Share

217. REILA #2

Sayangnya, itu bukan akhir dari citra panjang ini.

Sebenarnya aku ingin mengumpat. Kupikir ketika aku menangis menyadari keberadaannya, citra menyesakkan ini juga berakhir. Namun, ternyata, kebangkitan dirinya dalam kepalaku hanya sebagai ajang terbukanya gerbang citra baru.

Yang kulihat pertama: hutan belantara.

Atau lebih tepatnya: sungai, dan mataku melihat bahwa aku baru terjatuh, lalu keningku akan menanduk bebatuan. Sedetik terasa berlangsung dalam sekejap. Kepalaku menumbuk bebatuan, aku terjatuh di atas aliran sungai, dan pandanganku kabur. Keringatku mengucur deras. Kakiku sakit, seperti tubuhku sehabis berlari jauh, menolak untuk bergerak lagi. Rasanya ada bagian diriku yang marah.

Dan aku mendengar diriku sendiri bergumam:

“Persetan.”

Ingatan itu kembali ke kepalaku: mimpi pertamaku tentang Reila.

Dan kusadari keadaan Reila saat itu begitu kacau. Reila berusaha bangkit, tetapi kakinya sendiri pincang. Aku tahu d

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status