Share

Bab 6

Madeline menghampiri mereka, lalu menyapa Chiara sambil tersenyum. "Kak, kenapa kamu bisa di sini?"

Chiara menautkan alisnya. "Keberadaanku di sini nggak aneh, justru kamu yang kenapa ada di sini."

"Benar juga, Kakak itu dermawan terkenal. Di mana membutuhkan dana, di situlah kamu berada."

Chiara mengangkat alisnya dengan puas. "Kamu belum menjawab kenapa kamu ada di sini. Apakah kamu datang karena tahu Ezra, pacarmu, juga akan kemari?"

Begitu mendengar kata "pacar", alis Zayden spontan terangkat ketika dia menatap Madeline.

Madeline hanya tersenyum simpul. "Kak, ingatanku yang bermasalah atau ingatanmu? Bukankah Ezra sudah berselingkuh denganmu ketika dia masih berpacaran denganku empat tahun yang lalu?"

Chiara tertawa renyah. "Maddie, jangan bicara sembarangan. Setelah Ezra berpacaran denganmu, dia memang pernah mengejarku, tapi aku bukanlah wanita nggak berkelas yang akan merebut pacar saudaraku. Aku sudah memberitahunya kalau kami nggak mungkin bersama. Lagi pula, Ezra sama sekali bukan tipe yang aku suka. Orang yang aku suka adalah orang yang ada di depanku."

Sambil mengucapkan kalimat terakhir, Chiara memeluk lengan Zayden.

Madeline menatap Chiara. Wanita itu ingin mengelak karena tidak ada bukti konkret dari hubungan tersebut?

Chiara benar-benar menyebalkan, tapi tidak masalah.

"Ternyata begitu. Empat tahun lalu, demi mendapatkan aku kembali, Ezra mengirimkan aku sebuah video untuk membuktikan kalau kamulah yang merayunya. Katanya, video itu bisa membuktikan kamu yang pergi dulu ke kamar yang kalian pesan, kemudian kamu mengundangnya."

Jantung Chiara menegang. Dia berpura-pura tenang sambil berkata, "Ezra benar-benar menjijikkan. Aku merayunya? Dia pasti mengedit video itu untuk memfitnahku."

"Nggak apa-apa, Kak. Video itu bisa diperiksa keasliannya. Kalau Ezra terbukti memalsukannya untuk memfitnahmu, kamu bisa menuntutnya."

Chiara memandang Madeline, tatapannya menajam. Dia ingin memperingatkan Madeline untuk diam.

Sayangnya, Madeline bukan lagi orang bodoh yang bersabar demi kebahagiaan ibunya di Kediaman Clover.

Madeline membalas dengan nada datar, "Saat itu aku merasa jijik dengan video itu, jadi aku nggak menontonnya. Karena kamu sudah bilang begitu, maka aku harus menonton videonya. Oh ya, bagaimana kalau aku bagikan videonya dengan kamu dan Kak Zayden agar kalian cek sendiri keasliannya. Jujur saja, aku juga ingin pria bajingan itu mendapat karmanya."

Jantung Chiara mencelos. Bila Zayden melihat video seperti itu, tamatlah riwayat Chiara.

"Sudahlah, jangan bahas omong kosong lagi. Untuk apa kamu ada di sini?"

"Apakah calon kakak iparku ini nggak memberitahumu? Kami datang bersama untuk mengurus sesuatu." Kemudian Madeline menoleh Zayden. "Kak Zayden, urusannya sudah beres, tapi kita harus segera pulang untuk mengurus kontraknya."

Zayden tampak sedikit terkejut. Sudah beres?

"Boleh."

Chiara segera menimpali, "Zayden, aku ingin ikut."

Sebelum Madeline mengatakan sesuatu, Zayden sudah berujar dengan nada dingin, "Aku nggak suka diganggu ketika bekerja."

Chiara hanya bisa diam dan berdiri di tempat semula.

Dia melihat Zayden dan Madeline berjalan menuju pintu keluar bersama.

Dari jarak yang masih dapat terdengar oleh Chiara, Madeline sengaja mengait lengan Zayden, lalu dia berkata, "Kak Zayden, aku bertengkar dengan ibuku, kemudian angkat kaki dari rumah. Selama beberapa hari ini, aku nggak punya tempat tinggal. Bagaimana kalau kamu menampungku?"

Suara mereka perlahan menjauh sehingga Chiara tidak mendengar jawaban Zayden.

Chiara merasa gelisah, marah dan tidak terima, dia panik layaknya cacing kepanasan.

"Tunggu saja, Madeline. Aku nggak akan mengampunimu."

Setelah keluar dari hotel, Madeline masuk ke dalam mobil Zayden.

Setelah berkendara kurang dari dua kilometer, Madeline melihat sebuah restoran kecil masih buka di pinggir jalan.

Dia segera berkata, "Pak, tolong hentikan mobilnya di pinggir jalan."

Sopir memenuhi permintaan Madeline. Setelah mobil berhenti, Madeline menoleh ke arah Zayden sambil berujar, "Tuan Muda Zayden, hari ini sampai di sini. Besok jam kerja, aku akan pergi ke perusahaanmu untuk membahas kontrak proyek Sterling."

Zayden memandang Madeline. "Apakah kamu sedang memerintahku?"

"Tentu saja bukan, aku hanya merasa kalau sekarang sudah malam."

"Tadi siapa yang memintaku untuk menampungnya selama beberapa hari?"

"Kamu nggak jawab, jadi aku pikir kamu menolak. Sekarang aku sudah tahu harus tinggal di mana."

Zayden mencondongkan wajahnya yang penuh dengan seringaian. "Tinggal di rumahku."

"Tapi aku sudah punya tempat tinggal."

"Madeline, apakah kamu pikir aku begitu mudah dipermainkan? Bicara sembarangan ketika memanfaatkanku, menendangku ketika sudah nggak butuh."

Zayden mencengkeram pergelangan tangan Madeline, lalu menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Setelah itu, Zayden berbisik di telinga Madeline, "Aku masih menunggu performamu di atas ranjang malam ini."

Madeline tampak malu. "Malam ini nggak bisa."

"Bisa atau nggak, bukan kamu tentukan. Proyek Sterling sudah selesai dibahas, maka kamu adalah milikku. Untuk menjadi wanitaku, kamu harus menjalankan kewajibanmu, paham?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status