Jehian menyipitkan matanya dengan ekspresi sulit di tebak, dia menanyakan balik, "Apa yang kulihat?"Susi tercengang dengan ekspresi sedikit canggung, dia pun mulai bingung.Apa Jehian tidak melihat apa pun dan hanya menebak saja?Kalau begitu, Susi tidak perlu mengaku karena itu juga terlihat seakan-akan Susi sedang mengadu.Susi mendongak dan tersenyum menjawab, "Aku baik-baik saja."Tatapan Jehian langsung menjadi sangat muram, jari tangan yang dingin sekali lagi menyentuh di wajah Susi yang bengkak kemerahan. Jehian berkata dengan nada teguran, "Bukankah kamu lumayan kuat saat menendangku? Kenapa kamu bisa ditindas oleh Rubi?""Siapa yang bilang aku ditindas?!" jawab Susi secara langsung karena mendengar Jehian sedang menghinanya.Jehian memainkan alisnya, lalu menatapnya dengan senyuman nakal berkata, "Aku tadi sudah melihatnya.""Kamu!" Susi tidak menyangka Nefan benar-benar melihat apa yang telah terjadi. Susi pun merasa canggung, bahkan ingin kabur. "Lepaskan aku! Ini bukan mas
Sebelum Susi selesai bicara, bibirnya sudah dicium oleh Jehian.Jehian menggunakan kekuatan lidahnya untuk membuka giginya secara paksa, kemudian mengisap semua aura Susi.Aura panas yang dipancarkan dari seluruh tubuh Jehian mengepung Susi seperti badai yang melahapnya! Semakin Susi melawan, maka Jehian akan semakin galak!Ciuman yang mendominasi dan penuh hasrat seperti percikan api yang menyebar di antara mereka.Awalnya Susi masih melakukan perlawanan, perlahan-lahan tubuhnya pun mulai tidak terkendali karena ciuman panas dari Jehian.Pikiran Susi menjadi sangat kacau! Entah sejak kapan dirinya digendong oleh Jehian dan ditahan di atas sofa.Susi sudah tidak sadar dan semua pakaian sudah terlepaskan.Napas yang sedikit dingin menyentuh kulitnya berhasil menyadarkan Susi.Susi langsung membuka matanya dan mendorong Jehian. "Jangan! Jangan begitu ...."Namun, bagaimana Jehian yang sudah digoda akan berhenti begitu saja?Perlawanan yang tidak membuahkan hasil apa pun membuat Susi memu
"Jehian! Hubunganku dengan suamiku sangat baik! Kamu jangan memprovokasi di depanku!" Susi mendongak untuk bertatapan dengannya dengan sangat marah, bahkan daun telinganya juga mulai memerah karena terlalu emosi."Jehian? Kenapa kamu nggak memanggilku paman lagi?" tanya Jehian sambil mendekatinya dengan tatapan yang seksi.Susi segera mengulurkan tangannya untuk menahan dada Jehian yang mendekat. "Apa kamu masih berhak menjadi seniorku?""Aku nggak tertarik menjadi seniormu, aku lebih tertarik menjadi pasanganmu," ujar Jehian dengan tatapan yang panas."Kamu!" Susi sangat terkejut hingga melototinya.Jehian terus menatapnya, lalu berkata dengan nada sindiran, "Bukankah kamu bilang hubunganmu dengan suamimu sangat baik? Mari kulihat sebaik apa hubungan kalian."Setelah mengatakannya, Jehian langsung pergi tanpa menoleh lagi.Susi melihat bayangan belakangnya dengan kebingungan. Dia terus memikirkan kata-kata Jehian, "Mari kulihat sebaik apa hubungan kalian."Susi merasa ada maksud lain
Suasana di ruang kantor kembali menjadi sangat hening.Susi terdiam di tempat, dia butuh waktu yang lama untuk menyadarkan dirinya."Oke, aku sudah mengerti. Kamu keluar saja dulu, aku ingin menenangkan diriku," ujar Susi sambil memijat kening dan melambaikan tangannya.Vincent meliriknya dengan prihatin, dia bahkan terus menoleh ke belakang ketika berjalan keluar.Susi tersenyum padanya dan berlagak santai berkata, "Tenanglah, aku baik-baik saja. Ini sudah bukan pertama kalinya."Vincent pun benar-benar lega setelah mendengar kata-kata Susi, lalu dia meninggalkan kantornya Susi.Vincent pun benar-benar lega setelah mendengar kata-kata Susi, lalu dia meninggalkan kantornya Susi.Susi mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi Billy.Respons dari panggilan itu adalah suara mesin wanita yang mengatakan kalau ponselnya sudah dinonaktifkan.Susi marah hingga tidak bisa mengendalikan dirinya, dia bahkan langsung melemparkan gelas kaca di meja kerja."Klang!" Suara pecah yang nyaring disert
"Susi, ini adalah ikan asam manis favoritmu." Gerby mengambilkan makanan untuknya, dia menyadari kalau Susi tidak makan sama sekali, bahkan terlihat melamun. Gerby langsung memanggilnya, "Susi! Susi!""Hmmm?" Susi baru sadar kembali. Saat melihat ke arah sana, Nefan sudah tidak ada di sana lagi."Apa yang terjadi padamu? Apa yang sedang kamu lihat? Kenapa kamu tiba-tiba diam? Kamu sangat aneh, deh." Gerby melihat ke arah pandangannya Susi, tapi Gerby menjadi bingung ketika dia tidak melihat apa pun.Susi menggelengkan kepala dengan rasa bersalah, "Nggak, tadi aku sepertinya melihat kenalanku. Mungkin aku salah lihat.""Cepat makan kalau memang salah kenal orang. Makanlah selagi hangat, kamu jangan pikir terlalu banyak." Gerby lanjut memberikan makanan kepadanya. Dia bahkan mengalihkan topik dan mencari topik yang menyenangkan karena khawatir Susi masih memikirkan masalah foto itu.Mereka berdua makan sambil bicara selama satu jam lebih.Setelah selesai makan, Gerby pergi ke kamar mandi
Melihat Susi begitu bersikeras, kasir itu terpaksa menggunakan uang Nefan untuk membayar makanan mereka sendiri, kemudian menerima uang dari Susi.Setelah selesai membayar, saat Susi membalikkan badannya, entah sejak kapan Nefan sudah berdiri di belakangnya.Melihat Nefan yang tinggi berdiri di depannya, bahkan memancarkan aura yang menakutkan. Dia hanya menutup mulutnya dengan rapat tanpa mengatakan apa pun.Susi hanya meliriknya sekilas, dia pun langsung pergi karena tidak ingin berbicara lama-lama dengannya.Siapa sangka Nefan tidak membiarkan Susi pergi begitu saja? Saat Susi melewati sampingnya dan menganggapnya seperti orang asing, Nefan tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya.Kehangatan Nefan melekat di pergelangan Susi. Susi langsung mengernyit dan melepaskan tangannya.Nefan tidak lanjut menahannya di tempat umum, tapi wajahnya yang tampan itu terlihat sangat menakutkan.Ketika Susi hendak pergi, Nefan berkata dengan nada yang seksi, "Apa perlu begitu?"Susi tidak jelas m
Sekarang mereka sudah menikah dan memiliki keluarga masing-masing, maka utang Susi terhadapnya mungkin sudah tidak bisa dilunasi di kehidupan kali ini.Itulah sebabnya Susi tidak ingin berutang terlalu banyak padanya.Malam hari di sebuah ruang VIP klub hiburan elite.Tiga pria dengan pakaian cerah duduk di sofa sambil minum sebotol alkohol impor senilai ratusan juta.Pintu ruang VIP terbuka, seorang pria dengan kaus warna merah muda berjalan masuk bersama beberapa wanita cantik dengan pakaian yang indah.Pria berkaus merah muda sepertinya sangat akrab dengan ketiga pria itu. Barusan buka pintu, dia langsung menyapa dan duduk di samping mereka.Keempat pria ini adalah "Empat Tuan Muda Kota Samator". Pria berkaus merah muda yang terakhir masuk adalah Henry Liodra, pemilik klub elite yang menghabiskan puluh miliaran dalam membangunnya. Pria yang duduk di tengah adalah William Tupang pewaris hotel bintang lima di Kota Samator. Di sampingnya adalah Dhanin Kosasi, anak dari seorang pejabat
Ruang VIP yang luas dalam seketika menjadi hening, bahkan penyanyinya juga berhenti menyanyi."Eh, Pak Nefan, ada apa denganmu? Untuk apa mengamuk? Kalau nggak suka, aku panggilkan yang lain untukmu. Tempatku punya wanita dewasa, kakak yang lebih tua, perempuan yang lebih muda, bahkan ada wanita berseragam. Kita boleh memanggil lebih banyak kemari."Orang yang berbicara adalah Dhanin, di sisi kanan dan kirinya ada dua wanita, satu menuangkan minuman untuknya, satu lagi merangkul lehernya sambil menciumnya. Dhanin sangat menikmati momen seperti ini, jadi dia sangat tidak paham alasan Nefan tiba-tiba mengamuk.Henry segera menepuk tangan, ruang VIP pun dengan cepat muncul empat wanita cantik dengan tipe berbeda.Nefan tetap saja mengernyit, bahkan menunjukkan tatapan yang tidak sabar. Dia merasakan kejijikan terhadap wanita-wanita seperti ini.Pikiran Nefan tiba-tiba muncul bayangan Susi.Teringat dulu dirinya bertamasya dengan Susi, angin sepoi-sepoi yang meniup rambutnya, Susi bahkan m