Ancaman Zayden sama sekali tidak berefek bagi Madeline.Madeline menyingkirkan tangan Zayden, ekspresinya tampak tegas. "Aku akui kalau kamu memang nggak kekurangan wanita. Dari awal kamu sudah tahu kalau aku ingin menikah denganmu karena ada tujuan lain. Pernikahan ini ada syaratnya dan aku sudah memenuhi syarat itu. Kalau kamu bersedia menikahiku, aku akan menikah denganmu. Sisanya nggak perlu dibahas.""Kalau sekarang kamu berubah pikiran, nggak mau menikahiku lagi, aku bisa langsung meninggalkan Kediaman Linwood. Bukan hanya kamu yang bisa merealisasikan tujuanku itu. Kalau kamu nggak mau, aku akan mencari orang lain untuk membantuku. Kamu memang unggul, tapi aku juga unik. Setelah melewati batas waktu nggak dilayani."Usai berbicara, Madeline pun hendak pergi.Zayden belum pernah bertemu wanita keras kepala seperti Madeline.Maksud Madeline, dia akan menjebak pria lain jika Zayden tidak mau menikahinya?Jadi, dia tidak bosan dengan permainan naik ke atas ranjang pria?Zayden melan
Zayden bertanya, "Bagaimana, Kakek? Apakah Kakek dan Nenek sudah mendiskusikan tanggal pernikahanku?"Audrey melihat Rupert sekilas. "Kamu diam dulu."Setelah itu, Audrey menatap Madeline. "Zephyr, kamu juga diam dulu. Ada hal yang ingin aku tanyakan kepada Nona Madeline."Madeline menjadi waspada.Tadi Audrey masih memanggilnya "Maddie".Sekarang panggilannya tiba-tiba berubah, artinya pengakuan Audrey terhadap Madeline pun telah lenyap.Madeline tersenyum sopan, lalu mengangguk. "Tanyakan saja apa yang ingin Nenek tanyakan.""Apakah kamu tahu kalau perbuatanmu sangat nggak baik?"Zayden mengernyit. "Nenek, bagaimana Nenek ta ....""Sudah kubilang, kamu diam dulu."Audrey memelototi Zayden dengan tajam.Sebelum Zayden berujar lagi, Madeline menjawab, "Aku tahu."Audrey menautkan alisnya. "Kalau begitu kenapa kamu masih melakukannya? Apakah kamu tahu kalau hal ini tersebar, bukan hanya kamu yang akan dihujat, tapi Zayden juga akan dikritik orang lain?"Madeline mengangguk, melihat ke b
Ketika mereka sedang heboh, seorang pembantu masuk lalu berkata, "Tuan Besar, Tuan Rowan kemari."Rupert dan Audrey saling memandang, lalu Audrey berkata dengan jengkel, "Dia sangat pandai memilih waktu."Zayden mengangkat sebelah alisnya sembari menoleh ke arah Audrey. "Nenek nggak perlu marah, biarkan saja dia masuk."Pembantu pergi membuka pintu untuk mempersilakan Rowan masuk.Rowan adalah seorang pria tua, umurnya tampak tak beda jauh dengan Rupert.Setelah dia masuk, Rowan berjalan ke samping meja makan untuk menyapa Rupert dan Audrey. "Paman, Tante, sedang makan ya."Audrey makan dengan elegan tanpa merespons.Sedangkan Rupert bertanya dengan ekspresi dingin, "Untuk apa kamu kemari jam segini?""Aku mendengar kalau Zayden sudah pulang, jadi aku datang untuk menanyakan beberapa hal kepadanya."Zayden melipat tangannya di depan dada sembari melihat Rowan yang berdiri di samping meja makan. "Paman ingin menanyakan apa?""Hari ini, Hosea memberitahuku kalau kamu sudah mendapatkan pr
Setelah Rowan pergi, ruang tamu menjadi hening.Audrey menatap Rupert sembari bertanya, "Nggak ada yang ingin kamu katakan?"Rupert tahu maksud Audrey. Karena Rupert juga melihat aksi Madeline tadi.Selain itu, Zayden yang selalu tidak suka ikut campur tadi malah membantu Madeline mempermalukan Rowan.Rupert terdiam sejenak sebelum meletakkan sendok, lalu dia menatap Zayden dan Madeline."Aku punya dua syarat."Zayden menjawab dengan tenang, "Oke.""Pertama, pernikahan kalian nggak boleh memengaruhi keuntungan perusahaan dan kedudukanmu di perusahaan."Madeline berpikir dalam hati. Artinya pernikahan mereka tidak boleh ada cela atau itu akan menjadi alasan Rowan menyerang Zayden.Zayden lanjut berkata, "Boleh, syarat kedua?""Kedua, tunjukkan cicit kepada aku dan nenekmu secepat mungkin. Kalau nggak ...."Rupert menatap Madeline. "Aku bisa menolak mengakui cucu menantu ini kapan pun."Tangan Zayden lagi-lagi melingkari bahu Madeline. "Tenang saja, kami akan berusaha."Wajah Madeline ag
Setelah meninggalkan Kediaman Linwood pada malam hari, Madeline turun di tengah jalan, kemudian naik taksi ke Grup Clover.Karena setengah jam yang lalu, Madeline menerima panggilan telepon dari Jett.Saat Madeline tiba di ruang kantor CEO Grup Clover, Jett dan Helen ada di dalam.Begitu melihat Madeline, Helen langsung bangun, lalu berjalan ke depan putrinya itu.Kedua tangannya menggenggam tangan Madeline. "Maddie, kenapa kamu nggak angkat telepon Ibu? Apakah kamu tahu betapa khawatirnya Ibu?""Aku tahu kenapa kamu mencariku dan aku nggak bisa melakukan hal yang kamu inginkan. Jadi, untuk apa aku mengangkat teleponmu, membuat kita berdua sama-sama nggak senang?""Maddie, tolong dengarkan Ibu sekali saja. Cepat tinggalkan Tuan Muda Zayden. Kalau nggak, kamu nggak hanya akan dihujat orang lain selamanya, tapi juga akan kehilangan keluarga sekarang. Aku sudah kehilangan keluarga satu kali, aku benar-benar nggak mau mengalaminya lagi. Ibu mohon kepadamu ...."Madeline memandang Helen yan
Madeline yang keluar dari Grup Clover berjalan ke pinggir jalan. Dia duduk di trotoar karena kakinya agak lemas.Jantung Madeline berdetak cepat. Tangan kanannya meninju dadanya beberapa kali.Akhirnya dia berhasil menyerang balik pria tua itu. Walaupun Madeline merasa puas, tadi dia benar-benar sangat ketakutan.Tak lama kemudian, sepasang sepatu hitam muncul di depan Madeline, lalu terdengar suara bariton. "Madeline?"Madeline mendongak, lantas dia melihat seraut wajah familier nan asing.Dia berdiri dengan terkejut. "Kak Kairo?""Ternyata memang kamu. Aku pikir aku salah orang. Kamu kenapa? Apakah nggak enak badan?"Madeline menggeleng. "Aku baik-baik saja. Kapan kamu pulang negeri, Kak Kairo?""Sudah satu bulan lebih. Kita sudah lima atau enam tahun nggak bertemu, 'kan?"Madeline berpikir sebelum menjawab, "Lima tahun setengah. Bagaimana kabarmu selama beberapa tahun terakhir?""Aku cukup baik. Bagaimana denganmu?"Madeline mengatupkan bibirnya. "Aku juga cukup baik.""Keluargaku b
Zayden sudah mau menikah, jadi dia mengajak Roland keluar untuk membagikan kabar tersebut.Tak disangka begitu masuk ke restoran, dia melihat pemandangan seperti itu.Madeline baru merayu Zayden dua malam yang lalu.Siang ini dia bahkan menyenangkan Rupert dan Audrey demi menikah dengan Zayden.Sekarang baru lewat beberapa jam, dia sudah melakukan kontak fisik dengan pria lain.Tampaknya Madeline menganggap remeh peringatan Zayden. Sangat bagus.Zayden keluar dari restoran tersebut dengan ekspresi dingin.Kairo menatap wajah Madeline. "Kamu membutuhkannya?""Ya, aku membutuhkannya, sangat membutuhkannya." Madeline mengangguk cepat. "Kak Kairo, sebenarnya aku sudah menemukan bukti yang bisa membuktikan kalau ayahku nggak salah, tapi aku nggak yakin siapa dalang di baliknya yang menjadikan ayahku sebagai kambing hitam.""Orang itu bisa memalsukannya enam tahun lalu, kalau aku mengeluarkan bukti ini enam tahun kemudian, mereka tetap bisa menyembunyikannya. Jadi, aku harus menemukan dalang
Ketika Zayden mendekati Madeline, Madeline refleks melangkah mundur.Melihat Madeline menghindar, Zayden makin emosi.Madeline berani mengambil inisiatif untuk memegang tangan pria lain di luar, tetapi dia malah menghindari calon suaminya sendiri?Sialan!Zayden sudah lama tidak dibuat marah oleh siapa pun.Zayden melangkah maju, kemudian menggendong Madeline dengan cepat menuju kasur."Madeline, apakah kamu pikir kalau aku sangat mudah dihadapi?"Madeline berusaha keras untuk mengendalikan kegugupannya. "Aku nggak berpikir seperti itu.""Tapi perbuatanmu mengatakan hal yang sebaliknya." Tatapan Zayden tampak liar. "Pria di sekeliling benar-benar banyak. Silas itu temanmu, bagaimana dengan Kairo? Jangan bilang kalau dia juga temanmu. Aku nggak pernah melihat wanita mana pun yang memegang-megang tangan temannya di restoran."Madeline refleks menggenggam tangan Kairo karena bersemangat. Tak disangka Zayden melihat adegan tersebut.Madeline tentu tidak akan memberi tahu Zayden alasan dia