Beranda / Urban / Suamiku Jadul / Dukungan Untuk Nia

Share

Dukungan Untuk Nia

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

ParliNia 2

Part 6

Kedua anakku seperti kompak, mereka terus buat ulah yang tidak masuk akal semenjak kubilang akan berpisah.

"Mak, jangan pergi lah, Mak, mamak kan kepala desa, kalau ada yang minta tanda tangan bagaimana?" kata Butet pagi itu. Saat itu aku mulai menyusun pakaian. Aku akan berangkat pagi itu. Mobil travel telah kupesan.

"Kamu belum ngerti, Tet, nanti kamu akan ngerti juga, soal tanda tangan, ada sekdes," kataku kemudian.

"Aku akan hidup tanpa Ibu, akhirnya nanti jadi anak nakal, berakhir di penjara," kata Butet.

"Kau ikut Mamak,"

"Ayah?"

"Kita tinggalkan,"

Tapi aku sayang Ayah,"

"Ya, udah sama ayah saja dulu,"

"Mamak gak sayang aku,"

"Bukan begitu, Butet, seumur hidup itu terlalu lama, nanti setelah kau dewasa kau akan paham,"

"Tidak, aku tak akan pernah paham," kata Butet seraya masuk kamar.

Anak gadisku itu menangis, entah dia sengaja menangis dengan keras aku tak tahu, akan tetapi tangisannya sampai terdengar ke luar rumah.

Kutemui Ucok yang sedari tadi tidak mau b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (26)
goodnovel comment avatar
jerry baby
ahh mewek baca nya
goodnovel comment avatar
carsun18106
hahaha good idea mak poppy...buat nyindir bang parlin ya
goodnovel comment avatar
Endang Susilowati
Bang Parlin lupa kalau nasib manusia itu berubah atas ijin Allah..jangan lupa Pak Dokter dan Rara itu perpanjangan tangan Allah untuk menolong hambaNya yang kekurangan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku Jadul   Batu Berukir Nama Mantan

    ParliNia 2Part 6"Kami tunggu konfirmasinya, Bu, jika bisa hadir, silahkan hubungi ke nomor ini, katanya lagi dari seberang.Akhirnya aku katakan berpikir dulu, karena senin yang dia maksud berarti enam hari lagi."Kita menang keluarga teladan tingkat kabupaten," kataku setelah selesai bertelepon."Wah, alhamdulillah, akhirnya terpilih juga," kata Bang Parlin."Abang yang daftar?" tanyaku penuh selidik."Bukan daftar, Dek, mereka datang survey," kata Bang Parlin."Tentu karena didaftarkan makanya mereka datang," kataku kemudian."Ah, terserah Adek lah, curigaan terus, memangnya jika benar pun kudaftarkan apa salahnya, ada hadiahnya lo, hadiahnya nanti mau kusumbangkan ke mesjid," kata Bang Parlin."Keluarga teladan?" kataku lagi.Miris memang, dilihat dari luar kami memang terlihat Keluarga bahagia, hanya dua anak sesuai anjuran pemerintah. Akan tetapi di dalam keluarga kami ibarat api dalam sejam, ada api tersembunyi.Pembicaraan Torkis tadi sempat terhenti, padahal aku masih ingin

  • Suamiku Jadul   Ikut Ayah Atau Mamak, Cok?

    ParliNia 2Part 8Di sisi jalan, ada pintu kecil yang menghubungkan dengan jembatan penyeberangan, dulu saat remaja, kami sering melewati ini. Masuk jalan tol lewat sisi jembatan, berbahaya memang."Ayo, Cok, Tet," ajakku sekali lagi, tapi dua anakku itu tetap tidak mau turun dari mobil. "Ok, aku pergi sendiri," kataku akhirnya."Cok, sana jaga mamak kau, nanti diculik orang pula," perintah Bang Parlin.Ucok turun dari mobil, sedangkan Butet tetap tidak mau turun, dia justru tetap memilih bersama ayahnya. Aku dan ucok lalu menyelinap ke jembatan penyeberangan, lalu keluar ke jalan, segera kupanggil becak, kami pun jalan.Akan tetapi aku tidak tahu mau pergi ke mana, jika ke rumah kami pasti akan bertemu Bang Parlin, sementara aku masih belum mau bertemu dia. Akhirnya kutelepon Rapi."Rapet, aku mau datang ke rumah kau ini," kataku langsung saja."Apa, Niyet, gak salah dengar aku ini?" jawab Rapi."Tidak, aku mau datang, terus aku lapar, tolong masak Indomie," kataku lagi. "Assiap,

  • Suamiku Jadul   Kabur

    ParliNia 2Part 9Ucok masih lima belas tahun, akan tetapi dia seperti bicara layaknya pria dewasa saja. Pemikirannya memang lebih dewasa dari usianya. Akan tetapi Ucok seperti tidak paham yang terjadi denganku. Ataukah karena dia tidak tahu semuanya. Sudah bisakah anakku ini jadi teman curhat?"Cok, mamak mau cerita," kataku kemudian."Iya, Mak, keluarkan semua yang di hati mamak, aku siap jadi pendengar yang baik, aku tahu mamak butuh teman curhat," kata Ucok. Lagi-lagi aku takjub dengan anakku ini. Akhirnya aku utarakan semua."Kau tahu, Cok, pertama nikah sama ayahmu, sebelum kalian lahir, pikirannya terus ke Rara rambutnya gobel juga karena Rara, dia baik juga karena Rara, saat itu mamak masih bisa maklum, mungkin Rara memang banyak jasanya pada ayahmu." Aku menarik napas panjang, sesak rasanya untuk bercerita."Yang membuat mamak sakit hati, Ayahmu diam-diam teleponan sama Rara, pergi jenguk Rara gak bilang-bilang, bahkan mau calon dewan pun karena Rara, sampai ayahmu mau dono

  • Suamiku Jadul   Pertarungan Guru Dan Murid

    ParliNia 2Part 10"Tet, mamak belum bisa pulang, baik-baik Butet ya, jangan nakal, jangan pecat ayahmu," kataku kemudian.Butet justru makin menangis, "Gak mau, pulanglah, Mak, lihat itu ayah sudah nangis lagi, kasihan ayah, Mak," kata Butet.Ah, ternyata dia hanya kasihan lihat ayahnya. "Oh, berarti Butet gak sayang mamak, ya?" Aku coba memancing."Sayanglah, Mak, justru karena sayang ayah mau kupecat jadi orang tua,""Hahaha," tawaku pecah juga, perkataan anakku ini kadang memang di luar perkiraan."Mamak pun kalau gak pulang juga kupecat jadi orang tua," kata Butet lagi, membuat tawaku terhenti."Udah, Tet, mamak mau healing dulu," kataku akhirnya."Tapi mamak sakit perut,""Sudah baikan, tunggu, dari mana kamu tahu mamak sakit perut, ayahmu bilang ya?""Mamak lucu, tapi mamak sendiri yang bilang tadi, kau buat aku sakit perut gitu," "Oh, ya,""Makanya, Mak, cepat pulang, baru dua hari mamak pergi dah linglung," kata Butet."Iya, Tet, mamak healing dulu ya,""Ya, Mak, aku sayan

  • Suamiku Jadul   Cinta Mati

    ParliNia 2Part 11Guru dan murid itu menghentikan perkelahian mereka. Aku sudah berdiri di antara mereka seraya mengangkat dua tangan. "Ada apa dengan kalian?" kataku kemudian."Murid durhaka!" teriak Bang Parlin seraya menunjuk Torkis."Guru yang zalim," balas Torkis."Kau murid durhaka, kuajari kau semua, malah melawan, tapi aku bangga padamu, Torkis, mau melawan kejahatan biarpun dilakukan oleh guru sendiri, semoga makin banyak orang seperti kau," kata Bang Parlin, seraya menepuk pundak Torkis.Dua pria kekar itu lalu berpelukan. Ah, sebel juga, mereka tadi sudah marah-marahan, adu mulut dan adu jotos, kini sudah berpelukan."Terima kasih sudah jaga Bu Nia," kata Bang Parlin lagi."Iya, Pak, jika kudengar Bu Nia disakiti, aku akan bertindak, awas saja, Pak," kata Torkis."Iya, itu yang membuat aku salut padamu, kau bisa melawan guru zalim," kata Bang Parlin."Sebentar-sebentar," potongku kemudian."Iya, Dek,""Jadi Abang sudah ngaku zalim?" tanyaku kemudian."Ummm, itu, oh, apa

  • Suamiku Jadul   Sawah Yang Kering

    ParliNiaPart 12Sepanjang perjalanan pulang, aku lebih banyak diam, Bang Parlin juga lebih fokus ke jalanan. Butet justru yang banyak bicara."Ma, kata ayah hari Senin ini kita mau terima penghargaan dari bupati," kata Butet."Iya," jawabku singkat saja."Kita keluarga teladan," kata Butet lagi."Iya, keluarga teladan yang berantam," Ucok ikut bicara."Memang ada keluarga yang tidak pernah ribut?" tanya Bang Parlin."Ada, Bang Torkis, mereka yang pantas dapat penghargaan itu," kata Ucok."Ah, kau, Cok, tahu apa, kau masih remaja, biar tau kau ya, Cok, keluarga yang baik itu bukan keluarga yang tak pernah ribut, yang tak pernah bermasalah, tapi keluarga yang jika ada masalah diselesaikan bersama dengan kepala dingin, bukan dengan kabur," kata Bang Parlin.Lah, dia sindir aku, aku lagi malas untuk berdebat, sementara Ucok terus bicara pada ayahnya."Kita memang tak pantas dapat gelar itu," kata Ucok lagi."Heh, Cok, yang nilai itu orang dari BKKBN, mereka punya penilaian sendiri," kata

  • Suamiku Jadul   Balas Budi Pada Mantan

    Part 13"Butet, sini dulu mamak bilang," kataku pada Butet seraya memeluk pundak putriku tersebut."Iya, Mak," jawab Butet."Jangan suka nguping pembicaraan orang dewasa, ya, gak boleh itu, Nak," kataku lagi."Aku gak nguping kok, orang mamak aja yang suaranya keras," kilah Butet."Iya, Tet, jika ayah dan mamak bicara, apalagi dalam kamar, gak usah dengarin," kataku lagi. "Iya, Mak, iya, aku pun malasnya dengarnya, bilang ayah jika bicara suaranya pelan, macam bicara di pasar saja kalian, didengar orang, eh, orang yang dengar dituduh nguping," Butet justru mengomel. Tampak sekali anak ini keturunan mamaknya.Lima hari kutinggal, sudah banyak berkas yang harus ditandatangani, akan tetapi karena hari Minggu tak juga kukerjakan, aku justru beberes rumah dibantu Ucok dan Butet."Cok, ayahmu mana?" tanyaku pada Ucok yang lagi sibuk bantu nyapu. Sebenarnya aku sudah tahu Bang Parlin ke kebun, hanya basa-basi dengan Ucok."Ke kebun, Mak," jawab Ucok."Cok, bagaimana menurutmu, kita terima g

  • Suamiku Jadul   Hambar

    ParliNiaPart 14Aku yang berdiri di samping Bang Parlin tak tahu harus bagaimana bersikap, haruskah kuutarakan isi hati di depan orang ramai begini?"Manis sekali!" teriak seseorang yang duduk paling depan.Suara gemuruh tepuk tangan justru membuat aku makin sakit hati, dalam acara begini pun nama Rara masih disebut. Pengunjung pun memuji Bang Parlin. Lalu migrofon kembali ke tangan Pak Bupati. "Semua orang punya idola, jika Parlindungan Siregar mengidolakan dokter, saya justru mengidolakan Pak Parlin, dia lelaki hebat yang pernah kukenal," kata Pak Bupati lagi. Tepuk tangan pun kembali bergemuruh."Tahukah kalian, selain guru ngaji, mantan politikus, Pak Parlin ini juga seorang seniman, dia piawai memainkan seruling, dia jago menyanyikan lagu ungut-ungut. Kesenian daerah yang hampir punah, mungkin di dunia ini tinggal tiga lagi yang bisa menyanyikan ungut-ungut tersebut, Pak Parlin ini salah satunya," kata Pak walikota lagi.Bang Parlin yang dulu tidak mau dipuji, kini seperti g

Bab terbaru

  • Suamiku Jadul   Diperebutkan Tiga Lelaki Tampan

    PoV NiaAku tak bisa menahan tawa saat tak sengaja mendengar Butet ditembak Sandy, aku justru jadi teringat saat-saat seusia Butet. Bedanya dulu, aku klepek-klepek, sementara Butet tetap pada pendiriannya tidak pacaran. Aku harus bersyukur punya anak gadis seperti ini.Umar lagi, dia menggunakan orang tua angkatnya yang Kapolres itu untuk menunang Butet. Bang Parlindungan bisa menolaknya dengan tegas. Ada apa ini, dalam dua hari, Butet dua kali ditembak langsung."Mak, gara-gara mamak calon wakil bupati, hidupku juga berubah," kata Butet di suatu siang. Saat itu kami lagi makan siang bersama di kantor desa."Kok gitu, Tet?""Gitulah, Mak, tiba-tiba banyak penjilat, bahkan guruku tiba-tiba baik, aku seperti diistimewakan, bahkan ada guru yang bilang, belum pernah ada anak pejabat yang sekolah di situ, dia berharap mamak menang supaya ada anak pejabat sekolah di situ," kata Butet."Ini baik atau buruk, Tet,?" "Entahlah, Mak, baiknya , gak ada yang berani bully aku, Mak, buruknya, banya

  • Suamiku Jadul   Musim Kawin

    PoV ButetKulirik Bang Sandy, dia menunduk sambil mempermainkan kancing bajunya. Dia sepertinya tak berani mengangkat wajah, atau dia sudah patah hati lagi. Harus kuakui perjuangannya, akan tetapi sudah komitmen pada diri sendiri, tidak akan pacaran."Terbuat dari apa hatimu, Butet? aku sungguh-sungguh mengatakan cinta, Kamu malah bilang itu kabar buruk, Ya, Allah, kuatkan hambamu ini," kata Bang Sandy. "Maaf, Bang, kenapa tiba-tiba ngomong cinta? kan sudah kubilang aku tidak pacaran,""Makin lama kupendam, hatiku justru makin tersiksa, Butet, terus makin lama sepertinya akan lebih sulit untuk mengatakan cinta.""Hmmm,""Panah cintaku sudah kutembakkan dari busurnya, langsung mengarah ke jantung hatimu, akan tetapi kamu mematahkannya, tidak apa-apa Butet, setidaknya aku lega, akhirnya panah cinta bisa kutembakkan, sudah lelah memegangnya selama ini," kata Sandy."Abang ngomong apa, sih?" tanyaku."Butet, tolonglah jangan permainkan hatiku, jika kamu menolak, walaupun kecewa, kuterima

  • Suamiku Jadul   Kabar Buruk?

    PoV ButetSemenjak mamak resmi' jadi bakal calon wakil bupati. Aku justru jadi terkenal, bahkan guru sekolah pun tiba-tiba baik sekali. Seperti saat itu, aku terlambat masuk kelas karena lagi makan bakso. Ini salah tukang baksos itu, pesananku lama datang. Pas datang lonceng tanda masuk kelas sudah berbunyi. Sayanglah baksoku, akhirnya kumakan juga, biarlah terlambat sekali ini.Guru yang satu ini terkenal galak, mengajar bidang studi Bahasa Inggris, akan tetapi saat aku masuk kelas, beliau tidak marah. Justru tersenyum melihatku."Silahkan duduk, Tet," kata ibu tersebut. Tentu saja aku heran.Saat pulang dari sekolah, ibu guru itu malah menawarkan tumpangan untuk pulang. Karena memang ayah gak bisa datang menjemput, aku mau saja, langsung naik motor matic ibu tersebut."Jika makmu jadi wakil bupati, jangan lupa sama ibu ya," kata ibu tersebut saat aku turun di kantor desa."Iya, Bu," jawabku. Ternyata ada mau ibu ini, aku jadi membayangkan kelak jika mamak jadi pejabat akan ban

  • Suamiku Jadul   Ucok Selalu Bersalah?

    PoV UcokMamak akhirnya datang melihatku, aku sangat senang sekali, rindu ini akhirnya bisa terobati. Bang Torkis juga ikut, dia jadi pembelaku saat mamak lagi-lagi menyalahkanku. Pesan Ayah jika untuk gaya hidup, anggap saja ayahmu paling miskin' benar-benar kuterapkan, mulai motor sampai bangun rumah bertingkat pun aku tidak meminta sama orang tua. Harus kubuktikan pada dunia, aku bisa mandiri.Malam itu ada musyawarah di masjid, agendanya adalah pembentukan BKM masjid tersebut yang sudah lama vakum. Aku yang jadi panitia pelaksana. Dua hari ini aku sudah mendatangi setiap rumah di lingkungan ini, memberikan undangan untuk musyawarah. Di lingkungan ini ternyata kesadaran orang memakmurkan mesjid sangat rendah. Dari seratusan orang yang diundang, yang datang hanya kira-kira tiga puluhan orang. Padahal undangan itu ditandatangani ketua RW daerah ini.Dalam musyawarah itu tidak ada yang bersedia jadi pengurus masjid, sementara pengurus yang lama sudah pindah. Aku juga akhirnya yan

  • Suamiku Jadul   Ambisi Ucok

    PoV NiaTernyata tim sukses sudah mempersiapkan semua, begitu aku iyakan, baliho sudah berdiri di pintu gerbang desa kami, juga di simpang. Bupati ini benar-benar serius. "Go, go, Nia, Membangun dari Desa," begitu tulisan di baliho raksasa, fotoku dan foto bupati terpangpang besar. Go, go itu sendiri artinya dalam bahasa Mandailing adalah kuat. Aku hanya duduk manis di rumah, semua dikerjakan tim sukses, dan seluruh dana ditanggung bupati. Katanya dia menghabiskan kebun sawit dua ratus hektar untuk daftar bupati ini.Hari itu Sandy datang berkunjung ke rumah, aku tentu heran, Butet sedang tidak ada di rumah, katanya dia ada ekstra kulikuler di sekolah."Butet belum pulang," kataku sambil mempersilahkan masuk."Aku datang mau bertemu Tante dan Om," jawab Sandy."Ada apa?" tanya Bang Parlin."Jangan terkejut ya, Om, Tante, kata Sandy serata mengeluarkan laptopnya,""Ada apa sih, Sandy, buat deg-degan aja," kataku."Ini, Tante, sebenarnya ini sudah dua Minggu lalu kejadiannya, tapi Uc

  • Suamiku Jadul   Jalan Berliku Menuju Sukses

    "Maju lo, kalau berani!" kataku lagi. Entah kenapa aku merasa tertantang jika bertemu orang seperti ini. Darah mudaku terasa bergolak. Satu temannya mengambil sesuatu dari mobil, satu lagi maju. Kami beradu pukulan beberapa kali, dua pukulanku membuat pria itu terpojok di dinding ruko orang. Ada yang aneh di sini, kalau di kampung ada keributan, orang-orang akan keluar rumah. Di sini, orang-orang justru menutup pintu, ruko yang di samping tadi masih terbuka pintunya kini sudah tutup.Akhirnya ada juga pengendara motor yang berhenti, akan tetapi mereka bukan membantu atau melerai, akan tetapi justru merekam. Aku makin emosi, darah mudaku makin mendidih, beberapa kali pukulanku mendarat di perut pria tersebut, akan tetapi tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul mendarat di kepalaku, aku memegang kepala, terasa dingin, ternyata darah sudah mengucur. Dua orang itu lalu pergi meninggalkanku, sebelum mereka pergi, bahuku masih sempat kena pukulan. Aku ambil HP, menghubungi Bang Bangbang,

  • Suamiku Jadul   Salsabila Dapat Hidayah?

    PoV UcokBang Bambang benar, ternyata uang kami kurang untuk bangun kamar mandi tersebut, belum selesai dananya sudah habis. Jika kamar mandi tetap yang satu itu, kamar yang baru selesai akan sulit untuk dikontrakkan. Karena kamar mandi yang lain tempat. "Begini saja, Ucok, upah saya gak usah dikasih dulu, semua uangnya belikan bahan, upahku belakanganya saja," usul dari Bang Bambang. Selama ini aku memang menggajinya harian. Kata orang gaji di kota ini dua ratus ribu perhari, segitu lah dia kugaji."Gak bisa begitu, Bang, ada hadis yang artinya, Bayarlah upah pekerja itu sebelum keringatnya kering," kataku."Wah, salut sama Kamu, Cok, masih muda tau agama dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari."Berapa lagi kira-kira butuhnya, Bang?" tanyaku pada Bang Bambang."Kira-kira lima belas jutaan lagi, Cok, baru leluasa," kata Bang Bambang.Padahal, sekali telepon ke orang tua, pasti diberikan, akan tetapi aku ingin mandiri, berdiri di atas kami sendiri, tanpa menyusahkan orang tua

  • Suamiku Jadul   Go, Go, Nia

    Hari Minggu adalah hari merdeka bagiku, sehabis salat subuh aku bisa tiduran lagi, karena Butet tidak sekolah, dia yang urus Cantik pagi hari. Bangun jam delapan pagi sudah ada sarapan yang dimasak Bang Parlin.Selesai sarapan, ada telepon dari Pak Bupati."Assalamualaikum, Bu Kades," salam bupati dari seberang sana," "Waalaikum salam,""Saya tahu, besok waktu terakhir batasan waktu ibu berpikir itu, tapi kok saya tidak sabaran ya," kata bupati itu lagi."Besok saja saya kasih kepastian, Pak,""Hari ini saja, saya undang ibu dan keluarga makan siang di Lopo Saba," kata bupati itu lagi. Lopo Saba adalah salah satu restoran yang baru buka di daerah kami, warung lesehan yang berada di pinggir sawah, menunya masakan khas Mandailing. "Baik, Pak, kami datang," jawabku."Saya berharap, jika nanti sudah ada jawaban kepastian, karena kita harus gerak cepat, kita butuh puluhan ribu tanda tangan untuk persyaratan mendaftar ke KPU," kata bapak itu lagi."Baik, Pak,""Bang, Butet!" aku berteriak

  • Suamiku Jadul   Naik Haji Atau Naik Jabatan

    Aku benar-benar khawatir sekali dengan anakku itu, dugaanku kemarin dia menelepon mau mengadu, akan tetapi tak mau menyusahkan orang tua. Aku ambil HP, coba hubungi Ucok, akan tetapi tak tersambung, HP -nya bahkan tidak aktif. Aku jadi makin khawatir, tak bisa kubayangkan anakku di tahanan polisi.Butet datang, begitu datang dia langsung ikut menonton video tersebut."Butet, Mamak mau ke Jakarta, kalian di sini duku ya?" kataku pada Butet."Cantik?""Mamak bawa,""Mamak baru sehat,""Abangmu dapat masalah, Tet,"Sementara Butet terus memperhatikan video itu."Mak, bukankah ini Annisa?" kata Butet."Nggaklah, Annisa berjilbab panjang, rambutnya gak mungkin pirang," mataku kemudian."Ini Annisa, Mak," kata Butet serata memperbesar foto screenshot."Iyakah?" "Aku yakin ini Annisa, Ayah telepon dulu Pak Ali Akhir," kata Butet.Tepat dugaanku, wanita cantik adalah kelemahan anakku ini, dia pasti sudah dirayu Annisa dan mengajaknya ke tempat hiburan malam."Assalamualaikum, Pak," terdenga

DMCA.com Protection Status