“Tidak usah, Ma. Jangan bawa aku ke kantor lagi. Aku ingin ingin istirahat saja dulu untuk beberapa waktu. Aku nggak ingin masuk kantor dulu,” ucap Qizha. ““Kenapa? Kamu marah pada mama?” Habiba mnegangkat alis.Qizha menggeleng. “Aku ingin menenangkan diri. Aku masih trauma.” “Tapi kamu tetap ingin namamu dibersihkan bukan? Kamu dihujat orang juga karena mama. Mama harus bertanggung jawab atas semua itu. Kamu pasti masih kesal sama kan?”“Kalau aku di posisi mama, mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Mama tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Semua bukti sudah menjelaskan kalau akulah pelakunya. Ibu mana yang tidak marah kalau tahu hal itu? Apa yang mama lakukan kepadaku itu belum seberapa andai benar akulah pelakunya,” ucap Qizha lagi.“Kalau begitu, besok ikut mama ke kantor ya. Mama ingin beri tahu ke semua orang kalau kamu bukan pembunuh. Kejadian kemarin hanyalah salah paham.”“Mama tidak perlu ajak Qizha ke kantor kalau dia tidak mau ikut,” sahut Qasam yan
Pagi itu, Qizha sedang sarapan bersama dengan Qasam di meja makan. Hanya berdua saja. "Kau di rumah saja kan?" tanya Qasam. "Iya. Kamu sudah ijinkan aku untuk tidak masuk kerja beberapa hari ini." Qizha tersenyum."Baiklah. Tidak masalah."Brrrt....Ponsel Qasam di dalam jasnya berdering seiring getarannya. Ada yang menelepon. Qasam mengambil hp, menatap layar. Dia kemudian bangkit berdiri, berjalan menjauh sambil menjawab telepon. Qizha menatap isi piring Qasam. Nugget masih utuh. Baru disantap sepotong saja. Ia melirik Qasam yang berlalu dan hilang dari pandangan. Apakah masoh ada rahasia antara suami istri? Mereka sudah saling menyayangi satu sama lain. Lalu masihkah Qasam menjauh darinya saat menjawab telepon begini? Apa yang dibicarakan oleh Qasam? Apakah ada pembicaraan yang tidak boleh didengar oleh istri? Memangnya hal apa yang membuat suami harus menjaga privasi dari istri? Qizha bertanya- tanya. Pikirannya dipenuhi oleh beragam dugaan setelah Hasan kemarin sempat men
"Kalau jaman saya dulu, suami istri itu terbuka. Tidak ada yang ditutup- tutupi. Lah memangnya apa yang mau ditutupi, semuanya dikerjakan bersama-sama. Semuanya barengan. Rumah cuma kecil. Kemana- mana seringnya juga bersama. Beda suami istri jaman old dan jaman modern sekarang ini." Qizha akhirnya tersemyum. "Memang bener, Pak. Suami istri jaman sekarang tuh kebanyakan bersosialisasi dengan banyak hal. Coba deh kalau sehari-, hatinya beraktifitas berduaan terus, pasti nggak akan ada masalah seperti yang bapak bilang.""He heee.... Eh, mobilnya berhenti, Mbak.""Kita berhenti juga." Supir mematuhi. Mobil mereka berhenti di jarak sekitar sepuluh meter.Tampak Qasam turun dari mobil. Pria itu membeli kue, lalu kembali masuk ke mobil. Tak lama, mobil Qasam kembali melaju. Taksi pun mengikuti.Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya Qasam membelokkan mobil menuju ke apartemen. Qizha mengawasi dari jarak agak jauh. Qasam menuruni mobil, dia menghampiri satpam, m
Qizha penasaran, apakah benar Qansha masih hidup? Tapi untuk apa Qasam menyembunyikan hal ini? Untuk apa dia membohongi semua orang? Bahwa sebenarnya Qansha tidak meninggal pasca menenggak racun. Atau apa yang sebenarnya telah terjadi? Sebenarnya Qizha juga tak mau diam- diam menyelidiki hal ini, rasanya menajdi seperti istri yang tak memiliki kepercayaan pada suami. Namun rasa penasaran telah menggerakkan hatinya menuju ke sana. Semua ini gara- gara Hasan. Dia telah mengubah isi pikiran Qizha. Tapi mau bagaimana lagi?"Di sini, Mbak?" tanya supir menghentikan mobil di alamat yang dituju. "Ya, Pak." Qizha mengedarkan pandangan ke sekitar. Melihat area mewah yang tercipta di sekitar perumahan komplek itu. Tatanan perumahannya sangat eksotik. Bagus sekali. Mayoritas adalah perumahan elit. Ada anak- anak berlarian di sekitar halaman perumahan. Ada pula taman bermain, serta lapangan badminton yang tersedia di sana. Beberapa orang wanita berpenampilan elegan menunggu anak- anaknya yang
“Jika hanya melihat mereka tinggal serumah berdua, bukan lantas mereka adalah suami istri,” imbuh Qizha mendesak penjelasan para ibu- ibu."Bukan, Mbak. Perempuan itu istrinya kk. Soalnya si lelaki pernah bilang begitu. Waktu ditanya tinggal sama siapa, dia jawab sama istrinya. Mana mungkin bohong sih. Masak adik sendiri diakui sebagai istri?" sahut ibu berhijab ungu. "Arau itu simpanannya? Barang kali dia punya istri sah, makanya perempuan itu disembunyikan. Nggak boleh keluar rumah."Perasaan Qizha makin tak karuan. Benarkah perempuan itu adalah sinpanannya Qasam? Atau maksudnya adalah istri lainnya Qasam? Mungkinkah Hasan mengatakan kalau wanita itu adalah Qansha supaya Qizha bersedia menyelidikinya? Bahwa sebenarnya Qasam tidak menyembunyikan Qizha, tapi menyembunyikan perempuan lain selain Qizha. Sebab jika Hasan mengatakan kalau Qasam memiliki perempuan simpanan, pasti Qizha tak akan percaya dan lebih memilih tak mau mendengarkan perkataan Hasan. Rupanya Hasan hanya memberi clu
Tunggu dulu, mengenai Hasan, Qizha pun tak bisa sepenuhnya mempercayai perkataannya, sebab Hasan memiliki dendam tersendiri pada Qasam. Bisa saja Hasan hanya bermaksud ingin menjatuhkan Qasam dengan cara ini. Tapi, tetap saja Qizha harus menyelidiki, sebab dia sudah menemukan clue dari rahasia yang disembunyikan Qasam. Para ibu ibu komplek mengatakan bahwa Qasam memang selalu keluar masuk di perumahan yang alamatnya disebutkan oleh Hasan. Ada sosok perempuan di rumah itu. Siapa dia? Qasam mengakui perempuan itu adalah istrinya. Ah, sakit sekali setiap mengingat hal itu."Hei, aku menanyaimu, kenapa diam saja?" Qasam menjentikkan jarinya ke depan wajah Qizha.Qizha tergagap. Menanyai? Jadi sejak tadi Qasam menanyai Qizha? Qizha melamun saja sejak tadi sampai tak tahu apa yang dikatakan suaminya. "Kamu ngomong apa, Mas?" "Apa kau tadi di rumah saja?"Waduh, Qizha harus jawab apa? Kalau bohong, takut ketahuan. Tapi dia ijin tidak kerja karena ingin istirahat. Lalu kalau ia malah ke
Namun, pikiran Qizha kembali goyah. Kalau bukan sekarang, kapan lagi Qizha menyelidiki isi hp Qasam? Qasam tentu sering menghubungi perempuan itu dari hp. Rasa penasaran memaksa Qizha kembali meraih hp Qasam. Mumpung Qasam sedang lelap, Qizha harus bisa memanfaatkan waktu.Qizha menggerak-geakkan tangan di atas mata Qasam. Pria itu diam saja alias tidak terganggu, artinya Qasam pulas sekali.Qizha memulai dengan menggeser layar.Ah, pakai pola. Apa polanya? Qizha tentu tak bisa membuka hp itu tanpa mengetahui polanya. Kecewa, Qizha meletakkan hp kembali ke meja. Namun, Qizha terkejut saat pergelangan tangannya dipegang oleh Qasam.“Haha?” Qizha menoleh dan menatap Qasam sudah dalam keadaan melek, kepala pria itu sedikit terangkat, menatap Qizha lekat.Mata yang tadi terpejam itu sedikit pun tak kelihatan memerah. Biasanya, orang yang baru saja bangun tidur pasti matanya memerah. Tapi dia tidak. Apakah ini artinya Qasam tidak tidur tadi?Mereka bertukar pandang.Qizha m
“Kehidupanku denganmu berbeda, Qizha. Kau memiliki sedikit sosialisasi dan sedikit pula masalah hidup. Sedangkan aku memiliki interaksi sosial yang jangkauannya sangat luas dan kompleks. Lalu, apakah kompleks permasalahanku yang sebanyak itu seharusnya kau ketahui semuanya?” tanya Qasam. “Ya, aku tahu kamu memiliki komplek masalah yang jauh lebih banyak dariku. Dan aku juga nggak akan mungkin memasuki semua masalahmu.”“Okey, kalau begitu jangan menuntut padaku supaya semua kehidupanku perlu kamu ketahui.”“Setidaknya masalah penting dan masalah besar yang berkaitan denganku, maka aku juga perlu mengetahuinya,” ucap Qizha.“Jangan memancing emosiku, Qizha.”Oke, lupakan persoalan Hasan yang bilang kalau Qansha masih hidup. Lidah Hasan memang tidak bisa dipercaya. Tapi setidaknya Hasan memberikan informasi berkaitan dnegan Qasam mengenai alamat rumah yang disebutkan. Ingatan Qizha melayang pada pengakuan ibu- ibu komplek perumahan elit yang mengaku kalau Qasam sering mendatan