Share

228. ROH #3

Pembicaraan dihentikan atas permintaan Reila.

Metode menghiburnya kali ini cukup unik. Awalnya aku hanya ingin duduk di dekat batu nisan Aza, tetapi kemudian Reila melarang itu karena aku sudah duduk lama sekali. Jadi, dia menarikku, lalu kami duduk di dekat pancuran air, dan Reila berkata, “Berhentilah bersedih. Aku tidak mau kau jadi Raja Arwah.”

Humorku sepertinya sudah jongkok sampai bisa tertawa mendengar itu.

“Tapi sebenarnya ada yang ingin kutanyakan. Ng, soal arwah,” katanya.

“Apa?”

“Bagaimana dengan... Ibu? Ayah?”

Aku terdiam, tidak bisa menjawab. Ingatanku langsung memproses ucapan Bibi tentang aturan yang tidak boleh mengonfirmasi keberadaan pada pihak yang belum tahu. Aku tidak pernah bertemu atau bahkan merasakan eksistensi samar Ibu lagi sejak mengunjunginya bersama Tara. Namun, kalau Ayah—

“Kau sering ke makam Ibu?” tanyaku.

“Setiap saat.&rdq

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status