Suami Hilang, Dapat Jodoh Dadakan

Suami Hilang, Dapat Jodoh Dadakan

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-26
Oleh:  Edka22   Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
126Bab
8.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Nada berniat untuk mencari suaminya di ibukota. Namun, ia justru harus bertemu dengan dua saudara Akbar dan Ilham, yang sama-sama menyukainya. kakak beradik itupun bersaing untuk mendapatkan Nada. Fakta lain justru terungkap, jika sebenarnya mereka ( Akbar dan Ilham) tahu jika suami Nada adalah korban kecelakaan kerja di gedung yang tengah mereka bangun. Nada marah, ia pun memutuskan untuk pergi. Dua tahun kemudian Nada bertemu lagi dengan Akbar. Dipertemuan itu Akbar langsung melamar Nada. Akankah Nada menerima lamaran Akbar? Sedangkan usia mereka terpaut delapan tahun lebih tua Nada? Atau justru Nada menolak?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

HINAAN DAN PERTENGKARAN

“Nada! Sini kamu!”Dari dekat pagar rumah Nada ada seorang wanita berteriak memanggil namanya. Nada tahu siapa wanita itu, dia adalah orang yang sering menghina keluarganya. Nada menyuruh Nazril masuk, Nada tahu apa yang akan terjadi dan dia tak ingin sampai Nazril mendengarnya. Nada mendekat ke arah tamu yang tak sopan bertarik di depan rumahnya itu.“Assalamu’alaikum, Bu Nia. Ada ap....”“Jangan banyak basa-basi!” ketus Nia menyela perkataan Nada.“Astagfirullah, Bu. Saya tadi ucap salam, lo. Ibu Nia lupa atau gimana, hukum menjawab salamkan wajib. Jadi....”Lagi-lagi perkataan Nada disela oleh Nia.“Jangan ceramah! Sekarang bukan waktunya ceramah. Kalau mau ceramah sana di masjid!” ketus Nia dan Nada hanya beristighfar dan menggelengkan kepala merasa lucu sendiri dengan tingkah tetangganya ini.“Saya bukan ceramah, saya hanya sekadar mengingatkan saja. Kalau menjawab....”“Alah banyak omong, ya!” Nada membuang napas kasar. Percuma, rasanya percuma berbicara baik-baik pada orang y

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
126 Bab

HINAAN DAN PERTENGKARAN

“Nada! Sini kamu!”Dari dekat pagar rumah Nada ada seorang wanita berteriak memanggil namanya. Nada tahu siapa wanita itu, dia adalah orang yang sering menghina keluarganya. Nada menyuruh Nazril masuk, Nada tahu apa yang akan terjadi dan dia tak ingin sampai Nazril mendengarnya. Nada mendekat ke arah tamu yang tak sopan bertarik di depan rumahnya itu.“Assalamu’alaikum, Bu Nia. Ada ap....”“Jangan banyak basa-basi!” ketus Nia menyela perkataan Nada.“Astagfirullah, Bu. Saya tadi ucap salam, lo. Ibu Nia lupa atau gimana, hukum menjawab salamkan wajib. Jadi....”Lagi-lagi perkataan Nada disela oleh Nia.“Jangan ceramah! Sekarang bukan waktunya ceramah. Kalau mau ceramah sana di masjid!” ketus Nia dan Nada hanya beristighfar dan menggelengkan kepala merasa lucu sendiri dengan tingkah tetangganya ini.“Saya bukan ceramah, saya hanya sekadar mengingatkan saja. Kalau menjawab....”“Alah banyak omong, ya!” Nada membuang napas kasar. Percuma, rasanya percuma berbicara baik-baik pada orang y
Baca selengkapnya

CARILAH KEBAHAGIAANMU

Setelah pertengkaran dirinya dengan Ningsih. Membuat Nada yakin untuk mencari Aziz. Ia pun sebenernya ingin tahu alasan Aziz meninggalkan ia dan anaknya bertahun-tahun tanpa sedikitpun memberikan kabar.Yang membuat hatinya semakin ngilu, ketika ia mendapatkan dan melihat anaknya harus jadi bahan rundungan karena tidak memiliki seorang Ayah. Bukan hanya itu saja, tak jarang dirinya selalu dimaki-maki orang. Dituduh sebagai wanita pembawa sial dan janda gatel suka menggoda suami orang.Astaghfirullah.Hanya satu kata itu yang sering ia ucapkan. Dia merasa tidak pernah menggoda suami orang. Yang ada justru dirinya yang selalu dan selalu saja diganggu. Saat ini, Nada tengah duduk melamun di atas kasur. Seraya memegangi dan melihat sebuah foto usang. Foto di mana ada dirinya, Aziz dan Nazril--anaknya saat berusia satu tahun.Setetes demi setetes air mata terjatuh, membasahi mata dan kedua pipinya."Mas, kenapa kamu tidak pulang-pulang? Apakah kamu tidak merindukan aku dan Nazril? Apaka
Baca selengkapnya

PRIA TAMPAN NAN MUDA

Kapal semakin menjauh dari pelabuhan. Itu tandanya semakin nyata pula jika Nada benar-benar harus meninggalkan ibunya sendiri, meninggalkan Kotabumi serta meninggalkan kenangan buruknya.Mungkin apa yang dikatakan ibunya benar. Manfaatkan waktu untuk mencari suaminya. Dengan bekal informasi seadanya Nada akan memulai melakukan pencarian keberadaan suaminya. Dan berharap ia bisa mengetahui apa yang ingin ia ketahui.Nada mengusap kepala Nazril yang saat ini tengah tertidur di pangkuannya. Sementara Nada menyenderkan kepalanya ke dinding kapal seraya tatapannya kosong jauh berkelana. Memikirkan ibunya serta suaminya yang sangat ia sayangi dan cintai. Nada tak menyangka hidupnya akan sekacau dan serumit ini. Satu ingin Nada untuk saat ini; menemukan suaminya lalu setelah itu pulang kembali ke Kotabumi, Lampung Utara. Simple.Tak terasa air matanya menetes dan hal itu menarik perhatian seseorang yang sedari tadi menatap Nada. Orang itu lalu mendekat dan duduk bersebelahan, tetapi Nada sam
Baca selengkapnya

RINDU AYAH

Setelah lima jam dalam kapal akhirnya Nada bisa menapaki kakinya di pelabuhan Merak. Kapal yang ia tumpangi harus tertahan beberapa jam sebab di pelabuhan Merak belum ada kapal yang berlayar. Hingga tidak ada tempat untuk menyandarkan kapal.Perjalanan Nada masih panjang. Perlu beberapa jam lagi untuk sampai ke Jakarta. Nada begitu kesusahan saat berjalan sebab ia tak tega membangunkan Nazril alhasil ia pun harus memangku Nazril yang terlelap.Jam menunjukkan pukul empat pagi, ia berniat untuk menunggu waktu subuh tiba setelah itu ia akan melanjutkan perjalanannya dalam pencarian sang suami. Dari jarak beberapa meter Nada melihat mesjid, ia pun bergegas ke sana dengan ringkih. Sampai di mesjid Nada segera menidurkan Nazril dipaling pojok mesjid. Sementara dirinya hendak mengambil air wudu. Air wudu menerpa wajah cantik Nada, memberikan kesegaran di tengah kegersangan hati. Di tengah gundah gulana dan di tengah keputusasaan. Setelah selesai berwudu, Nada memakai mukena yang tersedia
Baca selengkapnya

AYO KITA PERGI!

“Mbak, ayo kita pergi!” Ajakan seseorang membuat Nada langsung mendongakkan kepala. Ia kaget melihat siapa yang saat ini tengah berdiri di hadapannya. “Kamu?”“Hehe, iya, Mbak ini aku,” Akbar cengengesan.“Aku kira kamu udah pergi,” kata Nada seraya bangkit dan hendak pergi.“Aku nungguin Mbak, biar kita berangkat bareng,” terang Akbar seraya ikut berjalan mengikuti Nada.Nada menghentikan langkahnya. Lalu menoleh ke Akbar yang ada di sampingnya. “Bareng?” ulang Nada dengan nada keheranan“Aku mau ke Jakarta, kamu lebih baik lanjutin perjalanan kamu,” tolak Nada seraya kembali berjalan.“Aku pun mau ke Jakarta, Mbak. Aku memang tinggal di sana. Ke Lampung aku habis melakukan penelitian tentang gunung Krakatau,” terangnya. Tanpa mempedulikan Akbar Nada terus berjalan. Dengan mata yang tak henti mencari sesuatu, sarapan yang cocok untuk dirinya dan Nazril. Sementara Akbar masih setia mengikuti Nada dari belakang. Tanpa sepengetahuan Nada diam-diam Akbar mengikuti Nada mulai dari k
Baca selengkapnya

KE MANA SUAMINYA?

Nada dan Nazril sudah berada dalam bus menuju Jakarta. Jangan lupakan Akbar yang masih setia mengikuti Nada. Sebenarnya Nada begitu risi dengan kehadiran Akbar. Bagaimanapun mereka baru saling mengenal. Tapi, Akbar bertingkah seperti sudah lama mengenal dirinya. Seperti saat ini, karena posisi bus penuh dan kursi kosong tersisa dua kursi membuat Nada terpaksa untuk duduk bersebelahan dengan Akbar. Pria muda itu tak hentinya berkicau, membuat Nada merasakan pusing.“Mbak mau ke Jakarta mana? Mau ke rumah siapa? Atau mungkin mau kerja, ya? Kenapa aku tanya tidak dijawab terus?” keluh Akbar.Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perkataan Akbar. Tidak ada salahnya jika ia perhatian. Mungkin sebagai bentuk rasa hormat pada yang lebih tua. Namun, Nada sedang dalam keadaan tak ingin diganggu tak punya minat untuk menimpali perkataan Akbar. Sepanjang perjalanan Nada hanya melihat ke arah jendela bus. Melihat pemandangan di sisi jalan yang dilewati. Lalu sekelebat bayangan masa lalu berput
Baca selengkapnya

PEMUDA BAIK

“Suamiku....” Nada menjeda perkataannya. Ia sedang mengumpulkan kekuatan agar ia bisa menceritakannya dengan baik tanpa harus ada drama menangis.“Suami Mbak kenapa?” tanya Akbar saat Nada tak melanjutkan perkataannya.Tatapan Nada yang awalnya mengarah ke balik jendela bus. Kini berubah menjadi menatap ke arah foto yang dipegang oleh Nazril.Dengan menarik napas. Nada pun mulai menceritakan apa yang terjadi pada suaminya meski tidak keseluruhan.“Lima tahun lalu suamiku pamit, bilangnya mau kerja ke Jakarta. Awal kepergian, kami sering tukang kabar lewat telepon. Lalu dua kali mengirim surat dan setelah itu tak ada kabar lagi tentang dirinya.” Mata Nada mulai mengembun. Sekali saja berkedip pasti air matanya luruh. Namun, Nada terus mengibas-ngibaskan tangannya ke dekat mata berharap dengan cara seperti itu air matanya tidak luruh.“Lalu apa Mbak tahu di mana suami Mbak kerja? Maksud aku Jakartanya sebelah mana? Biar kita cari bersama-sama,” tutur Akbar begitu tulus.Nada membungku
Baca selengkapnya

RINDU IBU

Kini, Nada tengah ada di dalam kamar. Mengistirahatkan tubuhnya yang seharian penuh menempuh perjalanan dari Lampung ke Jakarta. Nada begitu bersyukur, sebab dipertemukan dengan orang sebaik Akbar. Awalnya ia menyangka jika Akbar hanyalah seorang pemuda yang ingin berbuat jahat padanya. Pasalnya ia terus saja mengikuti dirinya dan juga Nazril. Namun, setelah melihat keseriusan di raut wajah Akbar, Nada menepis jauh prasangka buruknya. Dia salah, seperti benar apa yang sering orang katakan don’t judge in the cover. Saat ini Nada hanya sendiri. Sebab Nazril begitu lengket dengan Akbar. Sampai-sampai tak mau lepas dan tak mau jauh darinya. Mengingat akan sikap Nazril membuat Nada berpikir jika Nazril butuh sosok ayah. Sosok yang selama ini selalu ia rindukan, sosok yang belum pernah ia temui.Sekarang, bukanlah waktunya untuk bersedih. Ia sudah ada di Jakarta, maka jalan untuk bertemu sang suami tinggal beberapa langkah lagi. Ia enggak boleh lemah, cengeng apalagi putus asa.“Ya Allah
Baca selengkapnya

PENCARIAN HARI PERTAMA

Pagi sudah menyingsing. Hari ini adalah menjadi hari pertama proses pencarian sang suami. Nada begitu bahagia, ia tak pernah lepas memamerkan lengkungan di bibirnya. Ia sudah tak sabar, ingin rasanya secepat mungkin memeluk sang suami bahkan ia berjanji dalam hatinya tidak akan pernah lagi membiarkan sang suami pergi lagi, meninggalkan dirinya dan juga Nazril.Pagi ini Nada berencana pergi ke tempat pertama di mana sang suami kerja. Tepatnya di daerah Menteng tepatnya di kelurahan Cikini. Nada memakai baju gamis warna dusty dipadu padankan dengan kerudung berwarna abu tua. Terkena cantik dan elegan. Nada sengaja tampil dari biasanya. Sebab dalam benaknya ia berpikiran bahwa hari ini ia akan bertemu dengan suaminya setelah lima tahun tak jumpa. Tak lupa Nazril pun ia pakaikan baju terbarunya. Alasan Nada satu ia tak ingin terlihat menyedihkan di depan suaminya. “Mbak udah siap?” tanya Akbar tiba-tiba.Nada langsung menoleh ke arah pintu kamar. Pintu yang sengaja ia buka. Di sana berd
Baca selengkapnya

TIDAK ADA HASIL

Pencarian jejak sang suami pun Nada hentikan. Dirinya belum siap mendengar sesuatu yang lebih menyakitkan dari ini. Sebuah kenyataan jika sang suami bisa saja menjadi korban insiden kecelakaan kerja itu.Lalu jika sudah seperti ini bagaimana dengan rasa rindunya? Apakah benar rasa rindunya ini tidak akan pernah ada ujungnya? Tidak akan ada akhirnya? Dan tidak akan pernah usai.Terlebih Nazril, bagaimana dengan dia? Nada telanjur memberikan harapan dan kini harapannya hanya jadi angan saja.Tak terasa motor yang Akbar kendarai sudah sampai di rumahnya. Dan Nada sama sekali tak menyadari. Ia terlalu larut dalam lamunannya, suara Akbar pun mengembalikan angan Nada hingga Nada menyadari jika dirinya telah sampai di rumah Akbar. Baru saja Nada hendak turun dari motor, dari arah rumah Nazril berlari dan memanggil namanya. Nada yang melihat Nazril langsung memasang wajah ceria, ia berjongkok serta merentangkan tangan meminta Nazril masuk ke dalam dekapannya.“Bunda,” teriak Nazril lalu mem
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status