Pagi-pagi sekali, Zayden dan Audrey pergi ke kuil bersama.Karena kuil berada di tengah gunung dan kabut putih mengelilingi lereng gunung di pagi hari, berada di tempat ini membuat orang merasa rileks dan bahagia.Madeline memapah Audrey sembari berkata, "Nenek, sepertinya aku tahu kenapa kuil dibangun di atas gunung."Audrey memandang Madeline sambil tersenyum. "Kenapa?""Lihat, lingkungan ini seperti surga. Dapat dengan mudah membuat orang tenang. Bahkan orang dengan keinginan terdalam pun akan memiliki pikiran untuk melarikan diri dari kota ketika mereka datang ke sini."Zayden menimpali, "Mereka yang memiliki keinginan jahat dikirim ke surga pun tetap jahat. Nggak hubungannya dengan lingkungan."Nenek menggelengkan kepalanya. "Zephyr, nggak bisa bilang begitu juga. Hanya bisa dibilang hati orang yang telah terkontaminasi sulit untuk diubah. Tapi ketika orang baru dilahirkan, sebenarnya semuanya sama. Sederhana, polos, penuh dengan rasa ingin tahu terhadap dunia. Lingkunganlah yang
"Sekarang, aku cukup takut mati. Namanya juga pasangan, berarti akan saling menemani sampai tua. Aku takut kakekmu meninggalkanku sendirian, tapi aku juga takut aku akan meninggalkannya. Jadi, begitu tua, aku baru mengerti. Lebih baik meninggal pada tanggal, bulan dan tahun yang sama daripada lahir pada tanggal, bulan dan tahun yang sama."Madeline memeluk lengan Audrey. "Nenek, hubungan Nenek dan Kakek sudah menjadi kisah cinta terindah di dunia. Nenek tahu, ada berapa banyak orang yang iri?""Sebenarnya hubungan semua orang sangat luar biasa. Apa yang aku alami adalah hubungan yang paling aku idamkan ketika aku masih muda, jadi ... aku benar-benar nggak rugi bersama kakekmu. Orang lain iri atau nggak, nggak penting. Aku nggak hidup sia-sia seumur hidup ini, itulah yang terpenting. Sekarang aku berharap kamu dan Zephyr juga bisa seperti kami. Kalau begitu, maka aku nggak punya penyesalan lagi."Nenek berkata sambil menepuk tangan Madeline. "Zephyr mengalami banyak hal dan menghadapi t
Ruang perjamuan itu penuh dengan kebisingan dan keramaian, tetapi sebuah sudut di sisi barat sangat sepi.Madeline Fontaine yang mengenakan gaun putih berdiri di dekat dinding. Dia memegang gelas anggur sembari memandang dua insan yang sedang dikelilingi serta disandung oleh orang-orang di tempat yang tak jauh darinya.Tatapan Madeline dipenuhi dengan penghinaan.Diciptakan untuk satu sama lain? Serasi? Pasangan yang cocok?Omong kosong.Di mata orang lain, Zayden Linwood disanjung di Kota Bjorn sekaligus CEO dari Grup Sinclair dan Chiara Clover sang penari yang hebat sekaligus putri dari pemilik Grup Clover memang cocok.Mereka memang serasi.Namun bagi Madeline, kedua orang itu hanyalah penjahat yang bersekongkol.Beberapa saat kemudian, sang pria meletakkan gelas anggur, kemudian dia meninggalkan tempat tersebut terlebih dahulu. Sedangkan si wanita menetap di tempat sambil mengobrol dengan yang lain.Melihat kondisi tersebut, Madeline pun meletakkan gelas anggurnya, lalu dia menyusu
Zayden bertanya dengan suara rendah, "Apakah kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?""Tentu saja," jawab Madeline.Zayden pun tidak lagi ragu.Karena wanita ini tahu, maka dia memang melakukannya dengan sengaja.Jika demikian, sepertinya tidak ada salahnya Zayden menunjukkan konsekuensi dari kesalahan yang Madeline perbuat sendiri.Sebenarnya Madeline sangat tidak rela.Namun begitu dia mengingat desain yang dia temukan dari buku favorit mendiang ayahnya pagi ini, Madeline pun menggertakkan gigi sambil menyemangati dirinya.Ayahnya meninggal secara tidak adil.Dan hanya Madeline yang bisa membalas dendam untuk ayahnya.Kelelahan menghiasi wajah Madeline pada pukul tiga dini hari.Zayden setengah berbaring di ranjang, kemudian dia menyalakan sebatang rokok.Madeline menoleh, melihat sisi wajah Zayden yang tak bercela.Pria ini merupakan idola dari mayoritas kaum hawa di Kota Bjorn sebab dia memiliki seraut wajah yang lebih tampan dari artis populer.Dulu Madeline tidak pernah benar-ben
"Bagaimana kalau kamu gagal melakukannya?"Tanpa berpikir, Madeline menjawab, "Kalau begitu aku akan membiarkanmu meniduriku secara percuma malam ini. Setelah itu, aku berjanji nggak akan mengganggumu lagi. Bagaimana?"Zayden menyeringai. "Oke, sepakat. Aku hanya memberimu waktu setengah bulan. Kamu tahu alasannya."Madeline tersenyum menawan.Tentu saja dia tahu. Karena setengah bulan kemudian, Zayden dan Chiara akan bertunangan.Meskipun Madeline sangat lelah, dia tetap bangun, lalu memungut pakaiannya untuk dikenakan.Zayden menarik Madeline ke dalam pelukannya. "Sudah mau pergi?""Hal yang ingin aku bahas sudah mencapai kesepakatan, jadi aku nggak punya alasan untuk tinggal lebih lama."Madeline keluar dari pelukan Zayden, lalu dia mengenakan pakaian.Zayden menatap Madeline dengan sebelah alis terangkat. Dulu dia tidak menyadari bahwa Madeline adalah wanita yang begitu menarik.Setelah Madeline berpakaian lalu tiba di dekat pintu, Zayden bertanya, "Demi membalas anggota Keluarga C
Madeline melihat ibunya sekilas, kemudian berbalik, berjalan ke luar.Chiara tiba-tiba tersadar. Dia berjalan melewati ibunya, yaitu Helen, lalu menghalangi jalan Madeline."Kamu nggak boleh pergi. Jelaskan dulu soal foto itu."Madeline mengangkat sebelah alisnya. "Apa lagi? Sama seperti apa yang kamu pikirkan dan lihat."Sesaat setelah Chiara menggertakkan giginya dengan geram, ekspresinya pun menjadi tenang. "Dasar wanita murahan yang nggak tahu malu. Dengarkan baik-baik, Tuan Muda Zayden itu milikku, kami akan segera bertunangan. Namanya juga pria, apalagi pria yang memiliki status seperti Tuan Muda Zayden. Aku bisa mengerti kalau dia bermain-main sebelum bertunangan. Bagaimanapun, hal yang aku ketahui lebih banyak darimu, tapi jangan berharap kamu bisa merebutnya dengan satu kali tidur. Seandainya kamu bisa merebutnya dariku, kamu nggak mungkin diterima oleh Keluarga Linwood. Tuan Muda Zayden bukan pria yang dangkal."Madeline tersenyum sinis. Menikahinya disebut dangkal?Dia menyi
Zayden mencium bibir Madeline tanpa memberi wanita itu kesempatan untuk berbicara.Madeline menahan kedua bahu Zayden sambil memalingkan wajahnya untuk menghindari ciuman pria itu.Zayden menyeringai. "Kenapa? Kamu nggak mau aku temani ke pesta amal itu?"Madeline membuang napas. Sebelumnya dia mengira bahwa Zayden sangat dingin karena pria itu selalu tampak serius dan tak mudah didekati.Tak disangka Zayden sama mesumnya dengan pria lain."Kita sudah mau terlambat.""Lalu kenapa?""Kalau kita nggak menghadiri pesta amal malam ini tepat waktu, rencanaku akan gagal. Gagal artinya kamu nggak akan menikahiku. Kalau begitu, aku tentu nggak punya alasan untuk mempersembahkan tubuhku kepadamu lagi, bukan?"Madeline berbicara sembari tersenyum simpul. Dia meremas kerah baju Zayden, mencondongkan kepalanya ke atas, melewati pipi Zayden, kemudian berhenti di dekat telinga pria itu sebelum berujar, "Jadi suamiku kalau kamu ingin meniduriku atau tadi malam akan menjadi malam pertama sekaligus mal
Madeline menghampiri mereka, lalu menyapa Chiara sambil tersenyum. "Kak, kenapa kamu bisa di sini?"Chiara menautkan alisnya. "Keberadaanku di sini nggak aneh, justru kamu yang kenapa ada di sini.""Benar juga, Kakak itu dermawan terkenal. Di mana membutuhkan dana, di situlah kamu berada."Chiara mengangkat alisnya dengan puas. "Kamu belum menjawab kenapa kamu ada di sini. Apakah kamu datang karena tahu Ezra, pacarmu, juga akan kemari?"Begitu mendengar kata "pacar", alis Zayden spontan terangkat ketika dia menatap Madeline.Madeline hanya tersenyum simpul. "Kak, ingatanku yang bermasalah atau ingatanmu? Bukankah Ezra sudah berselingkuh denganmu ketika dia masih berpacaran denganku empat tahun yang lalu?"Chiara tertawa renyah. "Maddie, jangan bicara sembarangan. Setelah Ezra berpacaran denganmu, dia memang pernah mengejarku, tapi aku bukanlah wanita nggak berkelas yang akan merebut pacar saudaraku. Aku sudah memberitahunya kalau kami nggak mungkin bersama. Lagi pula, Ezra sama sekali