Share

Bab 2

Zayden bertanya dengan suara rendah, "Apakah kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?"

"Tentu saja," jawab Madeline.

Zayden pun tidak lagi ragu.

Karena wanita ini tahu, maka dia memang melakukannya dengan sengaja.

Jika demikian, sepertinya tidak ada salahnya Zayden menunjukkan konsekuensi dari kesalahan yang Madeline perbuat sendiri.

Sebenarnya Madeline sangat tidak rela.

Namun begitu dia mengingat desain yang dia temukan dari buku favorit mendiang ayahnya pagi ini, Madeline pun menggertakkan gigi sambil menyemangati dirinya.

Ayahnya meninggal secara tidak adil.

Dan hanya Madeline yang bisa membalas dendam untuk ayahnya.

Kelelahan menghiasi wajah Madeline pada pukul tiga dini hari.

Zayden setengah berbaring di ranjang, kemudian dia menyalakan sebatang rokok.

Madeline menoleh, melihat sisi wajah Zayden yang tak bercela.

Pria ini merupakan idola dari mayoritas kaum hawa di Kota Bjorn sebab dia memiliki seraut wajah yang lebih tampan dari artis populer.

Dulu Madeline tidak pernah benar-benar meneliti Zayden. Dia membenci pria ini karena Zayden adalah calon suami Chiara.

Namun sekarang dilihat-lihat, wajah Zayden memang menarik.

Madeline yang mencium asap rokok pun terbatuk.

Zayden sontak mematikan rokoknya, kemudian melihat Madeline.

Ternyata wanita ini masih perawan ....

"Bukankah kamu punya pacar?"

Madeline menjawab dengan acuh tak acuh, "Pernah ada, dulu, tapi sudah direbut orang."

Benar, direbut. Direbut oleh Chiara, wanita sok suci itu.

Sejak hidup Madeline terlibat dengan Keluarga Clover, Chiara menganggap Madeline sebagai musuh.

Chiara merebut semua yang Madeline miliki.

Madeline juga sudah tidak heran dengan hal tersebut.

Tatapan Zayden melembut. "Katakan saja apa yang sebenarnya kamu inginkan."

Sudut bibir Madeline terangkat. "Aku benar-benar boleh mengatakannya?"

"Bukankah itu tujuanmu?"

Madeline menusuk-nusuk dada Zayden. "Aku mau kamu ...."

Zayden menyeringai. "Gampang."

Saat Zayden hendak melakukan sesuatu, Madeline melanjutkan kata-katanya. "...nikahi aku."

Zayden menatap wanita yang ada di dalam pelukannya itu. Madeline tidak seperti sedang bercanda.

"Kamu sedang mencoba merebut pria dari Chiara? Apakah kamu nggak takut dihujat?"

"Bagaimana pandangan orang lain terhadapku bukan urusanku."

"Apa alasannya?"

"Alasan apa?"

"Alasan kamu ingin aku menikahimu."

"Alasannya ya ...." Madeline tersenyum santai. "Kamu tahu ibuku menikah lagi dengan ayahnya Chiara dan anggota Keluarga Clover nggak menyukaiku. Karena keberadaanku ini menyebalkan, bukankah sudah seharusnya orang yang menyebalkan melakukan hal yang menyebalkan? Dengan menikahimu, aku baru nggak sia-sia sudah dibenci."

"Jadi kamu ingin aku dihujat bersamamu? Aku ini seorang pebisnis, tawaranmu bukan transaksi yang setimpal."

"Tapi, sekarang kamu nggak punya pilihan lain."

Zayden menyeringai sambil menatap Madeline dengan tenang. "Tampaknya kamu masih punya persiapan lain."

Madeline mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi santai. "Aku sedang dalam masa subur dan tadi kamu mengeluarkannya di dalam. Kalau sel telurnya berhasil dibuahi ...."

Zayden mencibir. Ternyata ada orang yang berani mengancamnya di dunia ini. Huh, sangat menarik.

"Kamu berpikir kalau kamu bisa mengancamku dengan kehamilan? Kamu terlalu naif, Madeline."

"Aku tahu kalau kehamilanku saja nggak cukup untuk membuatmu kompromi, jadi aku sudah mencari tahu. Paman dan kakak sepupumu mengincar Grup Sinclair. Selama ini, mereka sedang memperebutkan proyek Jembatan Sterling. Kalau aku bisa membantumu mendapatkan proyek itu lebih dulu, bukankah 'lalat-lalat' menyebalkan itu akan kesal setengah mati?"

Zayden meneliti wanita muda ini.

Timnya si tua bangka Rowan Linwood saja gagal mendapatkan proyek itu setelah menghabiskan waktu selama dua puluh hari, tetapi Madeline berani berkoar bisa mendapatkannya?

Huh, ini makin menarik saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status