Share

162. Sedih

Qizha kembali ke ruangan depan. Sina masih menangis. Bayi di gendongannya hanya diam dalam keadaan melek.

“Qizha!”

Suara dari arah belakang mengejutkan Qizha. Dia menoleh dan mendapati ayahnya berdiri di ambang pintu.

Qizha menghambur mendekati ayahnya, demikian ayahnya yang juga melangkah masuk dan meraih pindak Qizha.

“Ayah akan pergi!” ucap Bily dengan tatapan berembun.

Qizha mengangguk. Tak tahu harus bersikap apa. Nyatanya ayahnya itu memang harus segera ditahan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya itu.

“Ayah yang kuat,” ucap Qizha.

“Masihkah kau mendukung dan memberi motivasi kepadaku?”

Qizha mengangguk.

“Aku bukan ayah yang baik.”

“Benar. Ayah memang bukan ayah yang baik. Ayah nggak bisa kasih contoh yang baik pula. Bahkan ayah itu nggak sayang sama aku. Tapi nggak akan ada yang mengubah status kalau ayah itu adalah ayahku. Tanpa ayah, aku juga nggak ada di dunia ini.”

Bily menunduk, menyembunyikan air matanya yang telah menetes. Dia usap air mata itu, lalu kembali
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
Sina benar-benar g' tau malu.udah sering mencelakakan qizha.tapi masih saja berharap qizha mau menerimaku dirinya tinggal dirumahnya
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Ttap waspada sm Sina,jngan tmpung Sina...
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
carikn aja sina kontrakan yg lanyak jangan bawa ke rumah, cr baby sister biar sina cr kerja sendiri lebih baik bayar baby sister dr pada nampung sina
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status