Share

220. REILA #5

“Dasar pembohong,” kata Profesor Merla.

“Bibi pikir aku bisa terus bohong?”

“Menyiksa diri memang tidak ada salahnya. Sejauh yang kutahu, kakakmu itu cerdas, dan itu tidak berubah setelah sepuluh tahun. Kita tunggu saja.”

Mereka di Lembah Palapa, tempat yang kuingat adalah rumah lama kami. Rumah itu masih berdiri, tidak rusak sedikit pun, seolah selama bertahun-tahun tak pernah ada sesuatu yang membuat rumah itu roboh. Rumah itu berjarak tidak jauh dari gang kecil tempatku hilang, jadi Reila sempat melewati gang kecil itu—yang tampaknya mengingatkannya akan momen ketika dia bersembunyi di belakang bak sampah raksasa super bau. Kini, bak sampah itu sudah hilang, dan gang kecil sudah lebih terang. Tidak ada yang kelihatan kotor. Gang kecil itu lebih terawat. Tak ada lagi rumah makan ikan bakar, tergantikan oleh restoran lokal.

Di rumah kami, Reila membereskan segalanya, menurunkan semua bingkai yang berisi foto-foto

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status