Kembaran Sang CEO

Kembaran Sang CEO

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-05
Oleh:  Fit  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
17Bab
574Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Saudara kembar Heris tiba-tiba saja ditemukan meninggal di kamarnya. Kini Heris dipaksa untuk berpura-pura menjadi CEO dari OBBY Company selama satu tahun. Sebab pihak perusahaan ingin merahasiakan kematian Haris agar tidak membuat turun harga saham. Namun rupanya Heris bukan hanya berpura-pura menjadi CEO. Ia juga harus tinggal di rumah Haris bersama istri dan anaknya. Sifatnya yang berbanding terbalik dengan Haris, seringkali membuatnya terlihat mencurigakan. Apakah Heris bisa menjalani tugasnya dengan baik tanpa ketahuan selama satu tahun dan menemukan penyebab kematian kakaknya? Ikuti kisahnya!

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

01. Sambutan Untuk Heris

Seorang pria nampak tengah serius menatap layar monitor di depannya. Bahkan saat angin yang masuk lewat jendela menerpa matanya, ia sama sekali tidak berkedip. Hingga suara ponselnya berhasil membuatnya bangun dari kursi."Sial! Ada saja yang mengganggu!"Pria bernama Heris itu langsung meraih ponselnya. Ia terdiam cukup lama memandangi nama orang yang menghubunginya. Haris.Saudara kembarnya yang lebih tua lima menit dan hidup serba mewah. Berbeda jauh dengannya yang harus berjuang mencari uang sebagai penjoki judi online. Kekerasan juga seringkali dirasakannya saat pelanggan merasa tidak puas dengan kinerjanya. Tentu berbeda jauh dari Haris yang duduk di kursi empuknya. Setelah helaan napas panjang, ia segera menjawab panggilan tersebut."Ada apa lagi?" tanya Heris sembari menyisir rambutnya ke belakang."Kamu ada di mana sekarang?"Heris mendekati papan nama yang ada di atas meja. "Entahlah, sepertinya di dalam perusahaan besar.""Kamu masih mengerjakan pekerjaan kotor itu?"Mende

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
17 Bab

01. Sambutan Untuk Heris

Seorang pria nampak tengah serius menatap layar monitor di depannya. Bahkan saat angin yang masuk lewat jendela menerpa matanya, ia sama sekali tidak berkedip. Hingga suara ponselnya berhasil membuatnya bangun dari kursi."Sial! Ada saja yang mengganggu!"Pria bernama Heris itu langsung meraih ponselnya. Ia terdiam cukup lama memandangi nama orang yang menghubunginya. Haris.Saudara kembarnya yang lebih tua lima menit dan hidup serba mewah. Berbeda jauh dengannya yang harus berjuang mencari uang sebagai penjoki judi online. Kekerasan juga seringkali dirasakannya saat pelanggan merasa tidak puas dengan kinerjanya. Tentu berbeda jauh dari Haris yang duduk di kursi empuknya. Setelah helaan napas panjang, ia segera menjawab panggilan tersebut."Ada apa lagi?" tanya Heris sembari menyisir rambutnya ke belakang."Kamu ada di mana sekarang?"Heris mendekati papan nama yang ada di atas meja. "Entahlah, sepertinya di dalam perusahaan besar.""Kamu masih mengerjakan pekerjaan kotor itu?"Mende
Baca selengkapnya

02. Bertemu Anak Dan Istri

Heris memandangi bangunan megah yang ada di depannya. Tentu saja berbeda jauh dari mansion tempat tinggalnya yang tidak terurus. Perlahan tangannya menekan bel rumah itu. Tidak perlu menunggu lama, pintu langsung terbuka. Nampak seorang wanita cantik yang langsung berlari ke arahnya dengan wajah gembira.Pasti wanita ini yang bernama AleyaHeris sedikit menoleh ke belakang. Sekilas melihat William yang masih mengawasinya dari luar pagar. Saat wanita itu menyentuh lengannya, Heris langsung mundur beberapa langkah. Kedua matanya terbuka lebar dan mulai gemetar."Ada apa, Mas? Kok kamu ketakutan begitu?"Kedua alis Heris terangkat. "Apa? Ti-tidak kok."Aleya semakin mendekati Heris dengan dahi berkerut. "Kamu sakit, Mas? Suaramu aneh."Heris menggeleng cepat, lalu bergegas menjauhkan tubuhnya. Ia mengusap keringat yang membasahi wajahnya, ia merasa kakinya semakin melemas. Penyakitnya mulai kambuh lagi. Secepat mungkin ia masuk ke dalam rumah dan meninggalkan wanita tersebut.Begitu tiba
Baca selengkapnya

03. Hubungan Penyusup Dan Brankas

Jantung Heris berdetak sangat cepat. Seluruh tubuhnya terasa gemetar saat memasuki gedung besar di depannya. William yang berdiri di sampingnya mendeham pelan."Jangan gugup," bisik pria tersebut.Heris mengangguk pelan. "Jangan menghilang dari jangkauanku ya."William mengangguk tegas. Begitu memasuki pintu utama, mereka langsung disambut oleh banyak karyawan yang berdiri membentuk barisan dan menyisakan jalan di tengahnya. Heris menarik napas panjang, lalu mulai berjalan sembari tersenyum pada semua orang yang ada di sana bagaikan seorang idol. Tiba-tiba saja sebelah tangannya dicubit oleh William. Lalu pria itu sedikit berbisik di dekat telinganya."Jangan tersenyum seperti orang bodoh. Anda mau mati?"Senyum di wajah Heris langsung sirna. Ia mendeham pelan, sebisa mungkin menahan kedua sudut bibirnya yang berkedut. Untuk pertama kalinya ia tidak tersenyum pada orang-orang yang menyambutnya dengan ramah.Ah, sial sekali. Ternyata selama ini kakakku menjalani hidup yang mengerikan.
Baca selengkapnya

04. Sosok Pencuri Brankas

Malam terasa sangat dingin, Heris menarik selimutnya lebih tinggi lagi hingga menutupi dada. Namun dahinya mulai berkerut saat rambutnya seperti diterpa angin kencang. Akhirnya ia segera membuka mata. Ia melirik ke arah jendela yang ada di dekat ranjang. Kedua matanya terbelalak saat menyadari kalau jendelanya sudah terbuka lebar."Bagaimana bisa?" gumam Heris sembari turun dari ranjangnya.Baru saja menjejakkan kakinya di lantai. Matanya langsung tertuju pada lemari yang sudah terbuka lebar. Untuk kedua kalinya ia mendapati semua pakaian sudah berserakan di lantai."Brankasnya!"Heris melangkah cepat ke arah lemari tersebut. Kedua matanya terpejam erat, lalu sebelah tangannya memukul lemari dengan kuat. Ia kehilangan satu-satunya barang yang mungkin berisi kepingan puzzle pembunuhan Haris."Papa!"Teriakan Hamdan yang begitu keras menyeruak masuk ke telinga Heris. Secepat mungkin ia berlari keluar dari kamar. Ia menuruni tangga dengan terburu-buru. Begitu tiba di bawah, ia mendapati
Baca selengkapnya

05. Aleya Diculik?!

"Sebenarnya, apa isi brankas itu ya?" gumam Heris sembari menyisir rambutnya ke belakang.William yang tengah mengemudikan mobil sedikit melirik ke arahnya. "Brankas apa?""Entahlah, ada brankas di dalam lemari Kak Haris. Tapi semalam ada orang yang mencurinya."Tiba-tiba saja William menginjak rem hingga membuat Heris tersentak ke depan. Ia membulatkan kedua matanya dengan mulut bersiap untuk mengumpat. Namun tatapan William langsung membuat semua kalimat yang sudah tersusun rapi di kepalanya itu menghilang."Saya akan merekrut dua penjaga lagi di dekat kamar Anda," ujar William.Heris langsung menggeleng. "Tidak perlu sampai sebegitunya.""Saya yang sudah memaksa Anda, jadi keselamatan Anda itu prioritas bagi saya."William langsung menepikan mobilnya dan meraih ponsel yang ada di dashboard. Ia nampak menghubungi seseorang dengan mata sesekali melirik ke arah Heris melalui spion."Apa kau luang?"Wah ... Dia menelepon tanpa menyapa, membawa pistol, dan memukul atasannya. Benar-benar
Baca selengkapnya

06. Menyelamatkan Aleya

"Tempatnya benar di sini?"Heris mengerutkan dahinya. Ia mencoba untuk terus memahami gambar yang ada di ponselnya. Namun rupanya sangat sulit, karena gambarnya hanya menampakkan kotak-kotak saja."Hei!""Apa?" sahut Heris yang seperti baru sadar dari lamunannya."Benar di sini tempatnya?"Heris mengedikkan bahunya, lalu menyodorkan ponsel itu pada William. "Bagaimana aku tau? Semua gambarnya terlihat sama!""Rupanya perbedaan Anda dengan Pak Haris ada di otaknya," gumam William."Kurang ajar."Heris dan William langsung turun dari mobil. Lalu mereka mulai menelusuri satu-satunya jalan setapak yang ada di dekat bangunan tua dengan cat setengah luntur. Begitu tiba di depan pintu besar, William langsung membuka pintu tersebut. Kemudian ia mendorong Heris masuk ke dalam ruangan tersebut dan menutup pintunya. "Hei! Apa yang kamu lakukan sialan?!" teriak Heris sembari berulang kali memukul pintu dengan keras."Anda lewat pintu utama, saya akan lewat pintu belakang," ujar William.Heris ya
Baca selengkapnya

07. Tidur Sekamar

"Pelan-pelan," ujar Heris sembari menggenggam pergelangan Aleya.Aleya terkekeh pelan, matanya sesekali melirik ke arah pria yang saat ini nampak sangat khawatir. Sementara Hamdan terus mengikuti mereka dari belakang. Saat hendak masuk naik ke tangga, Heris langsung menghentikan wanita tersebut."Kamu mau ke mana?" tanya Heris.Aleya menunjuk ke lantai dua dengan dahi berkerut. "Kamarku bukan di sana?""Kamarmu di sana," ujar Heris sembari menunjuk ke arah kamar di dekat ruang tamu.Aleya mengerutkan dahinya. "Apa gak ada kamar di atas sana?""Ada, tapi kamarku."Heris kembali menuntun Aleya menuju ke arah kamarnya. Namun wanita itu memberontak dan menarik tangannya. Raut wajahnya terlihat tidak terima."Kita 'kan suami istri, bagaimana bisa kamarnya terpisah?!" protes Aleya.Heris menggaruk tengkuknya. "Ya ... itu ....""Jangan-jangan kamu bukan suamiku ya?""Aku suami kamu, Aleya. Tanya sama dia," ujar Heris sembari menarik Hamdan ke dekatnya.Hamdan hanya tersenyum tipis, lalu meme
Baca selengkapnya

08. Morning Kiss

Heris melajukan mobilnya menembus jalan di Kota Jakarta yang sangat ramai. Berulang kali ia menekan klakson, namun tidak kunjung membuat pengendara lain menyingkir. Ia memukul kemudi diiringi decakan pelan."Kalau begini, kapan aku sampai di kantor?!"Tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Ia mendesis pelan, lalu menarik napas dan mengembuskannya secara perlahan. Setelah itu barulah ia menjawabnya."Ada apa lagi, Aleya?" katanya dengan suara lembut."Kamu lupa bawa tas kerja, Sayang."Heris mengerjapkan matanya beberapa kali. "A-apa?""Tas kerja.""Bukan, bukan itu! Kamu memanggilku apa?""Heris."Heris mengusap wajahnya dengan kasar. "Buk—ah sudahlah. Apa kamu bisa mengantar tas kerjaku?""Bisa, tapi mungkin sedikit terlambat. Soalnya aku harus mengantar Hamdan ke sekolah," sahut Aleya."Gak masalah. Hubungi aku kalau sudah mau pergi ke kantor."Setelah itu Heris mengakhiri panggilan bersamaan dengan jalan yang mulai lengang. Kini ia bisa melajukan mobilnya ke arah OBBY
Baca selengkapnya

09. Darah di Ventilasi Udara

Aku melakukan kesalahan.Heris menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Ia tidak menyangka kalau Aleya berani melakukan hal tersebut. Padahal awal bertemu, ia yakin kalau wanita itu pemalu."Apa yang sudah ku lakukan?" Heris terkekeh berulang kali, lalu ia menghantamkan dahinya ke meja. "Sial, aku malah berciuman dengan dia."Klek.Heris menoleh ke arah pintu. Nampak William yang datang dengan senyum mencurigakan di wajahnya. Pria itu perlahan mendekat ke arah meja kerja Heris. Setumpuk berkas sudah siap di tangannya."Anda pasti bersenang-senang ya? Beritanya sudah menyebar ke seluruh penjuru," ujar William.Heris menaikkan kedua alisnya. "Berita apa?""CEO OBBY Company mencium wanita asing di lobby.""Tapi dia istriku," sanggah Heris."Lebih tepatnya, istri kakak Anda."Heris mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Ia tidak bisa membantah ucapan William. Sebab memang kenyataan kalau Aleya bukan istrinya."Lalu bagaimana? Apa akan berdampak buruk?"William menggeleng pelan. "Kita hanya perl
Baca selengkapnya

10. Suara Tembakan di Telepon

Heris mengerjapkan matanya berulang kali. Pandangannya yang semula samar kini mulai semakin jelas. Dahinya mulai mengerut sembari memandangi ruangan yang nampak asing."Aku di mana?" gumamnya sembari berusaha bangun."Ma! Papa udah bangun!"Heris menoleh ke samping, nampak Hamdan yang tengah duduk sembari tersenyum lebar ke arahnya. Tidak lama, pintu ruangan itu terbuka dan menampakkan sosok Aleya. Raut wajah wanita itu dengan jelas menyiratkan rasa khawatirnya."Jangan bangun dulu, kamu harus istirahat!" ujar Aleya yang langsung memaksa tubuh Heris kembari berbaring di ranjang.Heris menautkan kedua alisnya. "Bagaimana aku bisa ada di sini?""Kamu lupa, Mas? Kamu pingsan di dalam ventilasi udara ruanganmu!" Aleya mendesis pelan, lalu memukul pelan bahu Heris. "Kamu bikin khawatir aja deh!""Kok kamu bisa tau aku pingsan di sana?" tanya Heris.Aleya langsung membekap mulut pria itu. "Gak usah banyak tanya. Kamu harus istirahat!"Heris mengerjapkan matanya berulang kali. Ia menoleh ke
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status