Istriku Bukan Ladi DiPart 5Gagal sudah kejutan yang sudah kupersiapkan seharian. Biayanya juga tidak tanggung, cincin emas berlian seharga dua belas juta, ditambah mie ayam satu bungkus plus waktuku seharian ini. Yang membuat aku makin jengkel istriku belum sadar juga ada kejutan yang gagal, dia malah langsung tidur, mungkin kecapekan karena reuni seharian.Hari itu kami panen sawit, akan tetapi orang yang biasa kami pakai untuk jasa dodos sawit tidak bisa datang. Sementara karyawan kebun kebanyakan perempuan. Heran juga, biasanya mereka paling cepat datang, belum jadwal penen pun mereka sudah bertanya duluan."Dek, pada ke mana semua orang, kita mau panen ini," tanyaku pada istri lewat telepon. Seperti biasa dia di kantor desa. "Oh, mereka semua kerja di tempat si Hermansyah, Bang," jawab istri dari seberang."Lo, kan kita mau panen,""Iya, Bang, itu kan pekerja lepas Bang, gak bisa kita atur,""Jadi, bagaimana kita mau panen?""Entahlah, Bang,"Untuk pertama kali aku seakan ada s
Istriku Bukan Lady DiPart 6Nia tak menjawab lagi, dia justru bercanda dengan mengatakan mau pingsan dulu. Padahal tadi katanya sudah ok, kini dia seperti terkejut."Dek, bagaimana, boleh gak?""Jangan bicara dulu, Bang, aku masih pingsan ini karena terkejut," kata Nia."Dek, aku cinta kau, Dek, seratus persen, sumpah demi Allah," kataku lagi."Lalu cinta untuk Rara?""Itu cinta yang lain, Dek," "Jadi kalau seratus persen untukku, apa lagi untuk Rara,""Cintaku luas, Dek, lebih seratus persen, tapi percayalah, tidak ada maksud lain, hanya menolong,""Menolong, itu hatimu, Bang, dadamu dibelah,""Iya, Dek, Rara dan bapaknya sudah membuat aku seperti yang sekarang, kalau bukan karena mereka mungkin aku akan jadi gembel,""Iya, Bang, iya, silakan saja berikan hatimu, tapi kita cerai,"Aku terhenyak, tak percaya apa yang baru kudengar, setelah lima belas tahun, baru kali ini kudengar kata cerai dari mulut istriku ini. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi.Ancaman cerai itu sungguh membuat
ParliNia 2PoV NiaBang Parlin benar-benar belum bisa lupakan Rara, sedih rasanya ketika aku tahu Bang Parlin menghubungi Rara tanpa sepengetahuanku, padahal sudah janji jika harus hubungi Rara harus lewat aku. Kini dia chat-an di belakangku.Ketika Bang Parlin minta ijin mau ke Jakarta menghadiri pesta, aku sudah curiga dia akan bertemu Rara. Sengaja kusuruh Butet minta ikut, karena aku tahu Bang Parlin tak akan berani macam-macam jika ada Butet. Sejujurnya Bang Parlin tak pernah macam-macam, sudah kuuji dari dulu, tapi Rara? Perempuan ini spesial di hati Bang Parlin.Butet memberitahukan kalau mereka pergi ke Bandung bertemu Rara yang sakit, akan tetapi aku pura-pura tidak tahu saja, ingin kulihat sampai di mana Bang Parlin selingkuh hati.Aku terkejut, sungguh ini di luar dugaan, Bang Parlin mau mendonorkan hatinya untuk Rara yang sakit kangker hati. Untuk pertama kali dalam sejarah pernikahan kami, aku menyebut kata cerai. Dia bukan hanya selingkuh hati, tapi juga mau donorkan hat
ParliNia 2Part 2Aku coba mengingat-ingat perjodohan kami dulu, ah, rasanya tak mungkin aku dipelet, aku terima lamarannya dulu karena percaya pada almarhum ayah, bukan karena cinta. Cinta justru timbul setelah berumah tangga. Aku lalu coba mengingat lagi perjalanan rumah tangga kami. Aku baru kini merasakan hidup Bang Parlin tak pernah lepas dari bayang-bayang Rara. Masih kuingat ketika rambut gobel Bang Parlin kupotong, dia sangat sedih, padahal cuma rambut.Masih kuingat ketika dia menangis saat pertama kali bertemu Rara. Masih kuingat dia yang begitu sayang sama Nunung, ternyata sapi pemberian Rara. Aku makin merasa seperti Lady Diana, hanya dapat raga tak dapat hatinya.Akan tetapi perkataan Hermansyah rasanya ada benarnya. Selain soal Rara Bang Parlin adalah suami yang sempurna. Tak pernah berkata kasar, apalagi KDRT. Tidak pernah juga macam-macam. Tak merokok tidak juga pernah berjudi atau minum minuman keras. "Assalammualaikum," terdengar suara salam di pintu. Aku yang lagi
ParliNia 2Part 3Bang Parlin masih saja pasang jurus menghindar, berusaha mengalihkan pembicaraan, bercanda lagi. Kini dia malah mau pura-pura nangis untukku."Baik, Dek, kalau tangisan yang Adek butuhkan, aku akan menangis sekarang, huhuhu," kata Bang Parlin lagi.Kesal, kuambil gelas plastik yang ada di dekatku, kulemparkan ke dinding, suaranya ternyata bisa membuat Bang Parlin berhenti pura-pura tangis"Dek, kan anak si Hermansyah satu kuliah di Australia, si Amanda ini anak yang mana lagi? Jangan-jangan dia punya istri yang lain, punya simpanan," kata Bang Parlin, kini dia coba cara lain untuk mengalihkan pembicaraan, dia ngajak ghibah."Tolong jangan alihkan pembicaraan, Bang, tolong jangan bercanda dulu, ini serius," kataku kemudian."Dek," Bang Parlin menyentuh bahuku, dia lalu memijit punggung ini."Mungkin kamu capek, Dek, makanya emosi terus, sini kuurut," kata Bang Parlin lagi.Ah, segala cara dilakukan Bang Parlin, lama-lama aku kesal juga. Aku berdiri masuk kamar dan ber
ParliNia 2Part 4Keluarga Pa Siregar berkumpul semua, kali ini sangat lengkap sampai anaknya juga ikut semua. Belum hilang keterkejutanku Rina sudah mengucapkan selamat ulang tahun pernikahan yang ke-16. Kutatap Bang Parlin, aku yakin pasti dia yang punya rencana ini. "Selamat ulang tahun pernikahan, Nia, kalian pasangan idola kami, panutan kami semua," kata Kak Sofie seraya memelukku."Kalian yang terbaik, sekiranya aku presiden, sudah kuberikan kalian penghargaan keluarga sakinah," kata Bang Parta.Ah, berlebihan, Aku makin yakin ini kerjaan Bang Parlin. Dia mungkin sudah kehabisan cara, sehingga meminta bantuan saudaranya.Rumah kami jadi penuh, tidak muat lagi tidur di rumah ini, sementara rumah yang satunya lagi ditempati Hermansyah, tak mungkin numpang di sana. Saat malam tiba, kami makan bersama. Semua duduk bersila di lantai. Ucok Dan Bang Parlin duduk di tengah, melayani segala keperluan makan tamu. Tamu kami benar-benar dijamu bak tamu terhormat, sampai satu kambing dipot
ParliNia 2Part 5Malam itu Pa bersaudara berkumpul, ada Bang Parta, Bang Nyatan dan Dame. Mereka mau bicarakan tentang kami, ternyata para istri sudah cerita ke suami masing-masing."Mau nangis aku dengar berita ini, Parlin, kau yang jadi panutan kami masa jadi begini," kata Bang Parta, sementara Bang Parlin terus menunduk, sedang aku setia menyimak."Bang Parlin, jika ada masalah kami, Abang yang selalu turun tangan," kata Dame."Dia hanya bisa menyelesaikan masalah orang, tapi tak bisa menyelesaikan masalah sendiri, dia hanya bisa bahagiakan orang, tak bisa bahagiakan istri sendiri," kataku kemudian."Jujur saja aku belum bisa mengerti apa yang kalian permasalahankan," kata Bang Nyatan.Bagaimana lagi aku harus menerangkan? Bagi mereka Bang Parlin itu laki-laki yang sempurna, yang bisa mengangkat derajat keluarganya."Kami semua pernah kau bantu, Parlin, kami jadi begini karena kau," kata Bang Parta lagi. "Coba tanyakan karena siapa Bang Parlin bisa sukses?" kataku kemudian."Ka
ParliNia 2Part 6Kedua anakku seperti kompak, mereka terus buat ulah yang tidak masuk akal semenjak kubilang akan berpisah."Mak, jangan pergi lah, Mak, mamak kan kepala desa, kalau ada yang minta tanda tangan bagaimana?" kata Butet pagi itu. Saat itu aku mulai menyusun pakaian. Aku akan berangkat pagi itu. Mobil travel telah kupesan."Kamu belum ngerti, Tet, nanti kamu akan ngerti juga, soal tanda tangan, ada sekdes," kataku kemudian."Aku akan hidup tanpa Ibu, akhirnya nanti jadi anak nakal, berakhir di penjara," kata Butet."Kau ikut Mamak,""Ayah?""Kita tinggalkan,"Tapi aku sayang Ayah,""Ya, udah sama ayah saja dulu,""Mamak gak sayang aku," "Bukan begitu, Butet, seumur hidup itu terlalu lama, nanti setelah kau dewasa kau akan paham,""Tidak, aku tak akan pernah paham," kata Butet seraya masuk kamar.Anak gadisku itu menangis, entah dia sengaja menangis dengan keras aku tak tahu, akan tetapi tangisannya sampai terdengar ke luar rumah.Kutemui Ucok yang sedari tadi tidak mau b