga meringis, tangannya mengusap darah yang keluar dari sudur bibirnya, sepertinya karena goresan dengan salah satu cincin yang tersemat h

    Last Updated : 2022-02-23
  • TAKDIR KEDUA   13: LOVE IS AN AGREEMENT AND SINCERITY

    Kini mereka berempat duduk di ruangan dengan dua buah sofa panjang yang saling berhadapan. Debby sudah menyiapkan hidangan di hadapan mereka masing-masing. Rice boxlengkap dengan sapiszechuan, ditambah caisim cah bawang putih dan kepiting lemburi lada garam. Satu-satunya orang yang makan dengan lahap di ruangan itu adalah Borne, pria itu benar-benar tidak terganggu dengan ketegangan yang terjadi tadi. Debby sibuk memperhatikan pasangan di depannya yang tidak menyentuh makanan mereka sama sekali, sambil sesekali menambahkan lauk pauk ke dalamboxsuaminya.

    Last Updated : 2022-02-24
  • TAKDIR KEDUA   14: IMPERFECTION ME

    "Sayang..." panggil Dirga dengan suara paraunya yang terdengar begitu memelas di telinga Andien. Andien menghentikan kegiatan menata isi tasnya, menghela nafas sesaat sebelum menegakkan tubuh dan berputar agar berdiri berhadapan dengan pria yang sudah membuatnya kembali mencinta. Tak tega melihat raut kesedihan dan serba salah di wajah Dirga, Andien melangkah mendekat untuk memeluk pria itu. Dirga pun membalas pelukan Andien dengan rengkuhan yang lebih erat. Andien menepuk lembut punggung Dirga seraya menghindu aroma khas tubuh yang bercampur dengan notes woody dari

    Last Updated : 2022-02-25
  • TAKDIR KEDUA   15: SANG PELINDUNG

    Andien tertawa mendengar celotehan Dirga. Hidup ini begitu lucu, mereka bahkan tidak bertemu bertahun-tahun. Tidak pula saling mengetahui keberadaan satu sama lain. Pun saat keduanya masih kanak-kanak ataupun remaja, mereka hanya menjadi pengagum jarak jauh bagi satu sama lain. Dan sekarang, bagaimana bisa dalam lima hari kebersamaan Dirga sudah ingin memasangkan cicin sederhana itu ke jari manis Andien? Katakanlah Dirga lebih mengenal Andien karena memang pria itu selalu mencari-cari informasi tentang Andien dari orang-orang sekitarnya, bahkan tak segan mencari akal agar bisa mengamati perempuan itu sedekat mungkin. Tapi Andien? Andien benar-benar tidak mengenal sosok Dirga. Wajahnya saja Andien tak mampu mengingatnya. Satu-satunya fakta yang Andien tau, pria itu hanya mengirimkan salam untuknya sekali

    Last Updated : 2022-02-26
  • TAKDIR KEDUA   16: ANOTHER IMPERFECTION

    Honda Accord terbaru berwarna crystal black pearl itu membelah jalan tol Jagorawi malam itu, mengantarkan Dirga dan Andien ke tempat tujuannya. "Iya Ummah, ini udah di Tol.""....""Iya maaf Ummah. Tadi ada hal penting yang harus Andien dan Kak Dirga bicarakan.""....""Iya Ummah, Andien janji ga akan begini lagi.""....""W*'alaikumsalam Ummah."

    Last Updated : 2022-02-27
  • TAKDIR KEDUA   17: PENGAGUM RAHASIA

    Mereka berdua sampai di rumah Andien lewat pukul 22.00, sudah lewat jam malam mengingat rumah itu dihuni dua orang anak usia sekolah. Andien langsung membersihkan diri, mengganti pakaiannya dengan setelan piyama lengan pendek dan celana panjang berbahan kaos berwarna broken white polos. Perempuan itu memilih untuk melihat ketiga malaikat kecilnya yang sudah terlelap terlebih dahulu, menciumi mereka satu per satu. Bahkan Eldra, putra kesayangannya sempat terbangun dan memeluk leher Andien, mencium pipi mamanya dan bergumam "El sayang Mama" kemudian tertidur pulas kembali. Sem

    Last Updated : 2022-02-28

Latest chapter

  • TAKDIR KEDUA   120: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (12)

    Setelah memporak-porandakan ruang keluarga, Andien dan Dirga melanjutkan ronde kedua percintaan mereka di master bedroom rumah itu. Berbeda dengan ruangan lantai dasar yang di desain polos dengan gradasi warna cream ke putih di setiap dindingnya, lantai dua yang berisikan kamar-kamar para anggota keluarga dan sebuah ruang serbaguna, dinding-dindingnya berlukiskan hasil karya Edo – adik ipar Dirga. Wall mural yang kini menjadi salah satu order terbesar di perusahaan desain milik Dirga dan kawan-kawan memang membuat level hunian menjadi lebih nyaman dan terkesan mewah. Kamar Andien dan Dirga didominasi furniture yang terbuat dari kayu berwarna putih tulang, sementara untuk pernak pernik dan ornamen-ornamen pemanis - warna yang dipilih Dirga adalah warna-warna pastel sep

  • TAKDIR KEDUA   119: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (11)

    Tahun keenam pernikahan Dirga dan Andien.Dirga memeluk sang istri dari belakang, menempelkan bibirnya di daun telinga Andien.“Sudah siap?”Andien terkekeh geli.“Norak tau, Kak!”

  • TAKDIR KEDUA   118: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (10)

    “Sayang...” panggil Dirga saat Andien sedang merapihkan pakaian mereka ke dalam walk in closet.“Apa?”“Sini sebentar.”Andien menghentikan kegiatannya, lalu bergabung bersama Dirga di atas ranjang mereka.“Ada apa?”

  • TAKDIR KEDUA   117: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (9)

    Seperti biasa, Andien terbangun dari tidurnya di jam yang sama setiap malam. Yang berbeda, malam itu Dirga tak ada di sisinya, juga tak nampak di seantero kamar mereka. Andien beranjak dari ranjang, melangkah perlahan mendekati pintu penghubung kamar itu dengan ruang kerja Dirga, pendar cahaya masih nampak menembus celah antara pintu dengan lantai kayu rumah mereka.“Sayang?” tegur Andien saat mendapati suaminya yang duduk termenung seraya menyapukan ibu jari di pinggiran mug.“Hey, baby...”“Kok ga tidur?”

  • TAKDIR KEDUA   116: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (8)

    Dirga sekeluarga menyempatkan diri untuk pulang ke Indonesia ketika Summer Break. Jadwal pulang Dirga yang sebelum menikah mengikuti kalender islam – yaitu saat puasa Ramadhan, kini bergeser mengikuti libur anak-anaknya yang masih berstatus pelajar.Saat ini mereka sedang menghadiri acara pertunangan sepupu Dirga di salah satu ballroom hotel berbintang di Jakarta. Dirga yang memiliki prinsip untuk membopong semua anak-anaknya ke setiap acara keluarga sontak menjadi perhatian utama kerabat-kerabatnya selain pasangan calon mempelai.

  • TAKDIR KEDUA   115: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (7)

    “Kak...” sapa Andien seraya melangkah masuk ke kamar mereka. Andien mengambil pijakan kaki dari bawah meja riasnya, mendekat pada Dirga sebelum akhirnya meletakkan benda itu dan naik ke atasnya – hendak memasangkan dasi untuk sang suami. “Ada meeting ya hari ini?” “Iya. Mau ada tender lagi, sayang.”

  • TAKDIR KEDUA   114: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (6)

    “Mr. Harold?”Dirga tak menyangka dengan kehadiran seorang pria di balik pintu rumahnya. Pria itu membawa sebuah paper bag dengan nama toko mainan tempatnya bekerja.“Mr. Pranata.”“Ada yang bisa saya bantu?”

  • TAKDIR KEDUA   113: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (5)

    "Sayang, something happened with Anne."Dirga dan Ken baru saja turun dari deep black pearl Volkswagen Golf milik Dirga, bahkan handle pintu mobil itu masih digenggamannya. Dirga menutup pintu mobil, merangkul Andien, melabuhkan ciuman hangat di kening dan bibir isterinya."I'm home, sayang."

  • TAKDIR KEDUA   112: EXTRA - BITTERSWEET MARRIAGE (4)

    Andien turun dari mobilnya ingin bertandang sejenak ke sebuah toko yang menjual berbagai jenis rempah Asia. Ia baru saja mengantarkan Cantika ke play group yang tiga minggu terakhir menjadi salah satu tempat untuk belajar dan bersosialisasi bagi puteri kecilnya itu.Andien harus berjalan kaki beberapa ratus meter ke dalam untuk mencapai toko yang ia tuju. Langkahnya terhenti ketika melewati sebuah café dengan nuansa modern yang terasa begitu nyaman. Netranya terbelalak melihat Dirga sedang berbicara – jika bisa dibilang demikian – dengan seorang perempuan yang begitu... perfect

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status